BAB 23

57 6 0
                                    

Setelah kejadian kemarin malam, Raka selalu siap siaga berada di dekat Ghisela bahkan mengantar gadis itu sampai kelasnya. Tiara selaku pacar baru Raka sampai cemburu di buatnya, tetapi Raka tidak perduli, ia benar-benar takut jika nanti Ghisela bernasib sama seperti yang Dara alami.

"Kak, gak perlu berlebihan. Aku gak kenapa-napa kok." Ghisela bingung kenapa sikap Raka jadi seperti ini. Seperti memperlihatkan rasa perhatian.

Abizar yang tak sengaja melewati keduanya, ia menghentikan langkahnya dan menatap Ghisela cukup dalam. Hal tersebut membuat Raka kesal.

"Ngapain lo liatin dia gitu amat?" tanya Raka pada pria yang jelas ia kenali karena satu kelas. Abizar di kenal sebagai manusia kulkas, jarang bicara tapi berkarisma.

"Kak Abizar, kemarin nanyain aku ke Laras?" tanya Ghisela yang memotong pertanyaan Raka.

"Hm."

"Ada apa kak?"

"Send WA." Raka melotot kaget, baru kali ini ia mendengar seorang Abizar meminta kontak perempuan. Tidak hanya Raka, tetapi beberapa murid yang ada di dalam kelas ikutan melongo mendengar Abizar miminta nomer Ghisela, bahkan wajahnya kelihatan serius.

"Maksud lo apa?" Raka merasa tidak terima. Ia benar-benar marah dan tidak suka, bahkan ia mendorong kasar Abizar agar tidak fokus selalu menatap Ghisela.

"Kak udah, kak Abizar kan cuman minta nomer aku, lagian kan aku gak punya hape juga."

"Gue cowoknya, jangan pernah lo berusaha deketin dia, ngerti?" tatapan Raka begitu tajam pada Abizar.

"Pacar? Aku bukan pacar kamu kak! Kamu kenapa sih?" Ghisela tidak mau memicu keributan. Jika Raka mengaku-ngaku sebagai pacar untuknya, maka seisi sekolah akan gempar dan menyampaikan hal itu pada pacar Raka yang lainnya. Ghisela takut nanti mereka melabrak dan berlaku kasar padanya.

"Gitu mau lo? Lo suka sama dia?" entah mengapa hati Raka panas sekali, ia berfikir Ghisela menolaknya mentah-mantah di hadapan Abizar.

Tanpa keduanya sadari, Abizar sudah pergi.

"Aku gak suka sama dia kak, aku cuman-"

"Lo balik sama dia, gak usah sama gue! Nyesel gue berusaha lindungi lo, kalau tau balesannya kaya gini, bangsat!" Raka segera pergi meninggalkan Ghisela yang masih diam dan bingung sendiri.

Emangnya kak Abizar jahat? Perasaan enggak. Dia juga kelihatannya diem, adem aja. Kalau aja aku punya hape, mungkin tadi udah aku kasih nomerku. Fikir Ghisela.

>

Sekarang berita Abizar meminta nomer-nya Ghisela sudah menyebar di penjuru sekolah. Bukan itu yang sebenarnya jadi sorotan, tetapi Baby selaku mantan dari Abizar sudah mendengar itu.

"Ghisela?" Mendengar namanya di sebut saat baru saja kelas bubaran, Ghisela menoleh bingung karena ia tidak pernah bertemu dengan gadis di hadapannya. Cantik sekali, lebih cantik dari Ghisela sendiri.

"Y-ya kak, maaf a-ada perlu sama aku ya? Aku gak tau kakak siapa, aku baru lihat."

Ghisela memperhatikan murid lain yang tadinya ingin bubaran nampak berdiam tak melangkah seolah sedang memperhatikan percakapan antara Ghisela dengan Baby.

Jelas semua orang tahu, seperti apa Baby menginginkan kembali Abizar dalam hidupnya, sampai ia tidak pernah terima dengan siapapun yang berani mencuri pandang seorang Abizar.

Baby memperhatikan Ghisela malas, menurutnya gadis di hadapannya ini tidak lebih cantik darinya, tetapi mengapa Abizar sampai meminta nomer whatsapps-nya?

"Lo tau gak, kalau lo lagi di omongin sama banyak orang?"

"Aku gak tau kak, emang aku kenapa? Aku ada buat salah ya? Aku gak pacaran kok sumpah sama Raka. Kakak ini pacarnya Raka ya?"

"Gue gak kenal Raka!" ucapnya ketus. "Gue cuman mau kasih peringatan sama lo, gak perlu caper sama Abizar lagi. Dia minta nomer lo, cuman sekedar untuk bersenang-senang, jadi lo jangan kepedean!"

Ghisela tersenyum, namun senyuman itu kelihatan horor. Bahkan sampai Baby terdiam melihatnya.

"Oh ya? Untuk bersenang-senang, atau kamu takut Abizar jadi milik perempuanlain?" Ghisela mendekat, menatap lamat Baby, "Sudah lama aku ingin sekali bertemu. Tidak sia-sia gadis ini datang mencuri perhatian banyak orang. Kamu fikir, peresembunyian bisa di tutupi dengan uang?"

"Maksud lo apa?" Baby mendorong kasar Ghisela, "LO FIKIR GUE TAKUT SAMA LO?" gadis ini tersenyum meremehkan. Ia kemudian mengambil abu dari kantung rok abu-abunya, dan menaburkannya di tubuh Ghisela. Lantas Calista yang tadinya ingin mengungkapkan lewat tubuh Ghisela, ia menyerah kepanasan lalu keluar begitu saja.

Kericuhan tersebut membuat banyak orang bertanya-tanya, apa yang sebenarnya terjadi?

Baby meminta semua orang bubar, dan membiarkan ia bicara berdua saja dengan Ghisela.

Kepala Ghisela nampak pusing, "Aku k-kenapa ya.." ucapnya linglung.

Baby menarik tangan Ghisela dan memelintirnya, "Sekali lagi gue peringatin, jangan pernah nyuri perhatian Abizar, atau nasib lo bakalan sama kaya Calista!"

"M-maksud kakak apa? Kakak kenal Calista? Kakak yang udah--- awhhh sakit kak--"

"Gak usah banyak bacot. Lo itu cewek lugu, so polos dan cupu! Gak pantes bersaing sama gue. Mimpi lo ketinggian sampe lo rasa ingin memiliki Abizar."

"Kak lepas, sakit."

Setelahnya Baby pergi dari hadapan Ghisela.

Ghisela merasa lemas dengan tangan kirinya yang di pelintir begitu kencang, ia bahkan tidak bisa bergerak bebas.

Pergi ke parkiran, melihat Raka masih setia menunggu dirinya.

"Kak, maaf aku lama. Tangan aku--"

"Masuk!" ucapnya dingin.

Kak Raka kenapa? Kok kaya marah sama aku, emang aku ada salah?

Di dalam mobil Ghisela maupun Raka tidak memulai obrolan apapun, sampai akhirnya Ghisela yang mengalah dan mencoba membuka suara.

"Kak Raka, kenal sama ceweknya Abizar? Yang cantik, bule, rambutnya panjang?"

"Gak."

"Tadi dia datengin aku, terus aku di pelintir tangannya."

"Bagus lah."

"Kok gitu? Sakit tau kak tanganku,"

"Bodoamat, emang gue perduli?"

Ghisela diam.

"Sini tangan lo, gue liat-" perlahan Ghisela mengulurkan tangannya. "Merah banget. Sakit?" Ghisela mengangguk.

Katanya gak perduli, tapi tanganku di pijit.

Raka memijit tangan Ghisela pelan sembari menyetir. Meski mulutnya berkata tidak perduli, tetapi hatinya berbanding arah, ia sungguh mengkhawatirkan Ghisela.

"Yang lo maksud itu, Baby?"

"Jadi namanya Baby kak?"

"Hm. Orangnya jarang ada di sekolah, tapi gue aneh dapet peringat terus. Gue rasa cewek itu gak beres! Ya dia emang anak yang punya sekolah, punya duit punya kuasa. Tapi gue gak suka aja sama kelakuannya, cuman karena gak ada urusan sama gue, gue sih bodoamat. Tapi kali ini dia berususan sama gue,"

"K-kenapa gitu?"

"Kepo amat?"

"Kak Raka jangan aneh-aneh, kak Baby kaya-nya bukan orang sembarangan."

"Terus gue perduli? Dia udah bikin lo kaya gini. Lo jangan deketin si Abizar lagi, urusan si Baby biar jadi urusan gue."

"Tapi kak--"

"Masih sakit gak tangannya? Pulangnya gue kompres pake air anget, sambil gue usap-usap."

"Masih agak linu dikit, makasih sebelumnya."

Kok dadaku berdebaran gini ya..

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang