Beberapa hari setelah percakapan di taman, Helen merasakan sebuah tekad baru tumbuh dalam dirinya. , Ia memutuskan untuk menghadapi Rama, menanyakan apa masih ada perasaan yang tersisa untuk sang kakak.
Ia teringat bagaimana percakapannya dengan Dita di taman. Bagaimana pertemuan pertama mereka, bagaimana Rama mencampakan dan meninggalkan Dita begitu saja, bagaimana Dita harus berjuang menyembuhkan lukanya sendiri, dan bagaimana perasaan gadis itu sekarang.
Helen menghela nafas berat. Matanya tertuju pada pintu yang tertutup. Biasanya Rama akan datang menemuinya meskipun Helen mengabaikannya.
Tak berselang lama, suara ketukan pintu terdengar dan Helen mempersilahkan seseorang itu untuk masuk.
Di sana, Rama muncul dan menutup pintu kembali. Ia membawa sebuket bunga dan coklat.
"Bagaimana kabarmu hari ini?" , tanya Helen, suaranya datar, tanpa sedikitpun menunjukkan emosi.
"Baik, hanya kekurangan tidur," jawab Rama lemah. Ia meletakan buket dan coklat di samping Helen.
Helen terdiam, menatap bawaan yang dibawa pria itu dengan raut heran.
"Itu untukmu," jawab Rama seolah mengetaui isi pikiran Helen.
"Terima kasih." Helen meraih buket yyang dibawa dan menghirupnya dalam.
"Kenapa kurang tidur? Apa ada hal yang kau pikirkan?" tanyanya disela endusan.
"Ada satu hal yang sangat mengganggu pikiranku. Aku selalu memikirkannya setiap detik, setiap menit, bahkan setiap hembusan nafasku."
Helen yyang mendengar itu menahan senyumnya. "Memang apa itu?" tanyanya, menaru kembali buket.
"Kau, Helen."
Helen terkekeh kecil mendengar jawaban Rama. , Ia menggeleng heran, namun tetap terpaku pada pria di hadapannya. .
Rama yang melihat Helen bersemu, melebarkan senyum. Hampir tiga pekan ia tidak melihat reaksi menggemaskan itu pada Helen. Tangannya sibuk mengambil sesuatu dari saku jaket.
Kotak yang sudah dipersiapkan dari beberapa hari, masih utuh, dihiasi pita merah yang indah. , Rama membuka kotak itu perlahan, dan di dalamnya, tersimpan sebuah kalung berlian yang berkilauan.
"Ini untukmu, Helen," katanya, matanya penuh harap.
Helen terdiam, matanya menatap kalung itu dengan pandangan yang sulit diartikan. , Ia masih ragu, masih belum bisa mempercayai Rama.
"Aku mencintaimu, Helen," kata Rama, tangannya meraih tangan Helen. , "Aku ingin kita memulai lagi, aku ingin kita membangun masa depan bersama."
Helen menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang masih bergelut dengan keraguan. , Ia tahu, Rama sangat mencintainya, masih berusaha untuk mendapatkan kembali kepercayaannya.
Namun, luka di hatinya terlalu dalam. , Kepercayaan yang telah hancur tak mudah untuk dibangun kembali. ,
Ia masih teringat foto-foto kebersamaan Rama dengan Dita. Bahkan perkataan Dita selalu terngiang-ngiang dalam ingatan. Helen takut Rama akan mengulangi hal yang sama. Ia takut jika Rama menghianatinya dan pergi begitu saja.
Helen menghela nafas, menatap kalung berlian yang sudah bertengger manis di leher. Ia begitu mencintai Rama.
....
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT)
RomanceHelen, dengan mata redup namun berbinar semangat, kembali ke tanah air setelah sepuluh tahun berjuang melawan kanker. Ia ingin merasakan kembali pasir pantai masa kecilnya, tempat kenangan bersama sang ibu terukir. Di sana, ia bertemu Rama, pria mis...