BAB 19

57 6 0
                                    

Septia namanya, kakak perempuan dari Calista.

Septia sangat menyayangi Calista, karena Calista adalah keluarga satu-satunya untuknya. Mereka sudah tidak memiliki orangtua.

Meskipun hanya tinggal berdua, keduanya tidak sama sekali kekurangan karena berasal dari orangtua yang berada. Septia sendiri sudah mewarisi perusahaan yang sukses di kota besar ini.

Tepat di hari itu, hari dimana hatinya hancur berkeping-keping. Adik perempuannya di temukan meninggal dunia di dalam toilet sekolah dengan keadaan kepala berlumur darah akibat suatu benturan. Pihak sekolah mengatakan bahwa Calista terjatuh di kamar mandi, sebab lantai yang licin menjadi alasan yang cukup masuk akal.

Bahkan OB yang biasa bersih-bersih-pun di jadikan saksi mata bahwa memang Calista tergelincir lalu kepalanya terbentur dan tewas. OB bernama Atang mendengar Calista berteriak, lalu setelahnya mereka sudah menemukan Calista dalam keadaan tak bernyawa.

Akan tetapi, Septia tidak percaya.

Bagaimana mungkin hanya tergelincir bisa sampai menimbulkan benturan sekeras itu? Mungkin 50:50 jika di fikirkan bisa jadi iya, tetapi feeling seorang kakak tidak pernah salah.

Septia bertindak, ia pergi ke orang pintar atau yang di sebut dukun untuk menuntaskan kasus yang menurutnya di tutupi oleh pihak sekolah.

Seorang anak petinggi yang menjadi pelaku. Bahkan gadis itu sampai detik ini masih hidup layaknya tidak pernah melakukan dosa di masa sebelumnya.

Kepergian Calista sudah berjalan satu bulan, tetapi sulit bagi Septia mengungkap siapa pelakunya karena tidak punya bukti yang kuat.

"Hidupkan kembali jiwa-nya dalam tubuh seseorang, agar semuanya terungkap bisa kan Nyai? Berapapun harganya saya bayar."

"Bisa, tetapi kasus ini sudah satu bulan lamanya, jadi saya membutuhkan waktu untuk memanggil adikmu kembali. Dia akan hidup pada jiwa seseorang yang bisa membantunya, yang hatinya bersih dan memiliki kemampuan mata batin terbuka."

"Lakukan, asal kasus itu terbongkar. Saya tidak akan pernah bisa tenang jika adik saya tiada dalam keadaan penuh penderitaan."

Calista di hidupkan sebagai arwah gentayangan. Sebagian murid di sekolah ada yang pernah melihatnya berjalan di koridor saat sepi, ada yang pernah melihatnya terbang tertawa-tawa seperti semacam kuntilanak, dan ada pula yang mendengarnya menangis sesegukan padahal wujudnya tidak ada.

Akan tetapi, tidak semua orang percaya bahwa makhluk halus itu ada. Jadi sebagian orang menganggapnya hanyalah halusinasi, sebab berita tewasnya Calista sungguh membuat keterkejutan bagi penghuni gedung sekolah.

"Kaka,"

"Calista, benarkah itu kamu?" gadis itu tersenyum mengangguk. Hanya saja keduanya tidak bisa saling bersentuhan, sebab bukan lagi dari dunia yang sama lagi.

"Calista kangen kakak.."

"Siapa yang udah buat kamu seperti itu? Kakak gak percaya kalau kamu terpeleset dan tewas."

"Namanya Baby, semua orang kenal dia. Baby sombong, jutek dan gak banyak omong. Tapi kalau dia gak suka sama oranglain, dia bisa siksa orang itu. Aku jadi korbannya,"

"Apa yang udah dia lakuin sama kamu?"

"Aku sering di siksa diam-diam tanpa sepengetahuan siapapun, Baby sering tampar aku di kelas saat sepi."

"Alasanya apa?" sungguh hati Septia begitu perih mendengar apa yang adiknya jelaskan.

"Aku gak tau. Tapi dia bilang jangan cari perhatian banyak orang termasuk Abizar."

"Abizar?" Calista mengangguk. "Pacarnya dia?"

"Bukan, Abizar gak suka sama Baby. Abizar itu kakak kelas di sekolah. Dan di hari itu Baby ajak aku ke toilet pas sekolah udah bubar, lalu kepalaku di benturin beberapakali ke tembok, kak sakit... shhh hikss.."

