Pukul 2 pagi, suasana di dalam klub dipenuhi oleh keserakahan. Lantunan musik sudah berhenti, hanya suara dengkuran dan napas berat yang terdengar di antara anggota geng yang tertidur berserakan di seluruh ruangan. Beberapa yang lebih beruntung beristirahat di kamar-kamar atas, di mana kenyamanan dan kemewahan disediakan bagi mereka yang berada di lingkaran terdekat Hugo. Di atas, Hugo sendiri tidur nyenyak, dijaga ketat oleh pengawal-pengawal terbaiknya, termasuk Shadow dan Kim, yang setia di posisinya.
Di luar klub, di gang belakang yang sepi, Gema berjalan dengan penuh percaya diri. Di belakangnya, puluhan mantan siswa SMA, alumni yang dulu selalu mendukung Baron dan teman-temannya, sekarang membawa pentungan, pisau, dan senjata lainnya. Asap rokok mengepul di udara saat mereka melangkah bersama, semakin mendekati momen yang telah mereka rencanakan dengan matang.
Di depan, Baron berdiri sambil merokok, menatap mereka dengan mata penuh tekad. "Malam ini, malam kudeta," katanya, suaranya tenang tapi tegas, memimpin kelompok itu menuju misi mereka. "Kalian semua tahu apa yang kita kejar. Ini bukan cuma soal kekuasaan. Ini tentang menghancurkan siapa yang seharusnya nggak pernah ada di atas kita. Kalian mau keamanan? Kekayaan? Setelah ini, semuanya jadi milik kita!"
Sorak sorai menggema di udara. Semangat para alumni membara, dan mereka tahu bahwa malam ini akan mengubah segalanya. Gema tersenyum penuh percaya diri, memimpin mereka menuju pintu belakang yang telah dijaga oleh Gery, yang sudah memastikan semua jalan masuk aman.
"Masuk," kata Gery dengan singkat, memberi kode agar mereka segera menyusup ke dalam klub melalui pintu belakang.
Mereka semua bergerak dengan cepat, dan tanpa suara, mereka menyelinap masuk. Tapi tak lama kemudian, suasana berubah. Di aula utama, pertempuran segera pecah. Gema dan anak-anak alumni menyerbu dengan brutal, memukuli siapa saja yang mereka temui. Suara jeritan dan benturan senjata menggema di seluruh ruangan, membangunkan sebagian kecil anggota geng yang terlelap di lantai.
Namun, mereka tidak siap. Mereka diserang dengan sigap, satu per satu jatuh di bawah serbuan kekuatan Gema dan timnya. Ketika pertempuran semakin memanas, satu orang yang terbangun berhasil mencapai alarm dan memicunya.
*BEEP! BEEP! BEEP!*
Alarm berbunyi, memekakkan telinga dan membangunkan seluruh anggota geng yang berada di atas. Dengan cepat, para pengawal di lantai atas bersiap melindungi Hugo, sadar bahwa serangan besar sedang terjadi.
Di tengah kekacauan, Baron, Gema, dan Gery berhasil mencapai lantai atas. Mereka sudah menyapu bersih sebagian besar pasukan Hugo yang tertinggal di bawah, tapi mereka tahu tantangan terbesar ada di depan. Di atap gedung klub, Hugo sudah menunggu. Di sisinya, Kim dan Shadow berdiri dengan tegas, siap bertarung sampai mati.
Saat mereka sampai di atas, Baron berhenti sejenak, menatap Hugo dengan tatapan dingin. Hugo balas menatapnya dengan pandangan menghina.
"Baron," kata Hugo dengan nada mengejek. "Gue tau lo licik, tapi gue nggak nyangka lo bakal sekotor ini."
Baron tertawa sinis, "Kotor? Lo udah salah baca dari awal, Hugo. Ini bukan soal licik, ini soal siapa yang lebih kuat."
Gema melangkah maju, matanya terfokus pada Shadow. Mereka sudah tahu sejak awal bahwa Shadow adalah musuh terberat mereka. Hugo tetap tenang, tersenyum tipis.
"Shadow, beresin mereka."
Tanpa banyak bicara, Shadow maju menghadapi Gema. Pertarungan mereka segera pecah, keduanya saling menghantam dengan kekuatan yang brutal. Gema awalnya kesulitan, setiap serangan yang dilancarkan Shadow terasa seperti ledakan besar yang menghancurkan tubuhnya. Namun, Gema bukan orang yang mudah menyerah. Dia tahu Shadow sudah kelelahan dari pertarungan sebelumnya di lantai bawah. Waktu ada di pihaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gairah Mariyuana
ActionBaron, anak jalanan dari Handom City, udah tahu kerasnya hidup sejak kecil. Setelah lulus SMA tanpa arah dan mimpi, dia bareng tiga sahabatnya memilih jalur gelap-mereka masuk ke dunia malam, geng, dan bisnis ilegal. Nggak butuh waktu lama, mereka s...