Tujuh - Sorai Pandang

14 2 0
                                    

Menyergap segenap dingin tubuhku

Hangat tanganmu lelehkan dinginku

Maukah kau untuk selalu berbagi hangat denganku?

Menangis dalam dekapmu, aman di dalamnya

Pertemuan dua insan tak bersatu

Pandang, sapa, lalu pergi

Tak dapatkah kau beriku ruang tuk jelaskan hidupku tanpamu?

Memandang terang sinarmu dari jangkauan rindu

Doa bagai jembatannya

Akses berlari memeluk raga yang tak miliki jiwa

Bahkan tak miliki cintaku


- - - -

"Manusia sepertimu tak layak untuk hidup!!"

"Saya tidak pernah meminta untuk dilahirkan!! Saya tidak meminta semua ini terjadi pada diri ini, saya hanya ciptaan Tuhan yang terlahir karena cinta dari kalian!!"

"Oh jelas kau dilahirkan atas dasar cinta, namun kau juga yang rusak kebahagiaan dalam keluarga ini!!"

"Jika saya bisa memilih, saya tidak ingin dilahirkan di keluarga ini!. Selama ini saya tidak pernah melakukan hal buruk ayah. Saya tidak merokok, saya tidak meneguk alkohol, saya tidak berkelahi, dan saya tidak masuk dalam pergaulan negatif yang menjerumus pada nama baik keluarga ini!. Penyakit yang saya miliki hanyalah titipan Tuhan supaya saya dapat mencintai diri saya lebih baik"

"Mencintai diri lebih baik?! jika memang benar begitu seharusnya kau juga dapat mengkontrol diri lebih baik, bukannya malah membunuh!"

     Genap puluhan tahun suara menggelegar ini terdengar di tiap sudut rumah. Disusul dengan suara sang pangeran kecil yang kian lama kian sama rupanya, menggelegar sempurna. Hidup dalam kesakitan, hidup dalam kesalahan, hidup dalam ketidakadilan tidak ada dalam list kebahagiaannya.

     Ia di cap membunuh adiknya oleh orang tuanya. Bukan sang pangeran itu yang melakukannya, tetapi Solaris. Menjadi manusia terpilih untuk menderita DID atau Dissociative Identity Disorder yang biasa disebut gangguan psikologis kepribadian ganda membuat pangeran kecil itu sulit untuk menggapai kebahagiaan. Seharusnya kala itu ia masih menjadi putra mereka, ia tidak tahu apa-apa karena tak ada seorang pun yang memberitahunya, ia hidup diatas kesengsaraan. Kehilangan figur ayah, bunda, bahkan kehilangan adik. Kala itu ia selalu berkelahi dengan segala ketakutan yang ada, ketakutan pada suara besar bagai gemuruh mengingatkannya pada hujan.

     Hingga sang pangeran cilik itu bertemu pada seorang gadis riang penyayang. Dia menjadi kecintaannya hingga kini, walau pertemanan ini tak berlangsung lama namun lukisan yang gadis itu berikan untuknya masih dia genggam erat hingga kini.

     Sang pangeran kecil beranjak menjadi sang mentari, bertambah gagah, bertambah tinggi dengan rambut tebal juga bulu mata lentik membuat yang memandang tampangnya akan terpikat dengan beberapa menit saja. Sang mentari degan segala sunyi yang dia punya, tak acuh atas banyaknya luka yang menghiasi beberapa bagian tubuhnya. Ayah dan bundanya bercerai, seringkali bundanya menarik sang mentari untuk tinggal bersamanya, namun sang mentari menolak, ia takut menyakiti siapapun yang berada di dekatnya.

Kini sang mentari itu tinggal sebatang kara dengan teman masa kecilnya, Renggo sang boneka dinosaurus yang menjadi saksi bisu dalam hidup sang mentari dari masanya bahagia menjadi suram.

ARNALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang