Berlari walau tak di kejar
Berlari untuk apa?
Pentingkah dirinya saat ini dibanding dirimu?
Beribu tanya hadir dalam benakmu
Meyakinkan diri bahwa memang benar dia milikmu
Tidak nyonya, dia bukan milikmu
Tangisannya pun tak perlu kau dengar
Untuk apa? Dia bukan milikmu
- - -
"
Mala!" seru Ana ketika dirinya melihat Mala sedang berjalan keluar kelas.
Mendengar itu, Mala membalikkan tubuhnya mengarah kepada sumber suara. Dirinya mendapati Ana yang memanggil dirinya, ini adalah fenomena langka yang tidak pernah Mala dapatkan, bahkan siapapun tidak mendapat momen ini.
Ana berlari kecil menghampiri Mala dengan senyuman canggung, ia memberanikan diri untuk mendekati Mala. Mengajaknya berbincang. Tidak hanya itu sih, Ana juga ingin melunaskan rencana Nebula dan Tara.
"Mala, pulang naik apa?" tanya Ana dengan napas yang terengah-engah.
"Eh? Aku naik bus, kenapa Ana?" jawab Mala.
"Aku boleh mengajakmu berbincang tidak?" tanya Ana sekali lagi.
Mala tampak bingung dengan tingkah Ana kali ini, dia bahkan tidak pernah saling berjabat tangan untuk berkenalan, namun tiba-tiba saja Ana memanggilnya dengan sebutan Mala. Sebutan itu sebenarnya digunakan untuk teman-teman yang sudah mengenal lebih dalam dengan Mala. Selebihnya memanggilnya Mala dengan nama lengkapnya yaitu Nirmala.
"B-boleh, mau berbincang dimana, Ana?" tanya Mala sembari membenarkan posisi pada kacamatanya yang menurun dari batang hidungnya.
"Bagaimana jika kantin kampus? Sambil berjalan kesana kita dapat berbincang sepanjang koridor" ujar Ana sembari menggenggam kedua tangannya, menandakan grogi yang berhasil membuat dirinya tersenyum canggung.
"Baiklah, Ana"
Mereka berjalan melewati tiap-tiap koridor. Untuk memulai sebuah percakapan, Ana belum cukup mahir. Sehingga percakapan yang dimulai oleh Ana selalu berakhir dan tidak dapat mengalir secara natural. Namun, kini malah Nirmala yang sangat heran dengan Ana, ada apa dengan Analla hari ini? Mala membuka sebuah percakapan pada Ana.
Mala menolehkan pandangannya pada Ana sembari berjalan.
"Na, ada apa dengan dirimu hari ini? Sepertinya ini bukan Analla yang ku kenal"
Ana ikut menoleh, menampakkan senyum canggungnya. "Aku... anu... aku ingin mendapatkan teman" ujarnya kaku.
Perkataan Ana sukses membuat Mala tertawa kecil, ternyata Ana terlihat sangat lucu ketika mengatakan hal tersebut dengan binar mata yang membulat, pupil mata yang membesar, juga menggigit bibir bawahnya menandakan bahwa ia benar-benar takut gagal dalam mendapatkan teman.
"Kenapa tidak dari dulu saja kita berteman, Na?"
Ana menoleh, memberikan tatapan penuh harap pada Mala. "Mala bersedia jadi teman Ana?!" serunya.
Mala mengembangkan senyumannya pada Ana. Sosok Mala tidaklah sulit untuk ditaklukan sebagai teman, kepribadiannya yang ramah juga terbuka pada semua orang itu menjadi alasan kenapa Tara mempercayakan Mala untuk memberikan materi kelas pada Tara disaat Ana tidak dapat masuk kelas. Sebenarnya Mala sudah mengetahuinya, materi itu diberikan untuk Ana, beberapa kali Mala juga bertanya pada Tara kenapa tidak Mala saja yang memberikan langsung pada Ana. Namun, pertanyaan itu ditangkis oleh Tara, mengingat sahabatnya ini tidak pandai dalam bergaul dia memilih untuk dirinya saja yang memberikan pada Ana.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARNALLA
Teen FictionAnalla, sang gadis rembulan menciptakan sebuah jalannya hanya dengan secercah cahaya yang dipancarkan oleh dirinya sendiri. Analla sangat yakin bahwa hari itu akan datang tanpa sedikit pun bantuan dari elemen maupun planet lain untuk membangun jalan...