Tatapan yang Sama

49 6 0
                                    

tinnnn..

Suara klakson membuyarkan kebingungan Aima. Dan dengan gerak cepat, suara yang memanggilnya itu mampu menarik Aima kedalam pelukannya.

Yap.. karena posisi Aima yang tadi sedang berjalan tergesa - gesa dipinggir jalan besar, tak sengaja ada motor dengan kecepatan tinggi yang hampir saja akan menyerempetnya namun hal itu akhirnya tak terjadi karena Aima mampu ditarik oleh orang tersebut.

"Ati - ati dong mbaa, hampir aja saya srempet kan. untung ngga kena, kalau kena bisa berabe saya" ucap pengendara motor yang sedikit emosi

"iyaa pak, maafin temen saya ya. tadi temen saya meleng karena saya ajak bercanda, sekali lagi maafin kita ya pak" mohon laki-laki yang menolong Aima itu.

"Ati - ati dong mas, ini jalanan bukan tempat buat maen.. bucin boleh, tapi tau tempat kali' " sambung lagi bapak si pengendara motor.

"Iya pak, maaf ya pak.. terimakasih atas maaf dan perhatiannya.. lain kali ngga akan saya ulangi lagi" laki-laki itu masih memohon.

Jangan tanya dimana Aima. Tentunya ia masih dalam pelukan laki-laki tersebut dimana ia sedang berusaha menetralkan dirinya sendiri. Getaran akibat panik,cemas dan ketakutan pada diri Aima masih dapat dirasakan oleh laki-laki yang sedang memeluknya, maka dari itu laki-laki tersebut masih memberikan waktu Aima untuk memeluknya dan belum mengizinkan Aima untuk melepaskannya.

Aima belum sadar akan siapa yang telah menyelamatkannya itu, karena bisingnya suara lalu lintas pada saat itu membuat suara yang terdengar masih samar apalagi di keadaannya yang belum stabil.

Setelah beberapa waktu percakapan itu terjalin antara Bapak pengendara motor dan laki- laki tersebut akhirnya bapak pemotor itu pergi meninggalkan kedua orang tersebut dan telah memberikan maafnya kepada mereka.

"Gue ngga bakal ngizinin lo ngelepasin pelukan ini, selagi lo masih dalam keadaan kaya gini" ucap laki-laki tersebut

Degg

"Suara itu" batin Aima

"jadi please, izinin gue buat sebentarr aja peluk lo sampe gue bisa pastiin lo bener - bener udah baik-baik aja" sambung laki-laki itu lagi.

Beberapa Menit berlalu, tak ada penolakan dari Aima. getaran pada diri Aima sudah mulai mereda, isakan kecemasanya juga sudah tak terdengar lagi..

"Udah cukup, tolong lepasin gue" lirih Aima

Pelukannya memang sudah terlepas, namun kini tangan laki-laki tersebut beralih memegang kedua lengan Aima dengan lembut. Netra mereka bertemu. Aima dengan binar keteduhan mata cantiknya, Dan laki - laki tersebut dengan keteguhan tatapannya.

"Cukup." lembut sekali ia menyampaikannya.
"Lu kenapa sih?" lanjutnya lagi.

Aima masih dalam diamnya. Ia masih setia menjelajahi tatapan laki-laki tersebut, mencari sebenarnya apa maksud dari laki-laki tersebut terhadapnya. Tujuan apa yang dimilikinya, Rahasia apa yang disimpannya, atau bahkan kebohongan apa yang sedang ditutupi olehnya. Riuh pikiran Aima semakin sulit untuk dikendalikan. Ia belum mau mengambil kesimpulan apapun untuk hal itu.

"Gue cuma mau pulang, tolong lepasin gue" pinta Aima pelan sembari menundukkan pandangannya.

"Oke. gua anter" jawab laki-laki tersebut singkat

"Ngga, ngga usah.. gue bisa sendiri" tolak Aima dan kembali menatap lawan bicaranya itu.

"tapi gue yang ngga bisa nerima penolakan dari lu" tegas laki-laki tersebut.

Saat laki-laki tersebut hendak menarik untuk mengajaknya pulang, Aima masih bertahan pada posisinya, laki- laki tersebut berbalik lagi menghadap Aima dan pandangan Aima pun kosong menatap arah lain.

"Gue mau pulang sendiri, tolong.." mohon Aima selirih itu.
"Dan gue mohon, jangan pernah mencoba terlalu akrab sama gue lagi" lanjut Aima

Laki - laki tersebut memicingkan mata dan menaikkan sebelah alisnya.

"Ini bukan waktunya gue buat nerima penolakan dari lu, dan ini bukan waktunya gue buat bisa jawab permintaan dari lu juga." jawabnya dengan penuh penekanan.
"Sekarang lu ikut gue.Gue anterin lu pulang dan lu bisa istirahat dirumah." tegas laki-laki itu lagi.

Entah apa yang sedang Aima rasakan saat ini. Ia seperti kelu tak bisa berucap atau menyanggah apapun yang diucapkan laki-laki tersebut. Bahkan saat ini ia sudah mengikuti tarikan tangan yang menggandengnya.

" Taksi " teriak laki-laki tersebut sembari menghentikan sebuah taksi yang lewat didepannya. Taksi berhenti dan ia membuka pintunya.

"Naik" pintanya lembut. Aima hanya memandang laki-laki tersebut memastikan. dan laki-laki tersebut menjawabnya dengan anggukan

" Mau diantar kemana mas.. mba..?" tanya supir ketika mereka sudah duduk didalam taksi.

laki-laki tersebut memandang Aima. Aima yang merasa faham akan maksudnya langsung menjawab pertanyaan supir taksi tadi

"Perum SunFlower nomer 8"

Selama perjalanan keheningan terjadi didalam taksi tersebut. Supir taksi yang fokus akan ramainya jalanan ibukota, Aima dengan lamunannya dan laki-laki tadi yang sibuk dengan ponselnya. Sampai beberapa waktu kemudian..

"Mas.. Mba.. sudah sampai sesuai titik. apakah sudah sesuai dengan tujuan?" tanya Supir Taksi

Aima yang masih betah dengan lamunannya merasa terganggu saat sebuah senggolan dirasakan oleh kakinya. Aima melihat sekelilingnya.

"Gimana Mas.. Mba..?" tanya supir taksi lagi.

"Oh iya pak, betul ini rumahnya. Terimakasih" jawab Aima dan memaksakan sedikit senyumnya.

"Tunggu saya sebentar ya pak" pinta laki-laki itu saat melihat Aima akan membuka tas nya, mungkin dikira Aima ia yang akan membayarnya. Laki - laki tersebut terlebih dahulu keluar meninggalkan Aima yang masih dengan segala kebingungannya.

Saat sudah diluar taksi, Laki - laki tadi mengedarkan pandangannya melihat sekeliling area kompleks perumahan milik Aima. Aima yang telah mengikutinya turunpun telah berdiri disampingnya. Dan pandangan laki - laki tersebut pun kembali menatap Aima.

"Sekarang Masuk, istirahat" sesingkat itu apa yang diucapkan laki-laki tersebut lalu ia berjalan untuk kembali masuk kedalam taksi.
Aima pun telah berdiri disamping Gerbang besar bak gerbang istana milik keluarganya itu. Ia masih menatap bingung dan tak percaya atas segala perlakuan laki-laki itu terhadapnya.

Laki-laki tadi yang sudah hampir memasukkan semua tubuhnya kedalam taksi tiba-tiba mengurungkan niatnya dan kembali berucap..

"Ngga usah bingung, gue tau nama lengkap lo dari bang Dirga"

Seolah itu menjawab apa yang sedang menjadi keriuhan dalam pikiran Aima.

Setelah mengucapkan hal tersebut, laki-laki itu kembali masuk kedalam taksi dan taksipun mulai berjalan perlahan meninggalkan Aima disana.

"Tugas pertama udah selesai gue laksanain, lu tenang aja.. dia udah aman sampe rumah" ucap laki-laki tadi setelah beberapa waktu yang lalu menghubungi seseorang melalui telepon genggamnya.

Dan disisi lain, sembari melihat perginya taksi tadi..

"Lu sebenernya siapa Rey?" monolog Aima lirih

Bersambung..

AirettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang