Flashback (3)

37 2 0
                                    

Jlebb

"Aima dengarkan bapak.. Masalah ada itu untuk dihadapi, bukan dibawa lari atau bahkan ditinggal pergi. Jika dengan punya masalah kecil seperti ini saja belum selesai malah ditinggal pergi hanya karena tidak sanggup, apa iya suatu saat nanti ketika mendapat masalah lagi Aima akan pergi lagi? Apa mau seperti itu terus? selalu lari dari masalah hanya dengan alibi tidak sanggup" ucap pak Dwi dengan penekanan

"Bapak rasa Aima juga sudah faham apa itu Sabar & ikhlas. Jadi.. tanpa harus bapak sampaikan lagi, bapak harap kamu bisa mengaplikasikan kekuatan itu untuk keluar dari permasalahan ini" lanjut pak Dwi

"Aima" Panggil pak Dwi

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Qs.Al-Baqarah : 285)

"Allah yakin Aima mampu menghadapi ini, makanya allah nitipin masalah ini ke Aima. Allah cuma minta Aima bersabar dan selalu berserah diri padaNya,  yakinlah kalau semua takdir yang diberikanNya itu yang terbaik bagi Aima. Berikhtiar lah semampunya lalu serahkan semuanya pada Allah" wejang pak Dwi

Aima sudah tak dapat membendung air matanya, tetesan bulir air mata itupun jatuh membasahi kedua pipinya. Bagaimana tidak, ia hampir saja melupakan Allah sang pemilik takdir hingga terbawa oleh dunia yang akan membuatnya putus asa tersebut.

"Astagfirullah.. Astaghfirullah.. Astaghfirullah.." gumam aima pelan

"Ampuni hamba ya Rabb.. maafkan hamba yang bahkan hampir saja menyerah hanya dengan sedikit titipan ujian dariMu ini, tunjukkan hamba jalan yang kau Ridhoi, bantu hamba menyelesaikan ujian ini ya Rabb". Doa Ameena dalam batinnya.

"Aima.. kita dititipi oleh Allah 2 tangan ini memang tidak mampu untuk menutup setiap mulut siapapun yang akan membicarakan kita. Namun kita memiliki 2 tangan tersebut untuk menutup telinga kita agar tak terbawa oleh apa yang mereka bicarakan terhadap kita jika itu memang bukan hal yang baik. Tetapi jika itu sebuah hal baik ya dengarkanlah, Resapilah & laksanakanlah agar menjadi pembelajaran bagi kita" lanjut lagi pak Dwi.

"Terimakasih pak sudah membantu Aima membuka jalan pikiran yang memang beberapa hari ini sedang kalut hanya karena masalah ini hehe" ucap Aima yang sudah bisa sedikit tersenyum walaupun masih saja ada air mata yang menetes lalu diusapnya.

Aima bersyukur bisa dipertemukan dengan pak Dwi. Beliau memang salah satu guru yang hampir setiap hari bertemu dengannya karena Aima sering membantu pak Dwi saat pengecekan siswa disetiap kelas.

"Ambil setiap hikmah dari apa yang telah terjadi  dalam kehidupanmu Nak Aima. Semua terjadi bukan tanpa maksud. Allah telah menyiapkan hal terbaiknya yang memang terkadang harus terbalut di dalam luka. Aima terjatuh saat belajar naik sepeda lalu ada salah satu kaki yang terluka. Sakit memang, tapi jika kita melihatnya dari sudut pandang yang lain ada hikmah didalamnya. Oh iya, berarti setelah ini harus hati-hati saat mengendarai sepedanya, oh iya saat naik sepeda harus bisa melihat situasi di sekitarnya. Itulah yang namanya hikmah Aima, karena kita dapat belajar darinya."

"Dan hal tersebut akan Aima dapatkan disaat  sudah dapat berdiri tegak dengan solusi yang tak lain datangnya dari diri Aima sendiri."

"Tapi Aima merasa tidak bisa menyelesaikan ini sendiri pak"

"Jangan pernah bilang tidak bisa. 1000 orang membantu Aima pun, kalau Aima tidak meyakinkan diri sendiri akan hal apa yang akan dipilih, semua akan percuma"

Terlihat raut wajah Aima yang semakin bingung dengan apa yang disampaikan pak Dwi

"Begini contohnya.. sekarang Aima ingat, ada berapa guru yang datang kesini dari kemarin? mereka datang memberikan semangat, dukungan bahkan juga ada yang memberikan solusi pada Aima. Tapi apakah setelah mereka datang ada yang bisa membuat Aima merubah pikiran yang kalut tersebut? ada yang benar-benar bisa membuat Aima keluar dari masalah ini? atau setidaknya membuat Aima berangkat ke sekolah lagi lah, ada?"

Aima menatap pak Dwi seraya menggelengkan kepalanya

"Nah itu.. itu bukan karena jumlah mereka kurang banyak nak, juga bukan karena Aima tidak bisa menyelesaikannya tanpa dibantu siapapun. Tapi itu karena apa yang telah mereka sampaikan kepada Aima, satupun  ngga ada yang Aima pilih atau coba untuk membuat Aima  menyelesaikan masalah ini."

"Dari sini seharusnya Aima mulai faham bahwa yang bisa menyelesaikan masalah ini ya bukan orang tua, kakak, bapak ibu guru atau orang lain tapi diri Aima sendiri. Kami orang-orang disekitar Aima hanya mampu memberikan semangat & solusi namun untuk tindak lanjutnya diri Aima sendiri yang harus bisa untuk memutuskan. sampai sini apakah sudah mengerti nak?"

Aima mengangguk, walaupun masih mencerna rangkaian kata yang telah disampaikan guru BK nya tersebut.

"Baiklah Aima, sepertinya  Tugas bapak juga sudah selesai. Tolong difikirkan baik-baik keputusanmu kedepannya. Bapak tunggu Aima buat bantu bapak hari senin nanti kalau memang Aima siap untuk bertahan, oke?." ucap pak Dwi untuk menyemangatinya

"InsyaAllah pak, akan saya fikirkan kembali dengan matang-matang, seraya memohon petunjuk kepada Allah SWT. Terimakasih ya pak, saya tidak tahu jadinya saya seperti apa tanpa bapak bantu buka pikiran saya hari ini, maaf merepotkan bapak juga guru-guru yang lain hanya untuk menyelesikan masalah ini" ungkap Aima yang merasa tidak enak karena berturut-turut para guru datang bergantian hanya untuk sekedar membujuknya.

"Tak apa Aima,  itu memang salah satu tugas kami sebagai bapak & ibu guru. Tentunya kami sebagai orang tua juga akan merasa sedih jika melihat anak-anak kami sedang ada yang tidak rukun. Yasudah kalau begitu bapak pamit ya Aima, sebentar lagi bapak masih ada agenda dengan forum kesiswaan di sekolah" ucap pak Dwi

"Baik pak, sekali lagi Aima ucapkan terimakasih ya pak" ucap Aima seraya mengatupkan dua tangannya kedepan dada lalu setelah itu memberikan tangannya untuk berjabat tangan secara takzim kepada gurunya tersebut.

"Sama - sama Aima, bapak pamit dulu, bapak harap Aima sudah bisa membedakan mana yang baik atau mana yang kurang baik untuk diri Aima sendiri. Assalamualaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh,  Hati-hati dijalan pak"

"Keputusanku semakin bulat. Bismillah"

"........."

*********

AirettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang