Tinta hitam terasa nyata saat kugoreskan
Perlahan mengulik tentang parasnya
Mempesona bagai gradasi awan kala matahari terbit
Tak perlu rapihkan helai rambutmu
Kau sempurna dengan bagaimana semestinya
Bahkan kau sempurna dengan pudar bayangmu
- - -
Kondisi pada kamar sang lelaki itu terlihat seperti kapal pecah, mendeskripsikan sebagaimana rasa sakit yang diperoleh dirinya. Gagal dalam hal menjaga orang lain demi diri ini, menarik diri dari beberapa orang yang jelas mencintainya. Satu keinginan yang ia miliki, kesembuhan.
Kerap kali ia membanting benda-benda yang ada di hadapannya, melempar ke segala arah. Disaat keresahan dan kegelisahan datang, disitulah sosok Solaris hadir mengendalikan tubuh kekar itu sepenuhnya. Bertindak seperti layaknya pembunuh, lengan yang seringkali terluka olehnya, tangisan disertai pukulan yang tak ada hentinya.
Menyalahkan diri sendiri atas apa yang sudah terjadi padanya. Lelaki itu hancur lebur tak tersisa, habis di lahap sebuah kekacauan. Ia tak butuh sebuah pelukan melainkan kesembuhan pada jiwanya. Sesosok temannya datang ke rumah untuk menolong sang lelaki tersebut, mengetahui bahwa lelaki itu akan bertindak menjadi orang berbeda setelah menceritakan kejadian memilukan antara dirinya dengan sang gadis tersebut.
Di dobrak nya pintu pada kamar Solaris oleh Keenan, teman kampus Solaris yang seringkali menanganinya ketika Solaris Elio hilang kendali. Setelah pintu terbuka bola mata Keenan membelalak, mendapati darah yang mengalir pada lengan Solaris. Ia langsung menghampiri Solaris.
"RIS! SADAR RIS, SADAR" seru Keenan.
" DIAM! Lo gak akan pernah tau rasanya gimana Nan! Gue sakitin dia Nan! Dia menderita karena gue, bunda menderita karena gue, bahkan ayah benar-benar benci sama gue. Kurang hancur apa sih gue di dunia ini, Nan?!" ujar Solaris dengan nada yang sangat lantang.
"Elio yang sebenarnya itu gak hancur, yang buat hancur itu diri lo! Solaris yang ada dalam tubuh lo! Solaris Elio yang sepenuhnya gak akan mampu melakukan hal itu!" seru Keenan sembari mengguncang bahu Solaris berharap lelaki itu tersadar.
"Semakin lama gue hidup, semakin banyak orang-orang yang gue lukai, Nan. Sebaiknya gue mati aja!" bentak Solaris.
"Yang harus di selesaikan itu kesembuhan penyakit lo, bukan nyawa lo!"
"GAK ADA YANG PEDULI SAMA GUE NAN. BAHKAN ELIO BENCI AKAN KEHADIRAN GUE DISINI. GUE HARUS MENGAKHIRI HIDUP GUE SEKARANG" bentak Solaris.
Ia mencari benda tajam, memiliki pemikiran negatif untuk mengakhiri dirinya sendiri agar tidak lebih banyak menyakiti orang lain. Pecahan pada sebuah benda itu sekarang sudah ada di genggaman tangan Solaris. Solaris mengarahkan benda tajam itu menuju nadinya, sontak Keenan pun menghentikan aksinya.
"BODOH! LO MAU LAKUIN APA HAH?!" tanya Keenan dengan nada yang sangat lantang.
"Gue akan bawa Elio mati bersama gue" ujar Solaris dengan tatapan tajam menyeramkan, menampakkan giginya dalam senyuman yang mencurigakan.
"GAK! LO PIKIR LO SIAPA?! TUHAN SAJA BELUM BERTINDAK UNTUK MENGAMBIL NYAWA LO! BERHENTI MENJADI BODOH, RIS"
"Bodoh? Lo bilang apa? Gue bodoh? Hahahahaha"
KAMU SEDANG MEMBACA
ARNALLA
Teen FictionAnalla, sang gadis rembulan menciptakan sebuah jalannya hanya dengan secercah cahaya yang dipancarkan oleh dirinya sendiri. Analla sangat yakin bahwa hari itu akan datang tanpa sedikit pun bantuan dari elemen maupun planet lain untuk membangun jalan...