Bulan-bulan berlalu, seperti air yang mengalir tanpa henti. Kehidupan Helen dan Rama kembali seperti semula, seakan-akan pertemuan di taman belakang itu hanyalah mimpi buruk yang berusaha dilupakan. Rama tetap sering berkunjung, menemani Helen menonton film, makan malam, atau sekedar ngobrol di teras. Suasana di antara mereka terasa hangat dan akrab, seperti sebelum pertemuan itu terjadi.
Helen merasa seperti terjebak dalam sebuah labirin. Ia ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi pada malam itu, namun ia takut untuk mendengar jawabannya. Ia takut jika kebenarannya akan menghancurkan hubungan mereka.
Hubungan Dita dan Helen pun tetap sama. Mereka tetap hangat seperti sebelumnya. Hanya saja, Dita yang sudah diterima kerja sejak 5 bulan lalu menjalani rutinitas sebagai desainer yang membuatnya jarang ada di rumah. Dita sering menghabiskan waktu di luar, berangkat saat mentari baru muncul dan pulang ketika mentari hampir tenggelam.
Suatu sore, saat Rama sedang asyik bercerita tentang film yang baru saja ditontonnya, Helen tiba-tiba teringat pertemuan mereka di taman belakang. Entah mengapa ia merasakan sebuah gelombang kegelisahan menjalar di tubuhnya, begitu menyesakan, dan hampir meledak.
"Bagus sekali pak tua itu memainkan perannya," ucap Rama antusias. Ia mengatakannya sembari menonton drama di televisi ruang tamu rumah Helen. Namun ketika tidak ada tanggapan, ia menoleh dan mengangkat satu alis bertanya. "Ada apa Len? Apa dadamu sakit lagi?" tanyanya khawatir.
"Aku ingin bertanya sesuatu."
Namun Helen malah mengatakan hal lain.
Rama menatap Helen dengan tatapan penuh tanya, "Apa itu?"
"Tentang Dita. Aku masih ragu dengan alasanmu. Menurutku itu terlalu khonyol dan tidak masuk akal."
Rama terdiam sejenak, matanya menunduk, menghindari tatapan Helen. Ia merasa seperti perangkap tak terlihat.
Ia menghela napas, "Helen, aku tidak bisa menceritakannya sekarang. Aku mohon, berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya."
"Waktu?" Helen tidak langsung menjawab. ?Baiklah, aku akan memberimu waktu tapi kuharap kamu mengatakan kejujuran."
Rama mengangguk, "Aku berjanji, Helen. Aku akan menceritakan semuanya padamu."
Mereka berdua terdiam sejenak, hanya suara detak jantung yang memecah keheningan. Helen merasa gelisah, ia ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, namun ia juga takut untuk mengetahui kebenarannya. Ia takut jika kebenarannya akan menghancurkan hubungan mereka.
"Helen," kata Rama, suaranya terdengar lirih, "Aku mencintaimu. Aku berjanji tidak akan pernah menyakitimu."
Helen terdiam sejenak, matanya menatap Rama dengan tatapan yang penuh tanya. Ia ingin mempercayai Rama, namun ia juga merasa ragu.
"Aku harap kamu tidak berbohong padaku, Rama," jawab Helen, suaranya terdengar berbisik.
"Aku tidak akan pernah berbohong padamu, Helen," jawab Rama, matanya menatap Helen dengan penuh kasih sayang.
.....
Semoga kelanjutan cerita ini lebih menarik dan membuat Anda penasaran! 😊
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT)
RomanceHelen, dengan mata redup namun berbinar semangat, kembali ke tanah air setelah sepuluh tahun berjuang melawan kanker. Ia ingin merasakan kembali pasir pantai masa kecilnya, tempat kenangan bersama sang ibu terukir. Di sana, ia bertemu Rama, pria mis...