Ia teringat kembali bagaimana kisah perjuangan mereka, kisah cinta mereka yang penuh lika-liku. , Ia teringat bagaimana Rama selalu ada untuknya, selalu menemaninya, menjaganya, dan menerima semua kekurangannya, bahkan penyakit yang pernah ia derita.
Helen beralih menatap Rama, menatap dalam di mata pria itu. , Ia merasakan sebuah kerinduan yang mendalam, sebuah kerinduan untuk kembali merasakan cinta yang pernah mereka rasakan.
"Apa kau masih mencintaiku, Rama?" , tanya Helen, suaranya bergetar, penuh harap.
Rama menggenggam tangan Helen, matanya menatap gadis itu dengan penuh kasih sayang. , "Aku selalu mencintaimu, bahkan sampai kau mati pun aku tetap mencintaimu," jawabnya, suaranya tegas, penuh keyakinan.
Helen merasakan air mata mengalir di pipinya. , Ia terharu mendengar kata-kata Rama, merasakan kembali cinta yang pernah mereka rasakan.
"Apa kau berjanji untuk tetap di sampingku, di sisiku, dan menerima segala kekurangan ku kelak?" , tanya Helen, suaranya masih bergetar.
Rama mengangguk, matanya berkaca-kaca. , "Aku berjanji untuk itu.
Helen tersenyum, air matanya mengalir deras. , "Aku juga mencintaimu, Rama."
Rama membulatkan matanya, terkejut mendengar pengakuan Helen. , Ia tak menyangka bahwa Helen masih mencintainya, masih mau memberikan kesempatan untuknya.
"Maksudmu?" , tanya Rama, suaranya penuh harap.
Helen tersenyum, matanya menatap Rama dengan penuh kasih sayang. , "Aku mencintaimu, Rama. , Begitu sangat mencintaimu. , Aku takut kehilanganmu, bahkan aku rasa aku tidak bisa hidup tanpamu. , Aku menerima semua yang sudah terjadi di masa lalumu, baik itu tentang Dita, teman-temanmu, keluargamu, apapun itu yang pernah terkait dalam masa lalumu."
Rama terdiam, hatinya dipenuhi kebahagiaan. , Ia tak menyangka bahwa Helen bisa memaafkannya, bisa menerima masa lalunya. , Ia merasa seperti telah mendapatkan kembali harta yang paling berharga dalam hidup.
"Terima kasih, Helen," ucap Rama, suaranya bergetar, penuh haru. , "Aku janji, aku akan selalu mencintaimu, aku akan selalu ada untukmu, dan aku akan selalu berusaha untuk membuatmu bahagia."
Helen tersenyum, matanya berkaca-kaca. , Ia merasa hatinya kembali menemukan ketenangan, kembali merasakan kebahagiaan yang pernah ia rasakan bersama Rama. , Ia tahu, jalan menuju penyembuhan itu masih panjang, tapi ia yakin, bersama Rama, ia bisa melewati semua rintangan dan membangun masa depan yang penuh cinta dan kebahagiaan.
.....
Dita baru saja pulang kerja. , Ia memasuki gerbang rumahnya dan memarkirkan mobil di depan rumah. , Dari dalam mobil, ia melihat Helen dan Rama sedang duduk berdampingan di teras rumah, menikmati senja yang mulai meredup. , Dita tersenyum, hatinya merasa hangat melihat pemandangan itu.
Ia membuka pintu mobil dan mendekati adiknya. , "Hai, apa kalian sudah makan malam?" , tanya Dita.
Helen menggeleng. , "Belum, Kak. , Tapi, nanti aku mau cari makanan sama Rama buat kita makan bareng," jawab Helen.
"Gak usah, biar aku masakin," kata Dita.
"Tapi, Kakak capek," ujar Helen.
"Nggak apa-apa, kalian tunggu aja. , Nanti kalau sudah matang, aku panggil."
Helen mengangguk, ia melihat kepergian Dita ke dapur. , Ia melirik Rama yang sedang duduk di sampingnya. , "Bantu Kak Dita, ya," bisik Helen.
