BAB 11

74 8 2
                                    

Dara menghela nafasnya berat, "Bismillah." Ia hendak memasuki kembali rumah milik orangtuanya. Dengan mengantongi tasbih di kantung celana-nya, entah mengapa rumah ini terasa panas.

Baru masuk satu langkah, meskipun terang namun dengan kemampuan Dara, ia melihat rumah ini gelap.

"Assalamualaikum ma, Ghisela?"

"Ghisel disini kak," suara adiknya terdengar lirih, namun wujudnya tak terlihat.

Keringat bercucuran, jantung Dara rasanya seperti ingin keluar dari tempatnya, ini betul-betul menegangkan.

"Ghisel kamu dimana dek?"

"Aku disini kak-"

Deg.

Rasanya benar-benar ingin melompat, Ghisel sudah ada di hadapannya sekarang.

"Kakak kenapa? Kakak kaya gak lihat aku dari tadi?"

Mendadak suasana rumah kembali terang. Pandangan Dara tadi adalah gambaran dari yang sebenarnya, bahwa rumah yang saat ini ia pijak sudah gelap di kuasai oleh para Jin yang bersemayang di dalam-nya.

"K-kakak gapapa, mama kemana?"

"Mama ada di kamar, kakak kok malam kesininya?"

"Iya kakak tidur dulu tadi abis pulang kuliah, baru langsung kesini."

"Kakak bawa motor?" Dara mengangguk.

Dara menatap lekat sang adik, "Wajah kamu kenapa selalu pucat? Apa kamu udah makan? Apa kamu lagi sakit Ghisela?" sejak pertamakali mereka bertemu, Dara tidak pernah melihat Ghisela makan di depannya, dan wajah adiknya itu selalu pucat pasi.

"Aku udah makan kak."

"Papa ada?" Ghisela terdiam. "Ghisel?" Lagi Dara bertanya.

"Kak aku pengen jalan-jalan pakai motor, boleh?"

"Sekarang? Tapi angin malam kan gak baik buat kesehatan, kamu pakai dulu jaket ya?" Ghisela mengangguk dan segera pergi mencari jaket untuk ia pakai.

>

Saat ini Dara dan juga Ghisel berada di sudut jalanan kota, keduanya saling bertukar cerita mengingat masalalu dan banyak hal yang pernah keduanya lakukan bersama.

Sejak kecil Ghisela maupun Dara tidak begitu mendapatkan peran ibu dalam hidup keduanya, karena yang selalu membuat keduanya bahagia hanyalah usaha sang papa.

"Ghisel, apa papa benar-benar sibuk bekerja sampai gak nemuin kakak sama sekali?" pertanyaan Dara membuat suasana menjadi hening.

Ghisela meneteskan airmatanya.

"Kamu nangis?"

"Kalau kakak mau tau jawabannya, kakak harus buka kamar paling belakang."

"Kamar belakang? Setau kakak di belakang itu adanya gudang."

"Sekarang sudah jadi kamar, dan juga tempat Ghisel sama papa."

"Maksud kamu apa dek?"

"Kak udah larut malam banget, kita pulang yuk?" Baiklah, Dara tidak bisa memaksa meskipun ia penasaran. Ia menuruti keinginan Ghisela untuk kembali ke rumah.

Pada pukul 1 malam, Dara mendengar suara bisikan halus "Dara Horlas." Namanya di sebut berkali-kali, namun suara itu tidak asing bagi Dara, seperti suara neneknya.

Terbangun dari tidurnya, Dara melirik ke samping tidurnya namun ia tak menemukan Ghisela yang biasa tidur di samping.

Dara turun dari atas tempat tidur, ia keluar dari kamarnya.

"Mama," memanggil kata mama berulangkali namun ia tak menemukan jawaban ataupun respon. "Ghisela? Kamu dimana?" Lagi-lagi menyebut nama Ghisela-pun tidak ada respon.

Keadaan rumah yang gelap, membuat Dara kesulitan menuruni anak tangga. Dara lari ke kamar untuk mengambil ponselnya, agar ia bisa memberi cahaya pada setiap ruangan yang gelap.

Sampai di kamar, yang ia lihat tasbih di atas nakas. Tasbih itu menerang, membuat Dara mengernyit bingung, kenapa bisa benda itu memberikan cahaya padahal bukan senter?

Dara mengambil tasbih itu, lalu ia jadikan untuk bisa menerangi langkahnya mencari keberadaan mama dan adiknya.

"Dara Horlas." Lagi dan lagi nama Dara di sebut-sebut. Suaranya berat, dan memang betul-betul mirip dengan suara neneknya.

"Ahahahahaa.." tawa mengerikan itu membuat bulu kunduk Dara meremang. Ini benar-benar horor dan menakutkan.

"Allahhu Akbar, Allahhu Akbar." berulangkali Dara mengucap kalimat itu.

Karena penasaran Dara terus menelusuri rumahnya, ia ingat perkataan Ghisela yang mengatakan jika ingin tahu maka datanglah ke kamar belakang.

Dara melangkah dengan bantuan tasbih yang ia genggam erat di tangannya.

Kini Dara sudah ada di depan kamar belakang, yang padahal dulu-nya kamar itu adalah gudang. Bagaimana bisa mama-nya menjadikan gudang itu untuk tempat tidur Ghisela dan papa-nya?

Pintunya di kunci rapat, namun Dara melirik pada tasbih yang ia pegang kemudian membaca doa memasuki kamar. Tidak berhasil.

Lagi Dara membacakan ayat Kursi, ia yakin di dalam kamar itu terdapat banyak hal yang bisa menjawab segala rasa penasarannya.

"Ya Allah tolong hamba, Allahumma Sholli Ala Sayyidina Muhammad Wa Ala Ali Sayyidina Muhammad.."

Cekrek

Pintu kamar terbuka, namun ketika Dara mencoba masuk, tiba-tiba...















"Kamu dari tadi cari mama?"

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang