Chapter 26

56 5 2
                                    

Sesudah makan malam mereka ber- empat duduk gelisah, memisahkan diri di ruang rekreasi. Tak ada yang mengganggu mereka; toh tak seorang anak Gryffindor pun mau bicara lagi dengan Harry. Malam ini pertama kalinya Harry tidak merasa sedih karenanya. Hermione membaca sekilas semua catatannya, berharap menemukan salah satu sihir yang akan mereka coba punahkan. Harry dan Ron tidak banyak bicara. Keduanya memikirkan apa yang sebentar lagi akan mereka lakukan.

Perlahan ruangan menjadi kosong ketika anak- anak satu demi satu pergi tidur.

"Lebih baik ambil jubahnya sekarang," gumam Bella, ketika akhirnya Lee Jordan pergi sambil menggeliat dan menguap. Harry berlari ke atas, ke kamar mereka yang gelap. Ditariknya jubahnya dan kemudian terlihat olehnya sending hadiah Natal dari Hagrid.

Dikantonginya seruling itu untuk digunakan pada Fluffy dia sedang tak ingin menyanyi. Harry berlari kembali ke ruang rekreasi.

"Lebih baik kita pakai jubahnya di sini, dan kita pastikan jubah ini menyelubungi kita bertiga kalau Filch melihat sepotong kaki kita berjalan sendiri..."

"Apa yang kalian lakukan?" terdengar suara dari sudut ruangan. Neville muncul dari balik kursi, memegangi Trevor si katak, yang kelihatannya bam saja mencoba kabur.

"Tidak apa-apa, Neville," kata Harry cepat-cepat, menyembunyikan jubah di belakang punggungnya. Neville menatap wajah mereka yang bersalah.
"Kalian akan keluar lagi," komentarnya.

"Tidak, tidak, tidak," kata Bella "Kami tidak akan keluar. Kenapa kau tidak tidur saja, Neville?"

Harry memandang jam besar yang berdiri dekat pintu. Mereka tak bisa lagi membuang-buang waktu. Mungkin sekarang Snape sedang main musik untuk menidurkan Fluffy.

"Kalian tak boleh keluar," kata Neville, "kalian akan tertangkap lagi. Gryffindor akan lebih parah."

"Kau tidak mengerti," kata Harry. "Ini penting." Tetapi Neville jelas menguatkan diri untuk bertindak nekat.

"Tak akan kubiarkan kalian keluar," katanya sambil bergegas berdiri di depan lubang lukisan. "Aku aku akan melawan kalian!"

"Neville," Ron meledak, "minggir dari lubang itu dan jangan bego..."

"Jangan menyebutku bego!" kata Neville. "Menurutku kalian tak boleh lagi melanggar peraturan! Dan kalianlah yang menasihatiku agar berani melawan yang tidak benar!"

"Ya, tapi bukan terhadap kami," kata Ron putus asa. "Neville, kau tak tahu apa yang kaulakukan." Ron maju selangkah dan Neville menjatuhkan Trevor si katak yang langsung melompat lenyap dari pandangan.

"Ayo, kalau begitu, coba pukul aku!" kata Neville, mengangkat tinjunya. "Aku siap!"

Harry menoleh kepada Hermione.
"Lakukan sesuatu," katanya putus asa.

Bella langsung maju. "Neville," katanya, "aku minta maaf, aku terpaksa berbuat begini." Diangkatnya tongkatnya. "Petrificus Totalus!" serunya, seraya menunjuk Neville. Lengan Neville mengatup ke sisi tubuhnya. Kedua kakinya saling menempel. Seluruh tubuhnya menjadi kaku, dia terhuyung di tempatnya berdiri dan kemudian jatuh terjerembap, kaku seperti papan.

Hermione berlari untuk menelentangkannya. Rahang Neville terkunci sehingga dia tidak bisa bicara. Hanya matanya yang bergerak-gerak, memandang mereka dengan ngeri.

"Apa yang kau lakukan kepadanya?" bisik Harry.

"Kutukan Ikat Tubuh Sempurna," kata Bella merana. "Oh, Neville, sorry-sorry-sorry."

"Kami terpaksa, Neville, tak ada waktu untuk menjelaskan," kata Harry.

"Kau akan mengerti nanti, Neville," kata Ron, ketika mereka melangkahinya dan memakai Jubah Gaib.

Tetapi meninggalkan Neville yang tak bisa bergerak terbaring di lantai, rasanya bukan pertanda yang baik. Dalam keadaan cemas, bagi mereka bayangan patung kelihatan seperti Filch, semua desau angin di kejauhan terdengar seperti Peeves yang meluncur turun ke arah mereka.

Di kaki tangga pertama mereka melihat Mrs Norris mengendap-endap di dekat puncak tangga.

"Oh, ayo kita tendang dia, kali ini saja," bisik Ron ke telinga Harry, tetapi Harry menggeleng. Ketika mereka hati-hati naik melewatinya, Mrs Norris mengarahkan matanya yang seperti senter kepada mereka, tetapi tidak berbuat apa-apa.

Mereka tidak bertemu siapa-siapa lagi sampai tiba di tangga menuju ke lantai tiga. Peeves sedang berada di tengah tangga, melepas karpetnya supaya orang yang lewat tersandung

"Siapa itu?" katanya tiba-tiba ketika mereka naik ke arahnya. Dia menyipitkan mata hitamnya yang kejam. "Aku tahu kau di situ, meskipun aku tak bisa melihat mu. Apakah kau hantu atau murid bandel?"
Peeves melayang ke atas dan memandang mereka.

"Harus panggil Filch, harus, kalau ada makhluk tidak tampak berkeliaran."
Mendadak Harry mendapat ide.

"Peeves," katanya, berbisik serak, "Baron Berdarah punya alasan sendiri untuk tidak menampakkan diri."

Peeves nyaris jatuh da ri udara saking kagetnya. Tapi dia berhasil menguasai diri dan melayang kirakira tiga puluh senti dari tangga.

"Maaf sekali, Yang Berdarah, Mr Baron, Sir," katanya menjilat. "Salahku, salahku aku tidak melihatmu tentu saja tidak, kau tidak kelihatan maafkan gurauan kecil Peevsie, Sir."

"Aku ada urusan di sini, Peeves," kata Harry serak. "Pergilah jauh-jauh dari tempat ini malam ini."

"Baik, Sir, aku akan pergi," kata Peeves, melayang naik lagi. "Mudah-mudahan urusanmu berjalan lancar, Baron. Aku tidak akan mengganggumu." Dan dia pun melayang pergi. "Brilian, Harry!" bisik Bella.

Beberapa detik kemudian, mereka sudah berada di luar koridor lantai tiga dan pintunya sudah menganga sedikit.

"Wah," kata Harry muram. "Rupanya Snape sudah berhasil melewati Fluffy."
Melihat pintu yang terbuka itu, ketiganya menyadari apa yang akan mereka hadapi. Di bawah selubung jubah, Harry menoleh kepada kedua temannya.

"Jika kalian ingin kembali, aku tidak akan menyalahkan kalian," katanya.

Miss Black Adventures Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang