BAB 16

32 5 0
                                    

Erina terkejut dengan pengakuan Ghisela, bahwa kebenarannya Elang adalah kekasihnya bukan abang ataupun masih ada hubungan darah antar saudara.

Yang lebih membuat Erina terkejut lagi, Elang memiliki hubungan gelap dengan wanita lain bahkan sampai mengahamili lalu anak itu keguguran katanya.

"Apa lo yakin kak Elang gak ada lagi hubungan sama cewek itu?"

Ghisela menggeleng pelan, "Sebenernya aku kurang yakin Erina. Kamu mau tau gak? Sekarang aku sama Elang lagi rawat bayik yang di buang sama orangtuanya."

"Maksud lo?"

"Iya, jadi ada bayik depan pintu apart terus bayik itu udah di kasih nama di kertas namanya Zio, terus kami rawat jadinya. Elang bilang gak usah lapor polisi, biar di rawat aja."

"Elang sewelcome itu?"

"Iya. Bahkan sekarang Zio di bawa ke kantornya, soalnya Elang juga bilang gak mau memperkerjakan suster jadi sebisa mungkin kalau aku kuliah, dia mau bawa Zio ke kantor."

"Sel, tunggu deh.. apa lo gak curiga, kalau sebenernya bayi itu bayi dia sama Nadia?"

"M-mana mungkin! Masalahnya aku merasa ada makhluk lain di apartemenku semenjak kehadiran Zio. Makhluk itu bilang kalau, Zio anaknya. Apa mungkin orangtuanya udah meninggal?"

"Sel, gue curiga kalau bayik itu emang anaknya kak Elang sama si Nadia itu. Lo harus cari tau! Soal makhluk halus itu, abaikan aja dulu, mungkin dia kepengen main sama baby Zio kan? Tapi lo tetep harus punya penangkal biar baby Zio gak di bawa sama makhluk-makhluk seperti itu."

"Apa kita harus ke dukun yang waktu itu kita datengin?"

"Ah iya, gue setuju!" Keduanya merencanakan hari serta waktu untuk berkunjung kembali ke rumah dukun itu.

>
>

Siang ini entah mengapa Elang merasa mengantuk, biasanya ia tidak akan bisa tidur siang apalagi di saat sedang di kantor seperti ini. Ia melirik pada Zio yang sudah lelap tertidur di troli dengan tenang.

Elang merebahkan tubuhnya di soffa kemudian matanya mulai terpejam.

Ceklek.

Mendengar pintu di buka, Elang bangun dari tidurnya dan terkejut mendapat kehadiran Nadia. Wanita itu mendekat pada troli kemudian mengambil Zio dan menimang-nimangnya.

"N-Nadia--" saat namanya di panggil, Nadia menoleh menatap tajam Elang. Senyumannya nampak berbeda, wajahnyapun berubah pucat pasi. Semakin di tatap lekat oleh Elang, semakin ia menunjukan wujud mengerikannya.

Segumpalan darah keluar dari perut yang robek, belum lagi jeroan dari perutnya-pun ikut keluar dari sana.

Menjijikkan! Elang rasanya mual melihat semua itu, yang walaupun ia sudah terbiasa dengan aroma darah juga bagian organ manusia.

Nadia mendekat dengan menggendong Zio.

"Bayi ini milikku." ucapnya dengan tatapan tajam.

"Lo udah mati!"

Pandangan Nadia beralih pada Zio, mengusap lembut pipi bayi mungil itu, lalu menyanyikan lagu khas jawa.

Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, Nadia memberikan asi untuk Zio.

Elang sampai berkeringat dingin menyaksikan semua itu. Ia berusaha keluar dari dalam ruangan namun pintunya terkunci. Sementara Nadia terus menyanyikan lagu jawa yang membuat Elang semakin merasakan kegelisahan.

Dan saat itu pula Elang terbangun dari tidurnya, nafasnya terengah-engah tidak karuan, keringat bercucuran seperti sehabis lomba balap lari. Ia buru-buru bangun dan melihat keadaan Zio, ternyata bayi itu masih tenang dalam tidurnya.

Elang mengangkat Zio, menciuminya berulangkali. Mimpi-nya barusan membuatnya takut kehilangan Zio. Bagaimana jika mimpinya tadi adalah tanda bahwa Nadia datang untuk merebut hak-nya?

Orang yang udah mati, gak akan bisa menyatu dengan yang masih hidup kan? - Elang mulai merasa terancam sekarang.

>
>

Di tempat lain Ghisela dan juga Erina nampak galau merana. Keduanya sama-sama bingung karena seseorang yang hendak mereka datangi sedang berada di luar Negeri dalam waktu panjang.

"Sel, lo kan punya kemampuan mata batin, kenapa gak lo coba aja?"

"Maksudnya gimana?"

"Apa selama lo punya kemampuan itu lo pernah nyoba berusaha buka gerbang masalalu? Setau gue kalau di film-film horor gitu tuh bisa Sel,"

Ghisela menghela nafasnya kasar, "Gue udah coba berkali-kali, kalau secara sengaja itu gak bisa Er. Semuanya murni atas ketidak sengajaan, dan bukan paksaan. Semakin gue paksa buka gerbang masa lalu, semakin kekuras energi gue, dan gue gak kuat."

"Oke, untuk masalah kak Elang sama cewek yg dia buntingin itu kita skip dulu. Kalau komunikasi sama makhluk gaib lo pasti bisa kan?"

Ghisela mengangguk, "Tapi siapa yang bisa gue ajak komunikasi?"

"Makhluk yang ngaku sebagai ibu buat baby Zio. Lo bisa kan komunikasi sama dia?"

"G-gue-- gue masih agak takut Er, gue trauma karna gue pernah di serang sama mereka. Mereka kalau marah bener-bener nyeremin."

"Nah itu masalah lo! Lo itu penakut. Harusnya dengan lo punya kemampuan itu, mental lo kelatih buat terbiasa bicara dengan mereka dan lawan."

"Tapi--"

"Tapi apa?"

"Gue ngerasa diri gue terlindungi. Seperti yang gue ceritain sama lo, kalau Raka masih terus melindungi gue dengan doa-nya. Tapi gue gak tau dia dimana sekarang, dan gue gak bisa keluar dari sini. Gue udah jauh sama Elang, g-gue udah kepalang ada disini."

Erina memeluk Ghisela, "Ada gue. Gue bakalan bantu lo berkomunikasi sama makhluk itu Sel. Gimana kalau malam sekarang lo bawa baby Zio. Kita panggil makhluk itu ke tempat yang angker, dan gue tau tempatnya dimana."

Sedikit termenung, ide Erina cukup menarik dan Ghisela menyetujui.

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang