Flashback Off

27 2 0
                                    

Waktu pun terus berlalu. Hubungan pertemanan Aima dengan Bella and the gank sudah berjalan selayaknya teman satu kelas seperti yang lain.

"Jangan Melamun.. " terdengar suara serak ala lelaki yang tiba-tiba mendekat kepada Aima.

"Eh, Kak. hehe aku lagi ngga ngelamun tadi tuh" sanggah Aima

"Kamu lebih banyak diam sekarang" ucapnya seraya melihat Aima. "Padahal dulu terkenal sebagai salah satu siswi yang paling ceria & suka sekali ketawa sama hal receh"

Aima tersenyum lalu membalas tatapan laki laki tersebut yang sedari tadi ditujukan kepadanya.

"Sekarang aku mengerti,  bahwa semua hal tak untuk ditertawakan & dijadikan bahan candaan. " jawabnya sembari kembali melihat luasnya pemandangan didepan sana. Ya sekolahan elit itu menyajikan pemandangan yang sangat Indah, karena dari sana kita dapat melihat gunung & danau walau dari kejauhan.

"Banyaknya diamku bukan karena masih meratapi kejadian yang pernah terjadi kemarin antara aku & teman-temanku. Aku hanya ingin lebih berhati-hati dalam berbicara sekarang. Aku takut.." memotong ucapannya dan kembali menghadap kepada laki² tadi yang juga sedang menatap indahnya pemandangan didepannya.

"Aku takut dengan sikapku yang terlalu banyak dalam berbicara dapat menjadi boomerang tersendiri buatku. Aku juga takut secara sadar atau tidak ucapanku akan menyakiti orang lain" ucap Aima mengakhiri kalimatnya.

"Tapi setidaknya kembali lah seperti dulu lagi & menjadi dirimu sendiri" ucap laki² tersebut. Aima tersenyum getir.

"Aku tetap aku kak, Aima. Perubahan yang terjadi saat ini bukan karena aku sudah tidak menjadi diriku sendiri lagi, tapi.. aku yang memulai diriku sendiri menjadi Aima baru yang akan lebih kuat & lebih baik lagi dari sebelumnya.Tenang.., aku tidak memaksakan diriku untuk itu semua ko' ka. Aku benar-benar melakukannya dengan niat yang begitu besar dalam hati ini, dan kulakukan pelan-pelan semampuku. Jadi, it's oke aku baik-baik saja" ucap Aima panjang lebar menenangkan lelaki yang ada disebelahnya.

Senyum laki² itu merekah. Ia merupakan salah satu kakak tingkat Aima yang sudah kelas XII disana,  Ia digandrungi oleh banyak siswi yang kesensem setiap melihat paras orang tersebut. Namun tidak dengan pria tersebut, dari banyaknya siswi yang mengangguminya sepertinya ia lebih menyukai sesosok gadis mungil yang sedang menjadi teman bicaranya sekarang,  siapa lagi kalau bukan Aima. Tapi Aima tak menyadarinya, ia hanya menganggapnya sebagai Kakak karena seringnya mereka dalam melakukan kegiatan bersama.

"Pantas saja kau punya banyak fans laki-laki diluaran sana, ternyata adekku yang satu ini selain cantik juga dewasa dalam berfikir hehe" ucapnya seraya mengacak-acak ujung kepala Aima yang berbalut Hijab tersebut.

"Ah kaka bisa aja. Lagian kan Memang benar, diam itu emas tapi menurutku berbicara diwaktu yang tepat merupakan berlian yang pastinya memiliki harga lebih mahal daripada emas. Dalam islam juga dijelaskan ”Diam adalah bentuk ibadah yang paling tinggi.” kenapa?.. ya karena, merupakan akhlak yang baik dalam kehidupan agar bisa menahan diri untuk tidak berkata buruk yang tidak bermanfaat. jadi itu termasuk satu dari empat etika kebaikan yang sangat utama dalam Islam."

"Baik Ustadzah Aima" Godanya

"Yaudah ka'.. udah sore, Aima pulang dulu ya,  takut dicariin Mama karena anak gadisnya yang  amat lucu ini belum pulang sampai jam segini hahaha. Assalamualaikum.." ucap Aima sambil berlalu dari hadapan laki² tersebut.

"Waalaikumussalam Warahmatullah.." jawabnya
"Aima.. Aima..  bagaimana aku ngga tambah kagum sama kamu" imbuhnya.

Setelah Sampai rumah dan membersihkan dirinya, Aima membuka sebuah buku berwarna kombinasi hijau bermotifkan daun sembari merebahkan dirinya dikasur kesayangannya. lalu dituliskannya.

Hi Buma..

Kembali ku torehkan tinta kisah hidupku kepadamu..
Hitam memang,..
Tapi ternyata luasnya permukaan Putihmu mampu melembutkannya.

Semua sudah berlalu..
Dan aku sadar, ternyata karenanya Aku lebih kuat & hebat.
Siapa lagi kalau bukan mereka, Sahabatku.
aku tak cukup mampu untuk menggambarkannya.
Segala baik, buruk, lebih, dan kurangnya ternyata memberiku arti bahwa memang semua tiada yang sempurna.

Kini Aku mengerti..
Bahwa Sabar juga butuh jalan keluar,
dan saat aku ikhlas..
cahaya menemukan pintunya.

Tenang.. itulah aku kini.
Semua jauh lebih baik sekarang.

Cukup sampai disini kutuliskan tentangmu Sahabatku..
Siapapun kamu.. akan selalu ada dalam ingkatanku, kisahku & hatiku

Aima, Februari 2017

Falshback Off

"Awhss"

..........

AirettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang