23. Helen yang Keritis.

0 0 0
                                    

Dita berlari tergesa-gesa, jantungnya berdebar kencang seperti drum yang dipukul cepat.  , Ia menerobos pintu rumah sakit, matanya mencari-cari Rama di ruang tunggu.

"Rama!" , teriaknya, suaranya bergetar, "Di mana Helen?"

Rama yang sedang duduk di kursi tunggu, memeluk lututnya, langsung berdiri.  , Wajahnya pucat pasi, matanya sembab, seolah-olah baru saja menangis.

"Helen ... dia ..." Rama terbata-bata, tak mampu melanjutkan kalimatnya.

Dita langsung menghampiri Rama, tangannya meraih pundak Rama erat.  , "Apa yang terjadi?  , Ceritakan!" , pintanya, suaranya bergetar.

"Dia ... dia sedang ditangani dokter," jawab Rama, suaranya parau.

Dita merasakan tubuhnya lemas.  , Ia terhuyung mundur, hampir terjatuh.  , "Apa maksudmu?  , Apa yang terjadi pada Helen?"

, Rama menunduk, tak berani menatap mata Dita.  , "Aku3 Titik aku tidak tahu," jawabnya, suaranya semakin parau.

, Dita merasakan firasat buruk.  , Ia sudah sering merasakan Helen masuk keluar rumah sakit, namun kali ini, ia merasakan sesuatu yang berbeda.  , Perasaan dingin dan hampa mencengkeram hatinya.

, "Rama, ceritakan apa yang terjadi!" , pinta Dita, suaranya bergetar.

Rama menghela napas, matanya berkaca-kaca.  , "Saat aku dan Dita selesai mengantarkan undangan pernikahan, Helen ... menelponku, dia memintaku untuk kembali ke rumah. Namun ketika sampai ... Helen ...." jawabnya, suaranya tercekat.

Dita merasakan tubuhnya menegang.  , "lalu?" , tanyanya, suaranya bergetar.

"Aku ... aku tidak tahu," jawab Rama, suaranya semakin parau.  , "Dokter sedang memeriksa dia."

Dita terduduk di kursi, tubuhnya lemas.  , Ia merasakan air mata mengalir deras di pipinya.  , Ia tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Helen.

"Rama ... aku takut."

Rama memeluk Dita erat, berusaha menenangkannya.  , Namun, ia pun merasakan ketakutan yang sama.  , Ia takut kehilangan Helen, ia takut jika Helen pergi.

Beberapa jam kemudian, dokter keluar dari ruang pemeriksaan.  , Dita dan Rama langsung menghampirinya, matanya penuh harap.

"Bagaimana keadaan Helen, Dok?" , tanya Rama, suaranya bergetar.

Dokter menghela napas, wajahnya muram.  , "Keadaan Helen sangat kritis.  , Jantungnya ... jantungnya sudah stadium terakhir."

Dita terhuyung ke belakang, tubuhnya lemas.  , "Apa maksudmu, Dok?  , Helen ... Helen akan baik-baik saja, kan?"

Dokter menggeleng, "Saya tidak bisa menjamin itu.  , Hanya mukjizat yang bisa menyelamatkan Helen."

Rama terdiam, tubuhnya menegang.  , "Dokter, tolong ... tolong selamatkan Helen," mohonnya, suaranya bergetar.

Dokter hanya bisa menghela napas, "Saya akan melakukan yang terbaik.  , Tapi, saya mohon ... pihak keluarga bisa ikhlas."

Dita menjerit, air matanya mengalir deras.  , Ia tidak bisa menerima kenyataan ini.  , Ia tidak ingin kehilangan Helen, ia tidak ingin hidup tanpa Helen.

Rama memeluk Dita erat, berusaha menenangkannya.  , Namun, ia pun merasakan kesedihan yang mendalam.  , Ia tak ingin kehilangan Helen, ia tak ingin hidup tanpa Helen.

Namun, mereka berdua tahu, kenyataan pahit ini harus mereka terima.  , Mereka harus ikhlas, mereka harus menerima takdir.

.....
Detik, menit, jam, dan hari sudah terlewat dengan setitik assa.

Rama yang setia mmenunggu kesadaran sang kekasih, menatap gadis yang terbaring tak sadarkan diri dengan mata berkaca. Ia menggenggam tangan Helen yang terasa hangat. Namun Rama yang selalu berharap kekuatan cinta mereka dapat menyadarkan Helen, menceritakan bagaimana kisah mereka dimulai.

"Kamu ingatkan, Len?" , tanyanya setelah menceritakan bagaimana Pantay Laxmo mempertemukan mereka.

Namun Helen masih sama seperti hari-hari kemarin. Saat ia mengulang kisah yang sama, gadis itu tampak tak terusik dengan suaranya. Helen begitu damai di alam mimpi.

"Maafkan semua kesalahan yang pernah kuperbuat. Masih ada banyak hal yang belum kuceritakan padamu, Len." Rama terisak. Hampir sepekan ia menemani Helen dan menceritakan banyak hal, baru kali ini ia merasa tak mampu lagi membendung tangis.

"Sadar, Helen. Ingat besok hari pernikahan kita."

Di sela-sela percakapannya, suara derit pintu menyadarkan Rama. Buru-buru ia menyeka air mata di pipi.

"Sarapan dulu, Rama." Kevin, ayah Rama yang baru datang semalam menghampiri sang anak. Ia menyerahkan sekantong makanan untuk sarapamn.

Rama mengangguk, menerima makanan itu dan meletakannya di bawah.

Tak lama Dita dan Gio datang. Mereka menyalami Kevin dan Rama yang membisu.

"Bagaimana apa ada kabar dari Dokter?" , tanya Gio membuka percakapan.

Mereka bertiga sepakat membagi tugas menjaga Helen. Dan dari kemarin sampai hari ini adalah tugas Rama. Namun karena Kevin yang sudah merencanakan kedatangannya dari jauh-jau hari, tadi malam ikut menjaga Helen.

Rencana awal Gio dan Kevin datang untuk memberkati pernikahan anak mereka. Namun takdir berkata lain.

"Dokter bilang kalau sampai sepekan Helen tidak memiliki perkembangan. Semua alat yang membantunya bertahan akan dilepas."

Dita yang mendengar itu, berjalan menghampiri sofa. Ia sudah mempersiapkan diri jika harus kehilangan Helen. Namun ketika mendengar kemungkinan yang ditakutkannya terjadi, ia tetap merasa belum siap. Dan bahkan sampai kapanpun ia tak akan pernah siap.

Gio ikut lemas. Ia duduk di samping Dita, memeluk sang putri menguatkan.

"Helen! , " bisik Rama, masih menggenggam tangan kekasihnya, "sadarlah! Kami di sini menunggumu."

Sedetik kemudian,Rama bisa merasakan pergerakan kecil di tangan Helen. Ia menoleh menatap Kevin dengan mulutnya yang terbuka.

"Kenapa, Rama?"

"He ... Hel ... Ini ...."

Kevin yang bingung, mengikuti arah telunjuk Rama dan menatap tak percaya.

Ia melihat Helen membuka matanya dan menitikan air mata.

Kevin menghampiri Dita dan Gio yang sedang berpelukan. "Lihat Helen!" , suruhnya dan berlalu keluar.

Dita dan Gio yang bingung, bergegas menghampiri Helen yang terbaring. Mereka meledakan tangis sampai terisak ketika melihat mata itu.

.....

Bagaimana kelanjutan kisah Rama dan Dita?  , Apakah mereka akan bisa menerima kenyataan ini?  , Apakah Helen akan bangun dari komanya?

See you

Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang