Vote and comment, please,,,,, jangan lupaaaa🧚
HAPPY READING CINTAHH!!ᯓ ✈︎
──────────────────────────────Beneath Broken Lies
[Chapter 09 | Chat]
Hari Sabtu tiba, dan itu berarti Naya bisa sedikit bersantai dari rutinitas PKL-nya (fyi, sabtu sama minggu PKL-nya libur ya gaiss). Namun, bukan berarti hari ini dia benar-benar bebas tanpa tanggung jawab. Seperti biasa, pagi-pagi sekali Naya sudah bangun untuk membantu ibunya menyiapkan barang-barang jualan. Selain berdagang sayur, mereka juga berjualan makanan kecil di depan rumah, dan itu menjadi salah satu sumber penghasilan utama keluarga mereka.“Naya, sini bantu ibu angkat bakul ini, ya,” panggil ibunya dari dapur.
“Iya, Bu!” jawab Naya sambil bergegas ke dapur. Ia sudah terbiasa dengan pekerjaan ini, meskipun tidak bisa dipungkiri kadang-kadang ia merasa lelah. Tapi, ia tidak pernah mengeluh. Keluarganya bukan orang berada, dan Naya tahu betul bahwa ibunya bekerja keras untuk mencukupi kebutuhan mereka.
Sepanjang pagi itu, Naya membantu mengelola jualan mereka. Meski tak banyak pembeli, ibunya tetap bekerja dengan semangat, berusaha tetap tersenyum di depan pelanggan. Naya selalu mengagumi kekuatan ibunya, meski ia tahu di balik senyum itu, ada banyak kekhawatiran yang disembunyikan.
****
Menjelang siang, situasi mulai berubah. Naya bisa mendengar suara ayahnya yang mulai meninggi dari dalam rumah. Perutnya terasa mual setiap kali ayahnya mulai berteriak. Ini bukan pertama kalinya mereka bertengkar, dan Naya tahu apa penyebabnya; masalah ekonomi yang terus membelit keluarga mereka.
“Selalu uang! Kamu tahu nggak kita ini hampir nggak bisa bayar listrik bulan ini?” teriak ayah Naya dari ruang tengah.
“Iya, aku tahu! Tapi aku juga udah berusaha semampuku,” balas ibunya dengan suara yang bergetar. Naya tahu ibunya sudah sangat tertekan, tapi apa lagi yang bisa mereka lakukan?
Naya hanya bisa berdiri di sudut, mendengarkan perdebatan orang tuanya yang semakin panas. Pikirannya penuh dengan kecemasan. Ia tahu keluarganya kesulitan, dan itu membuatnya merasa tak berdaya. Dalam hati, Naya merasa ingin segera lulus dan mendapatkan pekerjaan yang bisa membantu meringankan beban ibunya. Tapi, untuk sekarang, ia hanya bisa diam dan berharap pertengkaran ini segera berakhir.
Saat pertengkaran semakin keras, Naya memilih untuk pergi ke kamarnya. Di sana, dia duduk di atas tempat tidur, memeluk lututnya erat-erat. Air mata mulai menggenang di sudut matanya. Rasanya terlalu berat untuk dihadapi. Kenapa hidup harus sesulit ini?
Setelah beberapa lama, akhirnya rumah kembali hening. Naya bisa mendengar suara ibunya yang pelan, mungkin sedang berusaha menenangkan diri. Ayahnya sepertinya sudah pergi keluar rumah seperti biasanya setelah pertengkaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beneath Broken Lies (on going)
Romance∆ Don't forget to follow and share ∆ -Don't Repost or copy my story - ────⋆⋅☆⋅⋆────── Ethan Adolfio Vardhaman, 21 tahun, tampan dan kaya, dikenal sebagai Casanova di Universitas Sarasvati. Mempermainkan hati perempuan adalah hobinya, tapi hanya sat...