Malam itu juga Dara sampai di rumahsakit tempat dimana sang nenek sedang mengalami sakaratul, di dalam ada Anggelie selaku ibunya Dara. Wanita paruhbaya itu tertidur dengan posisi duduk yang kepalanya di simpan di atas tangan sang nenek. Boleh di bilang Anggelie ini sangat mencintai ibunya, ia rela menunggu seharian di rumahsakit asal bisa menemani ibunda-nya.
Dara perlahan melangkah mendekat, sang nenek masih dengan mata melotot ke arah atap.
"Nek," berbisik pelan, sang nenek kini melirik Dara dengan tatapan sedih. Ia seolah meminta pertolongan, namun mulutnya tidak bisa berucap.
"Dara udah tau semuanya nek. Bolehkah Dara tau, pada siapa nenek pasang benda-benda itu?"
Elvalie menggenggam tangan Dara begitu kencang, entah mengapa Dara merasakan ada bisikan-bisikan yang bersua begitu dekat di telinga-nya.
"Orangnya sudah tiada Dara.. nenek tidak bisa berbuat apapun lagi, tolong bantu nenek.."
Mulut sang nenek tidak bergerak, tetapi mata hatinya seolah berucap dan dapat Dara dengar.
Dara mulai bergerak mengusahakan sesuatu.
Ia mendekat pada mama-nya, "Ma.." sang ibu terbangun sekaligus terkejut dengan kehadiran putrinya.
"Sejak kapan kamu berada disini?" tanyanya sinis.
"Ma, ini bukan waktunya buat mama marah sama Dara. Ma, bisa tolong keluar ruangan dulu? Dara mau berdoa buat nenek,"
"Kamu usir mama? Seharusnya kamu yang keluar dari sini! Kamu bukan bagian dari keluarga ini lagi Dara!!" meski berkata demikian, kedua mata Anggelie tidak bisa bohong, ia masih mengingkan Dara dalam pelukannya.
"Ma, tolong.. kali ini aja?"
Anggelie terdiam sesaat, dan ia-pun keluar dari ruangan. Ia percaya bahwa Dara adalah anak perempuannya yang baik, tidak bermaksud mengusir.
Setelah itu di dalam ruangan hanya ada Dara dan neneknya yang terbaring sekarat di atas tempat tidur.
Dara mengambil wudhu terlebih dahulu, lalu ia mulai membacakan ayat suci Al-Qur-an untuk sang nenek.
Awalnya tidak ada tanda apapun, namun lama-lama keadaan mulai terasa panas dan sang nenek berteriak histeris, sementara pintu ruangan di tutup rapat hingga tidak memudahkan siapapun masuk ke dalam walau di dalam ruangan terdengar teriakan keras dari sang nenek.
Mendadak Elvalie bangkit dari tempat tidurnya, tertawa mengerikan, menjerit kesakitan, menutup telinga rapat-rapat.
"HENTIKAN! ATAU KAU MENJADI SELANJUTNYA UNTUK TEMPATKU BERSARANG!"
Meski dengan tangan yang bergetar hebat, keringat bercucuran, Dara tidak menyerah ia tetap membaca Al-Quran dengan penuh keyakinan.
"MANUSIA TERKUTUKKKKKK!!!!"
Sosok yang merasuki tubuh neneknya kini hendak mencekik Dara, namun seketika terpental karena Dara terlindungi oleh ayat yang ia bacakan.
"Ya Allah lindungi hamba, lindungi nenek, musnahkan Jin yang bersarang dalam tubuhnya, ALLAHHUAKBAR!!!"
Tuttttt...
Jantung sang nenek berhenti saat itu juga, tubuhnya terbaring lemah dan benda-benda yang menempel dalam tubuhnya seketika keluar dengan sendirinya lalu menjadi abu.
Sulit di gambarkan oleh logika, namun itu yang terjadi.
Wajah yang semula cantik dan anggun, kulit yang bersih kencang, kini berubah menjadi yang seharusnya. Wajah itu nampak begitu tua, kulitnya keriput, dan berakhir seperti terbakar.
KAMU SEDANG MEMBACA
SESAT (END)
TerrorJin dan Manusia itu hanya berdampingan bukan seharusnya bersatu lalu bersekutu untuk tujuan yang SESAT.