Jakarta...
Hari ini, Baron duduk di dalam mobil yang dikemudikan oleh Kim, sementara Gery duduk di sampingnya. Tatapan Baron kosong, namun di balik itu, pikirannya terus berputar. Mobil berhenti di depan sebuah hotel mewah di Jakarta. Penjaga hotel membukakan pintu untuk Baron, dan dia keluar dengan langkah tenang namun tegang. Lobi hotel terasa dingin, seolah-olah suasana di tempat itu sudah dipenuhi oleh aura pertemuan yang berat.
Tak lama kemudian, sebuah mobil klasik Mercedes Benz meluncur pelan menuju pintu masuk. Dari mobil itu keluar seorang pria berjas dengan luka gores di wajahnya. Perawakannya sangat dingin, dan matanya tajam, penuh intimidasi.
Baron mengkerutkan dahi, merasa janggal. Kesepakatan awal seharusnya hanya melibatkan dirinya dan Dimitry, tidak ada pihak Jepang.
Ia menghampiri Gery, "Kenapa Jepang di sini?"
"Jepang?" Ia keluar dari mobil lalu melihat pria berjas hitam itu. "Gua gak tau, bos. Dimitry ngomong cuma dia yang datang."
"Monyet, si Dimitry! Mau ngapain dia bawa-bawa Jepang." Baron merasa kesal. Ia ingin sekali meluapkan kemarahannya, tetapi menahannya. Tidak lama setelah itu, sebuah Rolls Royce muncul. Baron tahu, itu mobil pamannya.
Dimitry keluar dari mobil dengan santai, pengawalnya mengikuti di belakang. Saat dia melihat Baron, Dimitry tersenyum tipis, tampak sangat tenang, seolah-olah semua ini hanya permainan baginya. "Tenanglah, Baron," ucap Dimitry dengan nada santai. "Aku mengundang beberapa teman untuk ikut serta dalam diskusi kita. Ini penting untuk masa depan bisnis kita."
"Tapi kau bawa Jepang, dan menurutku mereka bakal mengacau!"
"Liat dan ikuti aja!" seru Dimitry tegas.
Baron menahan amarahnya, tetapi dalam hatinya, dia semakin geram. Kesepakatan ini tidak sesuai dengan yang dia bayangkan. Sebelum Baron sempat bereaksi, sebuah mobil Tesla meluncur dan berhenti di depan hotel. Pengawal bertubuh besar, kekar, dengan tato di leher dan kepala botak membukakan pintu. Dari dalam mobil keluar seorang perempuan dengan aura dingin yang begitu menyengat.
Perempuan itu adalah putri Profesor Carlos, mafia besar dari Filipina. Matanya tajam, langkahnya tegas, dan bibirnya melengkungkan senyum sinis. Saat dia melangkah mendekat, dia melirik ke arah pria Jepang dari Yakuza dan berkata dengan nada mengejek, "Oh, kau dari Jepang, ya? Kalau tidak salah, Yakuza? Mana tatomu?" Kalimatnya menusuk, menandakan betapa dia tidak menghormati orang yang ada di sekitarnya.
Namun, ketika dia menatap Baron, ada sesuatu yang berbeda. Ada kilatan aneh di matanya. Dia menatapnya sejenak, mencoba membaca Baron, tetapi kemudian mengalihkan pandangannya dengan angkuh, seolah-olah dia tidak ingin menunjukkan ketertarikannya. "Kau pasti Baron," ucapnya dingin, "Ayahku selalu menceritakan tentangmu dan kebaikanmu, tapi ingat, aku ada di sini untuk urusan bisnis, bukan untuk membalas kebaikanmu."
"Bisnis? Aku sudah berbisnis lebih dulu dengan ayahmu. Dan sekarang, apa-apaan ini?" bantah Baron.
Wanita Filipina itu menatap Dimitry, "Kau belum memberitahukan kepada pria polos ini?"
Dimitry, yang berdiri menyaksikan percakapan singkat itu, berkata, "Sudahlah, kita ke tempat diskusi. Ada banyak hal yang harus dibicarakan." Dengan gerakan tangan yang santai, Dimitry mengarahkan mereka menuju ruangan pertemuan di dalam hotel.
"Kau belum jawab pertanyaanku," ucap wanita Filipina itu dengan dingin. Namun ia tetap melangkah mengikuti panduan.
Saat mereka melangkah masuk, Baron merasa suasana semakin berat. Ia lalu memanggil Kim dengan isyarat lewat kaca hotel yang tembus ke depan hotel. Kim yang menunggu di depan menerima isyarat dan segera menghampiri Baron.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Mariyuana
ActionBaron, anak jalanan dari Handom City, udah tahu kerasnya hidup sejak kecil. Setelah lulus SMA tanpa arah dan mimpi, dia bareng tiga sahabatnya memilih jalur gelap-mereka masuk ke dunia malam, geng, dan bisnis ilegal. Nggak butuh waktu lama, mereka s...