BAB 14

71 8 3
                                    

Seumur hidup Raka, ia baru pertama kalinya melihat seseorang yang menggunakan ilmu hitam, terlihat seperti tidak mungkin namun kenyataannya seperti ini. Manusia yang biasa ia lihat hanya sekedar memiliki kemampuan main mobile legends, main slot, dan hal-hal lainnya yang masuk logika, tetapi bermain ilmu hitam melibatkan makhluk astral sungguh di luar dugaan manusia pada umumnya.

Bahkan ini pertamakalinya Raka melihat makhluk besar, tinggi, hitam berambut panjang. Ayah-nya bilang itu Iblis, namun wujudnya bukan wujud sebenarnya, karena pada dasarnya ia hanya menyerupai fikiran manusia.

"KAMU GAGAL ANGGELIE, MAKA KAMU YANG AKAN PERGI KE NERAKA BERTEMU DENGAN PENGIKUTKU YANG LAINNYA, HAHAHAHAHA"

Cairan hitam keluar dari mulut Anggelie, dada-nya terasa sesak dan sakit.

Ustadz Jaenal membacakan doa lebih keras lagi, di ikuti oleh Raka yang ikut khusu dalam doanya. Iblis itu kepanasan, dan lenyap, sementara sekarang Anggelie masih dalam keadaan sakit.

"K-kenapppaaaa k-kammuuu m-masssiiihh menol-long s-ssaya Jaenal?" menatap ustadz Jaenal, tidak percaya pria itu masih berbaik hati dan mau menolongnya, membopongnya sampai kamar bersama dengan Raka.

Sementara beberapa anggota kepolisian yang tadinya tidak bisa masuk ke dalam ruangan itu, sekarang pintu sudah terbuka lebar, dan mereka mulai memerankan tugasnya untuk berbagai bukti yang akan membuat Angelie menjeblos ke sel tahanan.

Tidak lupakan, jenazah Irvan-pun di makam-kan sesuai dengan kepercayaannya.

>

Keadaan Dara benar-benar kritis saat ini, bahkan siapapun tidak di bolehkan masuk ke dalam ruangan.

Dara mengalami koma, ini sudah ke duakalinya. Lalu apakah kali ini ia masih di beri kesempatan untuk tetap hidup?

"Aku mohon, kakak tetap bertahan. Kalau kakak gak ada, aku sama siapa?" Ghisela tak henti-hentinya menangis. "Ya Tuhan, tolong kak Dara." doanya berkali-kali.

>

Di tempat lain, ustadz Jaenal bahkan membersihkan muntahan darah dan binatang menjijikkan dari mulut Anggelie. Ia benar-benar ikhlas memberi pertolongan, dan setelah ini berharap Angelie bisa menerima resiko untuk berada di dalam sel tahanan karena telah melakukan tindakan kriminal pada anak kandungnya sendiri-- Dara Horlas.

Sementara Raka tetap menemani, ia juga masih tidak percaya atas apa yang ia lihat.

"Minum'lah," ustadz Jaenal memberikan segelas air putih yang sudah ia bacakan doa, agar keadaan Anggelie lebih baik dari sebelumnya.

Selang 1 jam setelah minum, Anggelie merasa tubuhnya lebih baik. Aura negatif dalam dirinya perlahan telah memudar.

"Makasih karena kamu masih mau menolong saya," ucapnya menunduk.

"Saya harap kamu mau mempertanggungjawabkan apa yang sudah kamu perbuat pada Dara dan suamimu."

"Jaenal, saa lakuin ini karena saya gak cinta sama irvan, dan saya juga gak menyesal udah bunuh dia."

"ASTAGFIRLLAH ALAZIM! Gue sama bokap gue udah nolong elu ya, tapi ternyata nurani lo emang udau mati. Bisa-bisanya lo gak nyesel!" umpat Raka.

"Raka, diam." peringatan ustadz Jaenal.

"Tetapi saya menyesal karena berlaku jahat pada anak-anak saya, mereka pasti sangat membenci saya."

"Ada yang ingin saya tanyakan,"

"Apa?"

"Dimana sebenarnya neneknya Dara, karena Dara bercerita pada saya neneknya selalu datang dengan wujud mengerikan."

"Yang datang pada Dara adalah Iblis yang saya sembah, sementara ibu saya yang sudah mati saya simpan jasadnya di kolong tempat tidur ini, saya mau memindahkan jiwa yang sudah mati kepada Ghisela tadinya tetapi Iblis itu menginginkan Dara, karena Dara anak yang berkemampuan dan di matanya itu istimewa."

"Mana ada begitu! Gue kasih tau ya, gue dulu pesantrenan di ajarin sama ustadz Hasan kalau orang yang udah is deat itu gak akan balik lagi hidup apalagi di raga oranglain. Lo itu di tipu sama setan yang lo sembah. Bisa-bisanya umur doang tua, tapi masih aja kena tipu." ledek Raka.

"Raka! Jaga bicara kamu."

"Tapi bener kan yah?"

"Ya iya sih. Tapi bicara kamu itu gak sopan Raka!"

"Emangnya sopan waktu dia nyakitin Dara?" mendadak Raka jadi kefikiran gadis itu, "Ayah gimana keadaan Dara sekarang? Raka mau nemuin dia." mengingat bagaimana gadis itu terpungkur lemah dengan darah yang berlumuran, sungguh Raka sekarang benar-benar gelisah takut jika Dara tidak selamat.

"Saya juga ingin tahu keadaan Dara, saya mau lihat Dara."

"Diem nenek lampir! Lo itu kejam lebih dari ibu tiri yang ada di film-film."

"Jenazah ibumu harus di makamkan dengan layak sesuai dengan kepercayaannya, nanti biar pihak kepolisian yang mengurus." Anggelie mengangguk pasrah.

Sementara ustadz Jaenal meminta pihak kepolisian datang, sekaligus menangkap Angelie.

>

Saat ini Raka dan ayah-nya sudah ada di depan ruang ICU, dokter belum juga keluar dari ruangan, membuat mereka yang menunggu semakin khawatir.

Gue harap lo tetap hidup Ra, agar impian gue menikah sama lo nyata terwujud. gumam Raka membatin.

Akhirnya dokter-pun keluar dari ruangan, ekspresi dari sang dokter sudah bisa ustadz Jaenal tebak, ia menggeleng tidak percaya jika benar itu terjadi.

"Kami sudah berusaha, tetapi pasien tidak dapat lagi mempertahankan hidupnya."

Ghisela menangis menjerit, ia segera memasuki ruangan berlari menghampiri sang kakak.

"GAK MUNGKINNNNNN!! KAK DARA, AKU MOHON BANGUN, SEMUA INI BOHONG KAN? BOHONG KAN? KAK DARAAAAAA.. AKU MOHONNNNNN.."

Tidak hanya Ghisela, tentu saja Raka-pun ikut menangis tidak percaya.

Dunia Ghisela sekarang hancur, runtuh dan rasa trauma itu terus berlangsung entah sampai kapan.

Sekarang yang ia fikirkan, bagaimana hidupnya tanpa sang kakak? Bagaimana nasib ia ke depannya, bagaimana dengan tujuan hidupnya?

Sementara Raka, impiannya telah hilang. Menikah dengan Dara adalah tujuan terakhir dari persinggahan asmara-nya, sejak pertamakali melihat gadis itu Raka sudah jatuh hati, lalu sekarang hatinya di patahkan dengan kenyataan pahit tak terduga.

Jadi, ini tujuan Tuhan pada saat Dara koma dulu masih di selamatkan, Tuhan seolah menunjuk Dara untuk menolong keluarganya sendiri, memberi kesempatan pada gadis itu untuk menjadi yang terbaik di dunia? Dan sekarang untuk keduakalinya, Tuhan mengambil Dara karena Tuhan jauh lebih mencintainya daripada orang-orang di sekitarnya.

Pelajaran dalam hidup, Lakukan tindakan berguna selama ada di dunia, karena kesempatan untuk selamat dari kehancuran itu tidak semua orang dapatlan.

Sebelum tiada, Dara sudah mengikhlaskan akan segala hal yang terjadi padanya. Dan ia memang sudah memiliki mata batin terbuka, lalu kamampuannya itu mulai bisa ia kuasai setelah bangun dari koma, jadi ada kemungkinan Ghisela juga memilikinya, hanya saja belum di pastikan kapan gadis cantik itu menyadarinya.

"Inalilahhi Wainalillahi Rojiun." ucap ustadz Jaenal yang kemudian mulai membacakan Al-fatihah agar Dara tidak merasa kesakitan di alam kuburnya.

"INI GAK MUNGKIN!! DARA, GUE MOHON, LO BANGUN.. KITA BAKALAN NIKAH SETELAH GUE SELESAI SEKOLAHNYA! GUE JATUH CINTA SAMA LO DARA, GUE SUKA SAMA LO, GUE JANJI GUE GAK AKAN NYAKITIN LO LAGI, GAK AKAN NGOMONG KASAR LAGI, GUE BAKALAN LEBIH MENGHARGAI LO. GUE JANJI..."

Namun janji itu hanya bisa di kubur dalam-dalam, karena Dara telah meninggalkan dunia ini dengan damai.

Anggelie di hukum dengan waktu seumur hidup berada di sel tahanan. Ia yang mendengar kabar kematian Dara dari ustadz Jaenal, jelas merasa terpukul dan mental-nya terganggu, karena itu atas perbuatannya sendiri.

"Anakku tidak akan mati, karena jiwa-nya akan aku tukar dengan Irvan. Hahahahaha." Anggelie benar-benar kehilangan kewarasannya karena masih tidak percaya, sekaligus terkejut dengan berita kematian anak kandungnya sendiri yang di sebabkan oleh dirinya sendiri.

SESAT (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang