5 tahun yang lalu...
Pinggir kota Handom City...
Baron berdiri di depan pintu rumahnya, tangannya menahan gagang pintu. Dari dalam, suara teriakan masih terdengar jelas — ibunya menangis, ayahnya berteriak. Kata-kata mereka menusuk hati Baron, membuatnya sesak. Tanpa banyak pikir, dia berbalik dan pergi dengan langkah cepat, meninggalkan rumah dan masalah yang berputar-putar di dalamnya.
Tujuannya sudah jelas — sebuah gudang tua di ujung gang, tempat dia dan teman-temannya biasa nongkrong. Di sana, dunia terasa lebih aman, jauh dari segala drama keluarga. Ketika Baron tiba, Gery, Gema, dan Kim sudah ada. Gery lagi asyik menghisap rokok, duduk santai di atas tumpukan kardus.
"Eh, Ron!" Gery yang badannya agak berisi dan selalu terlihat ceria, melambaikan tangan. "Lama bener. Abis darimana?"
"Palingan dari rumah," celetuk Gema. Ia sedang menikmati es cekeknya. "Tapi, napa lu balik, Ron?"
"Lah, kocak! Itu kan rumah dia," kata Gery tergelak.
Baron hanya mendesah, langsung melempar tubuhnya ke kursi kayu yang hampir patah. "Sebenarnya males gue balik ke situ, isinya cuma ribut-ribut. Gua cuma mau liat nyokap gua doang."
Gema, yang tampangnya ganteng kayak model iklan, tersenyum tipis. "Orang tua lo ribut lagi?"
Baron mengangguk pelan, mengambil rokok dari tangan Kim tanpa minta izin. Kim, yang selalu cool dengan kacamata hitamnya bahkan di dalam ruangan, cuma ngangkat bahu dan lanjut minum.
"Capek gue ngadepin mereka," kata Baron sambil membuang napas berat.
"Kenapa gak pernah lo pisahin sih, Ron? Bokap-nyokap lo berantem mulu, lah lo kayaknya malah enjoy kabur ke sini," Gema meneguk minumannya santai.
"Gak ada gunanya, Gem. Kalau gue ikutan campur, paling bokap malah ngajak gue duel," Baron menjawab tanpa banyak emosi.
Gery langsung ngakak. "Ya bagus dong, lo bisa lampiaskan semua emosi ke bokap lo!"
Gema yang dari tadi diam tiba-tiba nyeletuk, "Bokap lo seling--"
Sontak Gery langsung menutup mulut Gema. "Lu tuh suka ngomong tanpa mikir!"
Baron tersenyum kecil sambil berdiri pelan, mendekati Gema. "Bokap gue kenapa tadi, hah?"
Gema langsung kaget, suaranya gemetar. "Eh... gue gak maksud gitu, Ron. Cuma... ya lo tau sendiri, bokap lo kan emang... ya... brengsek."
"Bener sih lu. Capek gua punya bokap begitu. Pengen ganti bokap."
"Njir... lu pikir presiden, bisa gonta-ganti?" ucap Gema.
Tiba-tiba suara ringtone memecah keheningan.
dun dun dun dun dun dun
Yo phon lingin Yo phon lingin~
big boi com pic up Yo phon ~dun dun dun dun~
Yo phon goin to~"Buset, Hape siapa tuh?" tanya Gema bingung.
"Itu hape lu, tolol!" Gery ngejek sambil ngelirik ponsel di tangan Gema. "Sekte gila mana sih lu, nyetel nada dering begituan, monyet!"
Gema mengambil ponselnya yang ia taruh dekat kardus. "Berisik lu, badak Cilegon!"
Gema dengan gaya sok cool, ngejawab panggilan itu. "Yo, siapa?" Tapi ekspresi santainya langsung berubah serius ketika suara dari ujung telepon terdengar keras. Dia buru-buru nutup speaker ponselnya dan keluar dengan langkah cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Mariyuana
ActionBaron, anak jalanan dari Handom City, udah tahu kerasnya hidup sejak kecil. Setelah lulus SMA tanpa arah dan mimpi, dia bareng tiga sahabatnya memilih jalur gelap-mereka masuk ke dunia malam, geng, dan bisnis ilegal. Nggak butuh waktu lama, mereka s...