Rama tersedak teh yang sedang diminumnya. , "Bantu apa?" , tanyanya bingung.
"Bantu masak.".
Rama menggaruk kepalanya. , Meskipun enggan meninggalkan Helen, ia juga tidak mau menolak permintaan gadis itu. , Akhirnya, dengan berat hati, Rama beranjak masuk ke dalam dan membantu Dita memasak.
Helen tersenyum, matanya mengikuti kepergian Rama. , Ia merasa bahagia melihat Rama mau membantu Dita. ,
Di dapur, Dita sedang sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. , Rama berdiri di sampingnya, sedikit canggung.
"Apa ada yang bisa kubantu?"
Dita yang sedang mencuci beras menggeleng. "Gak usah."
"Helen yang menyuruhku."
Dita yang merasa heran, mengabaikan itu. "Ya sudah kalau begitu kamu bisa bantu kupas bawang putih, ya," ucapnya, sambil menyerahkan sebuah pisau dan bawang putih kepada Rama.
Rama mengangguk, ia mencoba untuk fokus pada tugasnya, meskipun pikirannya masih tertuju pada Helen yang sedang menunggu di teras.
Dita memperhatikan Rama dengan senyum tipis. , Ia tahu, Rama masih merasa tak enak hati.
"Kamu jangan terlalu khawatir, ya," kata Dita, mencoba untuk menenangkan Rama. , "Aku sudah memaafkanmu, dan aku yakin, Helen juga akan memaafkanmu."
"Helen sudah memaafkanku," jawab Rama datar.
Dita yang sedang berjalan menuju kulkas, menghentikan langkah. Ia menoleh dengan mata berbinar. "Benarkah?"
Rama mengangguk. "Aku harap semua akan berjalan seperti semula."
Tak lama masakan yang dibuat sepenuh hatipun selesai. Helen yang sedang mengamati cahaya jingga yang menyiram halaman rumah, menoleh.
"Apa sudah selesai?" tanyanya pada Rama yang keluar.
"Ayo kita makan!"
Helen mengangguk semangat. Ia melangkah bersama Rama menuju sofa.
"Wah, makan apa kita malam ini?"
Dita yang sedang merapihkan piring tertawa mendengar suara ceria sang adik. "Menu simpel, nasi goreng cumi kesukaanmu."
"Asyik!" seru Helen, menerima piring yang disodorkan sang kakak.
Dita terkekeh. "Kalau kurang bilang kakak."
Helen mengangguk, menyendok nasi dengan semangat. "Ayo makan Rama!" suruhnya karena melihat Rama hanya terdiam.
"Aku gampang."
Helen menggeleng tak ssuka. "Kakak, tolong ambilkan nasi untuk Rama!"
Dita yang sedang mengunyah, menoleh menatap Rama. "Makan dulu."
"Aku sudah kenyang."
Dita meletakan piringnya dan mengambil piring baru. Ia mempersiapkan makan untuk Rama. "Makanlah bersama."
Rama yang enggan, menerima piring yang disodorkan dengan raut keberatan. "Padahal aku sudah kenyang. Beberapa jam laluu baru makan."
"Itu makan siang," ucap Helen menyela.
Namun Rama hanya terdiam dengan mulutnya yang sibuk mengunyah.
"Kakak, lain kali saat kau libur kita masak-masak bersama ya." Helen membuka percakapan dengan sang kakak.
Dita mengangguk, masih sibuk mengunyah. "Boleh saja."
"Kita buat tiga menu istimewa."
"Emangnya mau masak menu apa?"
"Nasi goreng cumi, Ayam lada hitam, dan masakan kesukaan Rama."
.....
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT)
RomanceHelen, dengan mata redup namun berbinar semangat, kembali ke tanah air setelah sepuluh tahun berjuang melawan kanker. Ia ingin merasakan kembali pasir pantai masa kecilnya, tempat kenangan bersama sang ibu terukir. Di sana, ia bertemu Rama, pria mis...