Tangan Septia mengepal menahan emosi. Dendam ini harus terbalaskan! Sakit di balas maaf tentu tidak adil, apalagi jika nyawa di bayar uang.

"Kenapa OB disana berani jadi saksi atas penyebab kamu meninggal Ca? Apa dia di bayar?"

"Iya, Baby anak pemilik sekolah. Orangtuanya petinggi, gak ada yang berani. Kak aku ingin semuanya tau kalau Baby orang jahat. Dia masih bisa hidup tenang setelah apa yang udah dia lakuin. Ak-aku pernah datang sama dia, tapi kemudian dia mengadu pada papa-nya dan di berikan perlindungan, sampai aku gak bisa datang lagi. Aku membutuhkan tubuh oranglain, untuk membalas perbuatannya!"

Saat itu satu sekolah ramai membicarakan kehadiran anak baru, yang kini namanya sudah terdengar hampir seluruh penjuru sekolah.

Namanya Ghisela Horlas. Cantik sekali, wajahnya bersih babyface tanpa make up.

Calista mulai mendekat seolah memiliki magnet untuk merasakan bahwa Ghisela memiliki hal lain yang istimewa.

Memastikan dengan menyapa, Calista cukup terkejut karena wujudnya bisa Ghisela lihat.

Sepertinya dia yang akan aku pinjam tubuhnya untuk membalaskan dendamku.

Langkah pertama berhasil, ia berkenalan dengan Ghisela. Ya walaupun dapat Calista rasakan bahwa Ghisela seperti merasa ketakutan, gelisan dan perasaannya nampak cemas.

Kaya-nya dia gak sadar sama kemampuannya sendiri. Buktinya dia bisa melihat aku seperti dia melihat manusia pada umumnya.

Tentu Calista mengadu pada sang kakak, dan setiap hari di lakukannya ritual yang dukun itu langsungkan.

"Makanannya harus mie, di dalam makanannya sudah di berikan ajian yang membuat anak itu tertidur lelap, setelah itu arwah adikmu bisa merasuki tubuhnya. Hanya saja waktunya tidak sampai satu hari penuh, maka jangan membuang waktu lagi."

Septia memberanikan diri setiap malam ia pergi ke gedung sekolah itu, mengendap diam-diam melalui celah yang bisa ia masuki, lalu menyimpan makanan berupa mie di dalam kolong meja kosong sebelah tempat duduk Ghisela. Jangan tanya kenapa ia bisa masuk dengan mudah ke dalam kelas, karena semuanya sudah ia rencanakan sampai ia memiliki kunci cadangan.

Keesokannya pada jam istirahat, Calista menyodorkan makanan itu pada Ghisela, lalu saat Ghisela tertidur saat itu pula Calista merasukinya.

"Minggir!" sikap urakan yang Calista buat tentu membuat murid lain jadinya tidak berani membully Ghisela. Karena mereka berfikir, Ghisela terlalu berani walau kelihatan diam.

Dengan sorot mata penuh amarah, ia ingin sekali menghampiri Baby, namun sayangnya selalu saja gagal karena Baby tidak begitu bergaul, anak petinggi itu hanya bergaul di luaran saja.

Pertamakalinya sorot mata Calista bertemu dengan Abizar. Yang padahal selama ini ia tidak pernah memiliki perasaan lebih, selain kagum karena Abizar tampan.

"Maaf,"

"Hm." Cuek memang sikapnya. Tetapi entah mengapa Abizar begitu menusuk menatap sorot mata Ghisela yang di dalamnya terdapat raga Calista.

Setelahnya Abizar pergi berlalu, namun Calista begitu merasa terselidik.

Apa Abizar tahu kalau tubuh Ghisela aku pinjam? Tetapi emangnya dia punya kekuatan apa sampai bisa tau? Gak mungkin kan?

Selama mengenal Ghisela, selama itu pula Calista mempergunakan tubuh Ghisela agar sampai pada tujuannya.

Pada hari ketiga, ini pertamakalinya Calista gagal membuat Ghisela mau memakan makanan yang sudah di isi ajian oleh sang dukun, semua karena Raka yang tiba-tiba datang dan membuat Calista panik lalu pergi dari hadapan Ghisela.

"Sial, Ghisela pasti melihatku bisa menembus dinding. Bagaimana ini?"

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang