Satu Tuju?

33 3 0
                                    

"Awhs" Desis Aima memegang kepalanya.

"Eh.. ma, ma.." ucap Rey bingung,

Yang tadinya Rey sedang mempersiapkan gitar untuk mereka latihan, kaget karena melihat Aima yang tiba - tiba mengerang kesakitan sambil memegangi kepalanya. Karena tidak ada sahutan dari Aima, Rey langsung memposisikan dirinya duduk disebelah Aima.

"Ma, sadar ma, woiii" ucap Rey sampil menepuk pelan lengan Aima.

Seketika Aima yang mulanya terpejam sudah membuka matanya. Peluh keringatnya deras membasahi wajahnya padahal ruangan teraebut sudah dingin karena AC. Aima sontak melonjak dari posisinya dan memeluk  lelaki disebelahnya, siapa lagi kalau bukan Rey.

"Eh.. eh.. eh.." Rey yang awalnya kaget dan akan melepaskan pelukan mendadaknya Aima itupun lantas mendiamkannya karena Rey merasakan getaran yang luar biasa pada tubuh Aima.

"Aima, tenang.. Hei, ada apa?" Tanya Rey lembut.

Aima melepaskan pelukannya, dan kembali memegang kepalanya yang dimana ia sedang merasakan sakit pada kepalanya yang luar biasa.

"Sakitt" desis Aima.

"Heii, tenang dulu. Sini - sini" Rey memposisikan Aima untuk sedikit berbaring di sofa.

"Tarik nafas, hembuskan perlahan.. tarik nafas, hembuskan perlahan.. lebih nyaman.. lebih nyaman.." Rey membantu Aima agar nafasnya kembali normal.

Saat Rey melihat nafas Aima mulai normal dan sepertinya sakit pada kepala Aima sudah mulai berkurang, Rey menawarkan Air pada botol yang dibawanya untuk diminum oleh Aima.

"Nih minum dulu" Rey menyodorkan dan membantu Aima untuk minum. Ketika sudah, Rey kembali bertanya.

"Lo kenapa sih? Bikin gue panik aja dah ma" ucap Rey

"Ngga tau, tiba² pala gue pusing bangett, sakit. Tapi aman kok, ini dah mendingan. Kasih gue waktu bentaran yak, gue istirahat dulu bentar. " ucap Aima

"Oke, lu dah sarapan belom?" Tanya Rey.

Decak Aima. Apalah Sarapan. Ngga inget apa dia, tadi kan dia yang buru²in gue disuruh cepet, mana sempet gue sarapan. Batin Aima

"Belum" jawab Aima singkat. Matanya kembali terpejam. Aima sedang menetralkan dirinya sendiri.

"Lu pusing gegara belum sarapan kali. Makanya kalau pagi tuh minimal sarapan dulu kek" oceh Rey. Aima tiba² membuka matanya dan melotot ke arah Rey yang sedang bangkit dari duduknya itu.

"Gua jitak ya lu Rey" ucap Aima kesal.

Rey yang kaget pun menoleh menghadap Aima.

"Makanya lu juga sadar diri kek. Lu tadi kerumah gue jam berapa coba? Bahkan gue aja lu bangunin tadi, lu ganggu tidur gua tauk. Mana sempet gue sarapan. Lu ngasih waktu buat siap² aja kagak ngotak" kesal Aima lagi.

"Sabarrrrr.. Galak amat dah" sahut Rey.
"Okeeyy gue minta maaf, emang salah gue." Lanjutnya.

"Tapi tenang, gini² gue ngga sejahat yang lu pikirin ya.. nih gue bawain bekel buat kita makan." Ucap Rey sambil mengeluarkan 1 kotak makan yang berisikan 2 sekat ruang didalamnya.

Rey hari ini sengaja bawa bekal masakan dari Aisyah untuk dimakannya bersama dengan Aima.

"Nih gue jadiin satu di kotak makannya, sisi sini buat lo, sisi yang ini buat gue. Lu makan aja dulu,gue mau nyelesein nyiapin gitar buat latihan, nangi gantian sarapannya." Terang Rey.

Aima mengambil kotak makan tersebut. Bukan Apa, Aima mengambilnya karena dia memang merasa tubuhnya masih gemeter setelah kejadian tadi, jadi dia mengira karena mungkin memang karena brlum sarapan.

Aima membuka kotak makan tersebut. Sudah tersedia 2 sendok. Sesuap, dua suap, tiga suap, hingga sampai beberapa suap yang Aima lahap.

"Masakan siapa nih? Boleh juga." Puji Aima.

"Masakan Wanitaku" jawab Rey singkat.

Uhuk.. uhuk.. uhuk..

"Woii ati² kali ma makannya" ucap Rey

Aima lantas mengambil kembali botol milik Rey dan meneguk Air yang ada didalamnya.

"Gue udah makannya. nih, kalau lu mau sarapan dulu" aima menutup kotak makannya lagi dan memberikannya ke Rey.

"Makasih sarapannya. Sini gue lanjutin setting gitarnya" ucap Aima pada Rey lalu mengambil gitar dari tangan Rey.

"Lah, lu beneran sarapan kagak dah ma? Kok cuma dikit?" Tanya Rey heran, karena nasi Aima masih sisa banyak.

"Sarapan kok, aman dah kenyang gua" jawab Aima sekenanya, ia sambil memetik gitar yang sedang dipegangnya.

"Apaan dah, masih banyak juga.. serah dah. Padahal masakan cewek gue enak banget lho, masa' ngga cocok sih di lidah lo"

"Cepet dah Rey lu abisin sarapannya trus latihan" sahut Aima kesal.

Rey hanya diam dan memulai sarapannya. Sedangkan Aima dipenuhi dengan pikirannya sendiri.

Wanitaku?
Dia dah ada cewek?
Dia mau duet sama gue?
Dia goncengin gue?
Lah, bakal marah ngga tuh ceweknya?
Apalagi nyisihin sarapan buat gue juga, masakannya ceweknya lagi?
Ni cowok maunya apa dah?

Tau ah. Bodo amat. Dia udah setuju berarti masalah ceweknya aman kan ya?

AirettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang