14. Fakta.

0 0 0
                                    

Sinar matahari sore menerobos celah gorden, menerangi kamar Helen. Gadis itu membuka mata perlahan, mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya. Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencari sosok Rama yang tadi membacakannya dongeng sebelum tidur.

"Rama?" Helen berbisik, suaranya serak karena baru bangun tidur.
Ia melihat buku dongeng "teronggok Bisu" tergeletak di nakas samping ranjang. Rama meletakan buku itu di sana sebelum pergi. Helen bangkit dari tempat tidur, berjalan mendekati jendela kamar yang terbuka. Ia menutup jendela dengan hati-hati, lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

Helen meniti anak tangga dengan perlahan, tangannya memegang erat pegangan. Ia melihat Dita, kakaknya, sedang duduk di sofa, menonton televisi. Layar televisi menampilkan cuplikan berita tentang Helen Keller, seorang perempuan tunarungu dan tunanetra yang berhasil meraih banyak prestasi.

"Helen, sayang, kau sudah bangun?" Dita menoleh ke arah Helen, matanya berbinar penuh kasih sayang. Ia langsung berdiri dan berlari kecil menghampiri sang adik.

Dita membantu Helen untuk duduk di sofa. "Mau makan, sayang?" tanya Dita, matanya menatap Helen penuh perhatian.

Helen mengangguk, matanya berbinar. Dita segera menyiapkan makanan untuk Helen. Ia menyuapi adiknya dengan penuh kelembutan.

"Apa Rama sudah pulang?"

"Rama sudah pulang, sayang. Dia pulang beberapa jam yang lalu," kata Dita, berusaha menenangkan Helen yang terlihat sedikit kecewa.

Helen mengangguk, namun matanya masih terlihat sendu. Setelah menghabiskan makanannya, Helen kembali ke kamar. Ia membuka laptop, jari-jarinya dengan lincah mengetik di keyboard. Helen membuka aplikasi media sosial dan mulai mencari nama "Rama Dhana".

"Ramadhana?" gumam Helen, matanya tertuju pada beberapa akun yang muncul di layar laptopnya. Ia mulai menjelajahi akun-akun tersebut, mencari informasi tentang Rama.

Hati Helen berdebar kencang saat ia menemukan sebuah akun dengan foto profil yang familiar. Foto itu menunjukkan seorang pria dengan senyum hangat, mengenakan kemeja putih dan berpose di depan sebuah mobil sport. Helen mengenali pria itu, Rama.

Dengan rasa penasaran, Helen membuka akun tersebut. Ia membaca setiap postingan, setiap komentar, setiap foto. Helen merasa semakin penasaran dengan Rama.  Ia ingin tahu lebih banyak tentang pria yang hampir setahun menyandang status berpacaran dengannya.

"Rama Dhana," Helen membacakan nama akun itu dengan pelan. Ia menemukan beberapa postingan yang menunjukkan Rama sedang berlibur di pantai, makan di restoran mewah, dan berfoto dengan teman-temannya. 

Namun, satu postingan menarik perhatian Helen. Foto itu menunjukkan Rama sedang berpose dengan seorang wanita cantik yang familiar, tangan mereka saling bertautan. Wanita itu mengenakan dress pendek yang menawan, senyumnya begitu manis. Di belakang mereka, terlihat taman yang indah dan megah, dan di belakangnya terpajang sebuah papan besar bertuliskan "My love Dita".

Helen yang tak menyangka dengan fakta yang baru didapatkannya, melihat layar laptop dengan berkaca-kaca. Ia tidak menyangka akan dibohongi oleh kedua orang yang paling ia sayang.

Namun Helen juga tidak bisa menyalahkann Dita. Mungkin dia menyembunyikan itu karena terlalu mengasihinya?

...

See you

Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang