Flashback(2)

50 4 0
                                    

"Dia aja yang lebay bu,  kita ngomong biasa aja ko, Tapi dia bilang kita bicara kasar sama dia" sahut Bella yang baru saja masuk ke dalam kelas dengan berjalan santai.

"Ada apa ini sebenarnya?" tanya bu Rahayu

Semuanya hening dikarenakan kedua belah diam tanpa berbicara apapun lagi, dan teman-teman dikelas tersebut juga bu Rahayu merasa masih bingung karena tidak tau permasalahan sebenarnya.

"Oke baiklah,  kita lanjutkan dulu Pembelajaran kita hari ini. Permasalahan ini biar menjadi urusan guru BK nantinya" ucap bu Rahayu memecah keheningan & ketegangan yang sedang terjadi di kelas tersebut.

Esok harinya

Hari kemarin dilalui Aima dengan perasaan sedih & tak bersemangat. Ia lebih banyak diam juga terkadang menangis dengan sendirinya.  ada teman-teman yang me support nya ada juga yang biasa dan bodo amat. Dan pagi ini mereka dipanggil ke ruang BK untuk menyelesaikan masalahnya.

" Saya sih ngga terima ya pak, Aima nuduh kita kasar sama dia padahal kita hanya membicarakan apa yang selama ini kita rasain terhadap dia" jawab Bella dengan menggebu-gebu setelah pak Dwi bertanya kepadanya tentang apa yang terjadi

" Iya bapak faham apa yang mungkin sedang kamu rasakan Bella, tapi kan bisa diselesaikan secara baik-baik, duduk bersama & dibicarakan bagaimana baiknya tanpa harus menggunakan emosi. Semua harus menggunakan kepala dingin dalam menyelesaikan suatu permasalahan" titah pak Dwi kepada mereka yang sekarang ada diruangannya.

"Yah.. kan biar semua orang tau pak, biar seru juga. Kalaupun diluar sana ada yang sama seperti kita kan biar sekalian ngeluarin uneg-uneg mereka"

"Gisaaaa" teriak Bella & Dina bersamaan, mereka merutuki Gisa yang barbar ini karena tanpa disadari apa yang diucapkan dapat memperkeruh masalah.

"Astagfirullah Gisa.. Gisa.." ucap pak Dwi dengan menggelengkan kepala. 

"Dengerin bapak ya, kalian itu mulai beranjak dari remaja ke dewasa. Jiwa muda kalian sedang menggebu-gebunya, karena itulah harus pandai juga dalam menyikapi hal baru dengan baik. Bapak tau seusia kalian sedang gemar-gemarnya mencari jati diri, tapi bapak harap kalian memanfaatkan hal itu dengan positif. Suka & Benci itu bukan hal yang jauh berbeda, karena pada akhirnya mereka akan memiliki sifat yang sama yaitu sifat saling memperhatikan satu sama lain."

Keempat siswa mendengarkan nasihat pak Dwi dengan seksama.

"Bagi yang suka, mungkin memperhatikan karena memang kagum. Tapi bagi yang benci, memperhatikan bisa jadi karena ingin mencari celah kelemahannya. Dan itu bukan hal yang baik apalagi untuk diteruskan. Sikapi keduanya dengan sewajarnya saja. Berhati - hatilah karena sifat ingin mencari tau itu yang lama-lama bisa membalik keadaannya. Yang awalnya suka, bisa saja menjadi benci & begitupun sebaliknya." tutur panjang pak Dwi kepada anak didiknya tersebut.

Berbeda dengan Aima yang hanya diam dengan membendung air matanya.

"Kita bukannya benci pak kepada Aima,  cuma hanya merasa sepertinya ia di anak emas kan disini,  Apa-apa Aima apa-apa Aima" Gerutu Gisa dengan polosnya.

"Maafkan saya pak, ini memang salah saya. karena pada dasarnya saya tidak pernah mendapatkan omongan kasar dari orang-orang terdekat saya makanya saat saya mendapatkan omongan tersebut saya langsung sakit hati mendengarnya. Mungkin memang saya yang terlalu berlebihan dalam menanggapinya" Aima yang menanggapi dengan suara yang terbata-bata karena sedang berusaha kuat menahan embun dari matanya.

"Toh kan pak, dia aja ngakuin kok kalau dia salah" celetuk Gisa lagi

"Memangnya kemarin kalian  bilang apa sama Aima?" tanya pak Dwi

AirettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang