Chapter 15

118 19 0
                                    

Bella melihat jadwal dari siang hingga sore ternyata kosong, Bella menggunakan kesempatan ini untuk berlatih ilmu sihir diruangan kebutuhan. Sebelum berlatih Bella terlebih dahulu meminjam buku diperpustakaan, namun sayang buku-buku dibagian terlarang belum bisa dia akses karena untuk memasukinya harus dengan izin atau recomendasi dari profesor.

Harmione mendapatkan akses ditahun kedua dengan bantuan lockhart, tapi itu akan sangat lama, dia butuhkan aksesnya sekarang. Hingga ide gila terlintas diotaknya hehe..., mungkin Bella akan mencoba izin tidak masuk kelas pada pelajaran profesor Sprout, karena pura-pura sakit, dan harus membutuhkan tanda tangan, ide Bella adalah untuk mengubah surat izin tersebut dengan mantra pesona, sehingga surat itu akan berubah tampilanya dan akan kembali seperti semula setelah 2 jam.

_________________________________________

Setelah kembali dari ruang kebutuhan Bella langsung kembali ke aula untuk makan malam, dan Bella menuju bangku kosong disamping Ron dan Harry. Mereka sedang mengobrol tentang terpilihnya Harry sebagai seeker.

"Kau bergurau."

Saat itu mereka sedang makan malam. Harry baru saja selesai bercerita pada Ron apa yang terjadi waktu dia meninggalkan lapangan bersama Profesor McGonagall. Ron sudah hendak menyuap pai daging, sudah setengah jalan, tapi pai itu terlupakan begitu saja.

"Seeker?" katanya. "Tetapi anak kelas satu tidak pernah kau pastilah pemain termuda selama..."

"... seabad ini," kata Harry lalu menyuapkan pai ke dalam mulutnya.

"Selamat, ya, Harry aku senang mendengarnya,"

"Terima kasih, Bell" balas Harry sambil tersenyum. Ron begitu terpana, dia hanya ternganga menatap Harry. "Aku mulai latihan minggu depan," kata Harry.

"Tapi jangan bilang siapa-siapa. Wood ingin merahasiakannya." Fred dan George Weasley muncul di aula. Mereka melihat Harry dan bergegas mendekat.

"Bagus," kata George dengan. suara pelan. "Wood bercerita kepada kami. Kami anggota tim juga Beater." Rupanya mereka berdua pemukul bola.

"Kuberitahu kau, kita pasti akan memenangkan Piala Quidditch tahun ini," kata Fred.

"Kami belum pernah menang sejak Charlie pergi, tetapi tim tahun ini akan brilian. Kau pastilah hebat, Harry, Wood nyaris melonjak-lonjak ketika dia memberitahu kami."

"Tapi kami harus pergi. Lee Jordan mengira dia telah menemukan lorong rahasia menuju ke luar sekolah."

"Taruhan pasti yang ditemukannya lorong di belakang patung Gregory si Penjilat, yang telah kami temukan pada minggu pertama kami di sini. Sampai ketemu."

Baru saja Fred dan George menghilang, muncullah anak lain yang sangat tidak diinginkan. Malfoy, diapit oleh Crabbe dan Goyle.

"Makan malam terakhir nih, Potter? Kapan kau naik kereta kembali ke dunia Muggle?"

"Kau jauh lebih berani sekarang setelah kembali ke tanah dan berada bersama teman-teman kecilmu," kata Harry tenang.

Tentu saja Crabbe dan Goyle sama sekali tidak kecil, tetapi karena Meja Tinggi penuh para guru, tak seorang pun dari mereka berdua bisa berbuat lain kecuali mengertakkan buku- buku jari mereka dan merengut.

"Aku siap menghadapimu sendirian kapan saja," kata Malfoy. "Bahkan malam ini juga, kalau kau mau. Duel penyihir. Hanya tongkat tanpa kontak. Kenapa? Belum pernah dengar tentang duel penyihir, rupanya?"

"Tentu saja sudah," kata Ron, berpaling menghadap mereka. "Aku orang keduanya. Siapa orang keduamu?"
Malfoy memandang Crabbe dan Goyle, menilai mereka. "Crabbe," katanya.

"Tengah malam nanti, oke? Kita bertemu di ruang piala, ruang itu tak pernah dikunci." Setelah Malfoy pergi, Ron dan Harry berpandangan.

"Apa sih duel penyihir itu?" tanya Harry.
"Dan apa maksudmu kau menjadi orang keduaku?"

"Yah, orang kedua adalah orang yang akan mengambil alih kalau kau mati," kata Ron sambil lalu, seraya menyuap painya yang sudah dingin. Melihat ekspresi wajah Harry, dia cepat- cepat menambahkan, "Tapi orang hanya mati dalam duel yang sesungguhnya, antara dua penyihir betulan. Paling maksimal yang bisa dilakukan kau dan Malfoy hanyalah saling kirim percikan bunga api. Kalian berdua belum menguasai cukup sihir untuk membuat bencana besar. Lagi pula, berani taruhan, sebetulnya dia mengharap kau menolak."

"Lalu bagaimana kalau aku melambaikan tongkatku dan tak ada yang terjadi?"

"Lempar saja tongkatmu dan pukul hidungnya," saran Ron.

"Maaf."

"Guys, maaf menyela, apa kalian yakin dengan ajakan Malfoy? Maksudku, kalian tahu kecilikan Malfoy seperti apa, bisa saja ini jebakan, supaya kalian keluar pada saat jam malam." Bella berusaha mencegah keduanya, terlihat wajah mereka sedang berpikir, yang dikatakan Bella mungkin ada benarnya. Tapi, harga diri yang ada didalam diri mereka lebih unggul untuk menolak ajakan Malfoy.

"Kau tenang saja Bella, semua akan baik-baik saja." Kata harry

"Iya! Kalau malfoy beneran datang dan kami tidak ada disana, aku yakin kita akan jadi bahan olok-oloknya, Kau ikut saja dengan kami."

...

BERSAMBUNG....

Hai semua, mimin kembali lagi, sebelumnya mimin mau minta maqf karena updatenya agak overload dikarnakan kakek mimin kemarin meninggal dunia, mohon doanya ya semua untuk almarhum supaya tenang disisi alloh subhanahu wata'ala.🙏😊

Miss Black Adventures Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang