Chapter 16

93 11 0
                                    

Bella menunggu aba-aba Harry dan Ron, ya, Bella memutuskan untuk ikut bersama mereka. Terdengar ketukan kecil dari arah pintu, mungkin itu aba-abanya, Bella segera bangun perlahan dan langsung keluar dari kamarnya.

"Setengah dua belas," akhirnya Ron bergumam. "Lebih baik kita berangkat sekarang."

Mereka memakai baju luar, mengambil tongkat, dan mengendap-endap menyeberangi ruang   menara,   menuruni tangga spiral, menuju ke ruang rekreasi Gryffindor. Masih ada berkas-berkas bara di perapian, membuat semua kursi berlengan tampak seperti bayangan bungkuk hitam. Mereka sudah hampir mencapai lubang lukisan ketika terdengar suara dari kursi yang berada paling dekat, "Aku tak percaya kau akan berbuat begitu, Bella."

Sebuah lampu menyala. Rupanya Hermione Granger, memakai gaun tidur merah jambu, dengan kening berkerut.

"Hermione ini, tidak seperti yang kau bayangkan, aku sudah memcoba memberitahu mereka, bahwa ini hanya jebakan, tapi mereka tidak mau mendengarkan,"jelas Bella kepada Hermione, "jadi aku ikut untuk menjaga mereka berdua"cicit Bella pelan.

Terlihat wajah kesal Harry dan Ron mendengar apa yang tadi Bella Ucapkan, hey, Mereka bukan bayi yang perlu dijaga.

"Kau!" kata Ron gusar. "Tidur lagi sana!"

"Hampir saja kuberitahu kakakmu," Hermione balas membentak. "Percy dia Prefek, dia akan menghentikan ini."

Harry heran sekali ada orang yang begitu mau, ikut campur urusan orang lain. "Ayo," ajaknya kepada Bella dan Ron. Dia mendorong lukisan Nyonya Gemuk dan turun melalui lubang.

Hermione tak mau menyerah begitu mudah. Dia mengikuti Ron melewati lubang lukisan, mendesis kepada mereka seperti angsa marah.
"Tidakkah kalian peduli pada Gryffindor? Apakah kalian cuma peduli pada diri sendiri? Aku tak ingin Slytherin memenangkan Piala Asrama dan kalian akan membuat semua angka yang kudapat dari Profesor McGonagall karena tahu tentang Mantra Pertukaran hilang percuma."

"Pergi."

"Baiklah, tetapi sudah kuperingatkan kalian, ingat saja apa yang kukatakan kalau kalian ada di kereta api yang akan membawa kalian pulang besok, kalian ini sungguh..."

Tetapi mereka tak sempat tahu apa yang akan dikeluhkan Hermione. Hermione sudah berbalik menghadap ke lukisan Nyonya Gemuk untuk kembali ke dalam, tetapi ternyata dia menghadapi kanvas kosong. Si Nyonya Gemuk sedang mengadakan kunjungan tengah malam dan Hermione terkunci, tak bisa masuk Menara Gryffindor.

"Jadi aku harus bagaimana?" tanyanya nyaring.

"Ikut saja bersama kami" ajak Bella dan Ron langsung tidak setuju.

"Tidak Boleh, kau tidak boleh ikut dengan kami." Kata Ron

"Kau pikir aku akan berdiri di sini dan   menunggu Filch menangkapku? Jika dia menemukan kita semua, akan kukatakan hal yang sebenarnya kepadanya, bahwa aku sedang berusaha mencegah kalian, dan kalian bisa mendukungku."

"Itu urusanmu," kata Ron. "Kami harus pergi, kami sudah hampir terlambat." Mereka belum mencapai ujung koridor ketika Hermione mengejar mereka.

"Tutup mulut, kalian berdua!" kata Harry tegas. "Aku mendengar sesuatu."
Semacam isakan. "Mrs Noris?" bisik Ron, menyipitkan mata menembus kegelapan.

Ternyata bukan Mrs Noris, melainkan Neville. Dia melingkar di lantai, tertidur nyenyak, tetapi langsung terbangun kaget ketika mereka mendekat.
"Untung kalian menemukan aku! Sudah berjamjam aku di luar sini. Aku tak ingat kata kunci baru untuk masuk kamar."

"Pelan- pelan ngomongnya, Neville. Kata kuncinya 'moncong babi', tapi itu tak bisa membantumu sekarang, si Nyonya Gemuk entah sedang ke mana."

"Bagaimana tanganmu?" tanya Harry.

"Sudah sembuh," kata Neville, menunjukkan kedua tangannya.

"Madam Pomfrey membetulkannya dalam waktu semenit."

"Bagus nah, begini, Neville, kami harus pergi, sampai ketemu nanti..."

"Jangan tinggalkan aku!" kata Neville, buru-buru berdiri. "Aku tak mau di sini sendirian, si Baron Berdarah sudah lewat dua kali."

Ron  melihat arlojinya dan memandang marah pada Hermione dan Neville.
"Kalau salah satu dari kami tertangkap, aku akan kerja keras untuk menguasai Kutukan Bogies yang diceritakan Quirrell kepada kita dan menggunakannya kepada kalian."

Hermione membuka mulutnya, mungkin untuk memberitahu Ron bagaimana persisnya menggunakan Kutukan Bogies, tetapi Harry mendesis, menyuruhnya diam dan memberi isyarat agar mereka semua maju mengikutinya.

Mereka menyelinap sepanjang koridor-koridor yang disinari leret-leret sinar bulan yang masuk lewat jende la-jendela tinggi. Di setiap belokan, Bella mengira akan bertemu Filch atau Mrs Norris, tetapi mereka beruntung. Mereka bergegas menaiki tangga ke lantai tiga dan berjingkat-jingkat ke ruang piala.

Malfoy dan Crabbe belum ada di sana. Kotak-kotak trofi dari kristal berkilau terkena cahaya bulan. Piala, tameng, plakat, dan patung- patung emas dan perak mengilap dalam kegelapan. Mereka berjingkat sepanjang dinding, mata mereka menatap pintu di kedua ujung ruangan. Harry mengeluarkan tongkatnya, siapa tahu Malfoy melompat masuk dan langsung menyerang. Menit demi menit berlalu.
"Dia terlambat, mungkin tidak berani datang," bisik Ron. Kemudian bunyi di ruang sebelah membuat mereka terlonjak.

Harry baru mengangkat tongkatnya ketika mereka mendengar ada orang bicara dan orang itu bukan Malfoy.

"Enduslah, kucing manis, mereka mungkin sembunyi di sudut."
Itu suara Filch yang bicara kepada Mrs Norris. Ketakutan, Bella melambai-lambai panik kepada temannya untuk mengikutinya secepat mungkin. Mereka mengendap-endap menuju pintu, menjauh dari suara Filch. Jubah Neville baru saja lenyap, begitu ia membelok di sudut, ketika mereka mendengar Filch masuk ke ruang piala.

"Mereka ada di dalam sini," anak-anak mendengar Filch bergumam, "mungkin sembunyi."

"Ke sini!" Bells berseru tanpa suara, dan dengan ketakutan, mereka merayap menyusuri galeri penuh baju zirah. Mereka bisa mendengar Filch semakin dekat. Mendadak Neville memekik ketakutan dan berlari dia tersandung, memeluk pinggang Ron dan keduanya menjatuhi seperangkat baju zirah.
Bunyi gedubrakan dan kelontangan cukup untuk membangunkan seluruh sekolah.

"LARI SEMUANYA!" Bella berteriak dan kelimanya melesat ke ujung galeri, tanpa menoleh ke belakang untuk melihat apakah Filch mengikuti mereka. Mereka keluar dari pintu dan lari berbelok melewati koridor yang satu dan kemudian koridor lain, Harry di depan tanpa tahu di mana mereka berada atau ke mana mereka pergi. Mereka mene robos permadani gantung dan tiba di lorong tersembunyi, berlari sepanjang lorong dan keluar lagi dekat ruang kelas Jimat dan Guna-guna, yang mereka tahu terletak jauh sekali dari ruang piala.

"Kurasa kita sudah bebas dari dia," ujar Bella tersengal, bersandar pada tembok yang dingin dan menyeka dahinya. Neville membungkuk sampai terlipat dua, mendesah-desah dan merepet gugup.

"Sudah... kubilang... kan," Hermione terengah, memegangi baju di depan dadanya. "Sudah... kubilang... kan."

"Kita harus kembali ke Menara  Gryffindor," kata Ron, "secepat mungkin."

"Malfoy menjebakmu," Bella berkata kepada Harry. "Kau sadar sekarang, kan? Dia memang tidak berencana menemuimu Filch tahu ada anak yang akan berada di ruang piala. Pasti Malfoy yang mengisikinya."

Harry berpikir Bella mungkin benar, tetapi ia tak akan mengatakannya.

"Ayo, pergi."

Tidak akan semudah itu. Mereka belum berjalan lebih dari dua belas langkah ketika ada pegangan pintu yang berkeretak dan sesuatu meluncur keluar dari ruang kelas di depan mereka.

Ternyata Peeves. Dia melihat mereka dan menjerit kesenangan. "Diam, Peeves tolong, diam kau akan membuat kami dikeluarkan."

Peeves terbahak.

"Jalan-jalan tengah malam nih, anak-anak kelas satu? Tsk, tsk, tsk. Badung, badung, badung, kalian akan ditelikung." "Tidak, kalau kau tidak mengadukan kami, Peeves. Jangan dong, Peeves."

"Harus bilang Filch, harus," kata Peeves dengan suara saleh, tetapi matanya berkilat nakal. "Demi kebaikan kalian sendiri kok."

"Minggir kau," tukas Ron seraya melayangkan pukulan ke arah Peeves. Itu sungguh kesalahan besar.

.....

BERSAMBUNG

Jangan lupa vote ya!..💕

Miss Black Adventures Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang