Bab 10

99 4 0
                                        

Di sebuah restoran yang mewah, seorang pria berjaket hitam melangkah masuk, rokok menyala di tangannya. Pria itu terlihat tenang namun auranya membawa ketegangan.

Saat dia mendekati pintu masuk restoran, dua penjaga, yang merupakan anak buah Baron, menghadangnya. Mereka menatap Hanzo dengan tatapan dingin dan siap siaga.

Hanzo tak peduli, ia melangkah.

Bruk!

Dua penjaga itu menubruk Hanzo dengan sengaja.

"Heh, apa, anjing?!" pekik Hanzo.

Dua penjaga itu menutup jalan Hanzo.

"Siapa lo?"

"Gua? Tch..." Hanzo mendorong penjaga itu. "Minggir, Anjing!"

"WOI!!" Dua penjaga itu menghadang Hanzo, tak membiarkannya masuk. "Nyari ribut lu?!" kata salah satu penjaga, menegaskan posisi mereka.

"Gua tanya sekali lagi, siapa lo dan apa mau Lo di wilayah ini?"

Hanzo tersenyum dingin, tidak terintimidasi sedikitpun. "Gua di sini bukan siapa-siapa, anjing! Gua juga lagi gak mau nyari ribut sama curut kayak lu berdua."

"Ya bagus, kalau gitu, pergi, bajingan!" seru penjaga berkepala botak itu.

"Gak!"

"Gak apa?!"

"Gak sebelum gua ketemu Baron," ucapnya dengan nada yang tegas dan penuh keyakinan. Ia kembali melangkah.

Bruk!

"Berhenti, anjing! Lo gak diizinkan masuk!"

"Cih, apa-apaan ini? Gua tamu, tamu adalah raja."

"Penjaga adalah dewa!"

"Dewa? Krrrk, cuih!" Tanpa banyak bicara lagi, Hanzo membuang rokoknya dan tiba-tiba bergerak cepat, menendang salah satu penjaga dan melempar yang lain ke dinding. Teriakan mereka menarik perhatian semua orang di restoran. Hanzo membuat kericuhan, membalikkan meja dan bangku. "BARON! Gua mau ketemu sama tuh bocah, SEKARANG!" teriaknya dengan suara yang menggema di seluruh ruangan.

***

Di sisi lain kota, Baron, Gery, dan Kim tiba di restoran dengan mobil BMW hitam mereka. Begitu mobil berhenti, anak buah Baron segera membuka pintu untuknya. Baron keluar, dengan tatapan dingin khasnya, diikuti oleh Gery dan Kim.

"Dimana dia?" tanya Gerry ke salah satu anak buah mereka.

"Dia di dalam, Bos. Dia ingin ketemu Bos," ucapnya sopan sambil sedikit menunduk.

Baron, Gerry dan Kim segera masuk ke restoran, dan langsung disambut dengan pemandangan yang berantakan—kursi dan meja berserakan, dan Hanzo duduk di tengah kekacauan itu, menunggu dengan tenang.

Kim langsung berjalan hendak menerjang Hanzo.

"Tunggu!" ucap Baron.

Kim yang ingin menurunkan kacamatanya ia urungkan niatnya. Tangan satunya yang sudah siap membuka pisau ia urungkan juga. Dia mundur.

Baron lalu berjalan mendekati Hanzo, tatapannya langsung tertuju pada kalung emas yang melingkar di leher Hanzo—kalung yang sangat mirip dengan milik Gema. Baron berhenti di depan Hanzo, dan menatapnya dingin. "Siapa lo? Apa tujuan lo buat kekacauan di sini?" tanyanya dengan nada datar, namun penuh ancaman.

Hanzo mendongak, menatap Baron dengan tatapan tajam. "Oh... jadi elo Baron?"

"Iya, gua. Apa mau Lo?"

"Mau gua? Tch!" Hanzo melempar sebuah piring ke Baron.

Gairah MariyuanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang