Enam - Bersua

15 2 0
                                    

Pesan tersirat dalam alunan nada kesukaanmu

Apakah pesan itu untukmu?

Katakanlah, bunga apa yang menjadi kecintaanmu

Lalu aku akan mengirimkan per tangkai tiap harinya

Apa boleh aku memilih setangkai bunga yang mendeskripsikan kepribadianmu?

Jika aku memilih, "Moonflower" akan menjadi yang kutuju

Warna putih nan elok, sederhana tapi jelita

Mendeskripsikan betapa menawan dirimu wahai tuan putri

Kau sejukkan hati juga jiwa

Walau memahat luka yang nyata, keindahanmu akan slalu ku puja

- - - -

Tak ingin lepas dari pikiranku. Begitu lekat, begitu erat tak dapat dipisahkan. Menjadi pertanyaan baru dalam tiap-tiap pertanyaan yang masih singgah di pikiranku. Kalau seperti ini diriku habis dimakan oleh waktu, apakah cahayaku akan habis dihisap kembali olehnya? Tidak, aku tidak akan membiarkannya melahap sebagian dari diriku kembali. Tidak akan.

"Naa..."

"Lho, Tara? Perasaan baru saja aku melihatmu sedang berjabat tangan dengan para penulis itu, kamu sudah ada disini saja"

"Memangnya berjabat tangan memakan waktu berjam-jam? Mana janjimu, bilang bahwa kamu akan hadir sebelum acaraku dimulai, manaa?" ucap Tara dengan melipat kedua tangannya berlagak angkuh.

"Ya ampun, kamu tidak mengetahui saja apa yang sebenarnya terjadi padaku hari ini"

"Ih? Memangnya apa yang terjadi? Kamu harus menceritakannya segera kepadaku!!"

"Aduh Tara, nanti saja. Acaramu ini sedang berlangsung, lebih baik kamu menjadi tour guideku hari ini. Jujur aku sangat suka dengan semua ini, dengan pameranmu"

"Tapi kamu janji harus cerita padaku setelah acara ini berakhir"

"Iya Tara...."

Aku menghela napas panjang sebelum akhirnya Tara menganggukkan kepalanya dan bersedia menjadi tour guideku.

Ia menjelaskan satu persatu karya-karya yang ada pada setiap lorong yang berbeda, terlihat indah, terlihat menawan, juga terlihat menyedihkan. Beberapa kali aku menitikkan air mata saat mendengarkan kisah yang ada di dalam karyanya, Tara juga memelukku tiap kali aku menitikkan air mata.

Pameran ini sangat mengesankan bagiku. Tak hanya karya yang ditampilkannya tetapi beberapa hal yang dapat diisi oleh diri kita sendiri. Aku diantar oleh Tara untuk mencoba salah satu mikrofon yang dimana aku harus menggunakan headphone untuk mendengar gemuruh. Dengan mikrofon itu aku diharuskan untuk menyanyikan lagu kesukaanku, hal ini dilakukan oleh salah satu dari keluarga penderita kanker, bertujuan untuk menghilangkan sejenak akan kondisi yang dialaminya pada saat itu.
Menggunakan headphone yang bersuarakan gemuruh membuatnya melabuhkan imajinasi bahwa mereka sedang bernyanyi dibawah gemuruh. Memiliki pesan bahwa dia tidak takut akan gemuruh yang menyambar pada saat ia bernyanyi. Ia tidak takut akan kanker yang dialaminya, melainkan lawan dan menerjal rasa takut terhadap penyakitnya.

ARNALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang