Empat Belas - Berdirilah

10 1 0
                                    

Bulan...

Dengan goresan ini, bisakah kita bersinar lebih terang?

Mencari apa yang seharusnya dicari

Mendapat apa yang seharusnya di dapat

Bulan...

Bagaimana tentang kastil yang hampir berhasil kita tata?

Runtuh kah kastil itu saat ini, bulan?

Bulan...

Lupa kah kau akan siapa diri kita sebenarnya?

Lepaskanlah ia, wahai bulan...

Sebagaimana kau melepaskan dirimu pasca kehilangannya

- - -

     Rintik hujan menyelimuti diri ini, seakan memahami apa yang sudah terjadi pada diri ini. Tak hanya rintik yang berbicara namun petir yang menggelegar juga ikut serta mewakili kemarahan yang ada dalam benak hati ini.

Satu raga rapuh, maka raga lainnya merengkuh erat.

Satu raga lemah, maka raga lainnya menguatkan.

Satu raga gelap, maka raga lainnya menerangi.

     Pagi ini Ana rapuh, lemah, juga gelap. Dengan balutan selimut ia duduk dengan pandangan kosong, menatap seluruh objek yang ada dalam kamarnya dengan tak berperasaan, tak berinteraksi, tidak pula mengeluarkan suaranya. Kacamata yang sudah beberapa kali ia lepaskan akibat basah juga berembun oleh air mata, rasa sakit yang kian menghujam dirinya, tak lagi menyuarakan permohonan dengan memintanya kembali pada peluk seorang lelaki bertubuh besar.

     Nebula prihatin akan keadaan kakaknya pagi ini, seperti kilas balik beberapa tahun lalu ketika sang gadis berusia 17 tahun itu terkapar pada lantai kamarnya dengan pandangan kosong diiringi tangis yang tak bersuara. Beberapa kali Nebula marah pada sang lelaki itu yang sudah melemahkan sang kakak, kehidupan mereka sudah damai ketika sang kakak sudah tak lagi menyebutkan namanya.

     Apa yang terjadi di masa lalu tak akan pernah sirna dalam ingatan seseorang. Jika memang kamu lupa akan sakitnya masa lalu bukan berarti kamu melupakannya, melainkan sedang menyangkal apa yang sudah terjadi.

     Nebula menghampiri Ana dengan perlahan sembari menatap dengan tatapan kesedihan. Nebula berlutut di hadapan sang kakak, berusaha menguatkan dengan menggenggam tangan satu sama lain. Dua pasang bola mata itu kini jatuh pada pandangan yang sama, mimik wajah Ana seakan memberitahu Nebula bahwa sakit ini bukan main adanya. Nebula mengetahui apa yang Ana sampaikan melalui bola matanya, ia segera memeluk raga Ana yang kemudian dibalas dengan pelukan erat oleh Ana.

Gadis itu menangis cukup lama di dalam dekapan sang adik, namun tak disangka, Ana tertidur pula dalam dekapan yang sama.

Sungguh gadis yang malang...

- - -

     Mungkin, kebanyakan orang menganggap diriku berlebihan dalam mencintai seseorang. Tak heran pula jika banyak seseorang mengatakan hal itu di hadapanku. Tak sedikit pula yang menganggap masa lalu ku ini tidak seberat milik mereka. Namun, tak banyak yang mengetahui apa sebenarnya gelap ku, apa sebenarnya sakit ku yang bukan hanya sebabnya, bukan hanya sebab seseorang yang aku cintai.

ARNALLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang