Hampir setengah jam Nirmala duduk di salah satu kursi cafe seorang diri. Seseorang yang diharapkan datang tepat waktu, nyatanya belum juga menunjukkan batang hidungnya. Ia pun semakin penasaran dengan sosok yang katanya begitu fenomenal dikampus, tapi dirinya sama sekali belum pernah mendengar nama tersebut. Padahal, dia terbilang tidak culun, pun punya banyak teman. Atau Tuhan memang menjauhkan dari dunia perhutangan dan keruwetan finansial? Kalau lah tidak demi impian masa depan yang gemilang, dirinya tak sudi berada sini untuk misi berhutang.
"Kumalasari." Tiba-tiba seorang pemuda jangkung mencolek punggung kirinya. Spontan, gadis yang dipanggil menoleh ke arah sumber suara. Tingginya ditaksir sekitar 170-an centimeter. Dia yang terbilang mungil harus mendongak untuk menatap.
"Ya. Mister Dana?"
Nirmala agak kaku menyebut nama tersebut. Di imajinasinya, sebutan mister itu identik dengan sosok kebarat-baratan, tapi fakta memperlihatkan bahwa si pemilik julukan itu berperawakan kurus, berkulit coklat dan berkumis tipis. Visualnya seperti anak kuliahan biasa. Outfit-nya pun cukup sederhana dengan kaos putih dikombinasi outer blazer. Sementara, bawahan jins bahan kain warna abu. Yang membuat sosok itu pantas disebut seperti deskripsi imajinasinya adalah kaca mata glamor yang dikenakan.
"Benar. Mari, kita ngobrol." Dengan penuh kesopanan, pemuda yang ditaksirnya terpaut usia tidak jauh dari umurnya itu mempersilakan Nirmala duduk.
Duduk berdua di sebuah cafe pada malam Minggu dengan seorang cowok asing tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bahkan, pacarnya pun belum pernah mengajak kencan seperti ini. Entah kenapa, tiba-tiba dirinya teringat dengan sang pacar. Rasa bersalah berkecamuk dalam diri manakala mengingat bagaimana ia telah berbohong demi pertemuan ini. Alhasil, obrolan pun terasa kaku dan tidak kondusif.
Saking nervous-nya, Nirmala izin ke toilet. Dia memang tergolong easy going dan cerewet. Tapi, entah kenapa, berhadapan dengan sosok yang dikenalnya baru saja itu membuatnya kehilangan kata-kata. Rasanya, ia ingin segera ke topik pembicaraan, terima uang dan pulang.
"Tiga juta, kan?" Seperti tahu apa maksud wanita di depannya yang berkali-kali melihat ke arah jam tangan, akhirnya Mister Dana langsung menembak ke point utama. Dirinya sudah melayani banyak jenis pinjaman dana, tapi kali ini, cewek di hadapannya cukup unik. Selain kikuk, kaku dan sangat nervous, terlihat sekali jika gadis ber-blouse biru muda itu gadis yang baik-baik saja.
"Oh, ya," jawab Nirmala singkat. Dia benar-benar kehilangan sifat talk-active-nya di hadapan pemuda elegant yang tidak terlihat seperti rentenir.
Setelah manggut-manggut, Mister Dana membuka tas kecil.
" Agak aneh, sih. Zaman secanggih ini pakai cash. Enakan transfer, ya, 'kan? Tapi, nggak pa-pa, buat cewek manis kayak kamu, apa sih yang enggak?" Mister Dana tersenyum menggoda. Kalau tidak ingat status, Nirmala hampir terhipnotis dengan gombalan pemuda dengan pesona mahal di hadapannya.
"Berapa jumlah uang itu?" Tiba-tiba suara Anggara mengagetkan kedua insan yang sedang melakukan serah terima sejumlah uang. Sontak, Nirmala tercengang dan reflek bangkit. Sejumlah uang yang tadinya rapi, terkibas tak sengaja dan berantakan.
"Anggara? Kamu...?" Nirmala kehilangan kata-katanya. Ia sungguh tak menyangka jika pemuda yang beberapa waktu lalu resmi menjadi pacarnya itu berada di sini.
Penasaran sama kelanjutannya? Lanjut yuk, ke KBM atau Good Novel dengan judul yang sama 'Nikahi Aku atau Aku Mati' penulis Graviolla Coding.
![](https://img.wattpad.com/cover/374538392-288-k728349.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nikahi Aku atau Aku Mati
RomantikBerniat menghalalkan hubungan asmara yang telah terjalin lima tahun lebih aja dramanya luar biasa, dari mulai sang calon mertua yang tidak sudi memberi restu, sang bapak yang sepihak menjodohkan, hingga sang sahabat yang juga bikin resah. Ternyata...