Rahasia Besar

2 0 0
                                    


"Nyonya mana, Mbok?" tanya lelaki itu sembari melepas kaus kakinya.

"Pergi, Tuan. Tadi, sekitar sejam yang lalu, diantar Rusman."

Mendengar jawaban wanita yang terbilang cukup sepuh itu, Pak Jaksa yang tahu persis hobi sang istri, langsung manggut-manggut.

"Biarlah dia foya-foya di luar. Dari pada di rumah bawaannya ngomel terus," batinnya lega karena orang yang biasanya menceramahinya tidak ada di rumah.

"Lucky?" Pak Jaksa bertanya tanpa menoleh kepada orang yang sudah mengabdi padanya lebih dari dua puluh tahun.

Beberapa detik kemudian, karena tidak ada sahutan, ia pun menatap sosok yang masih berdiri dengan mendekap tas sang majikan. Wajahnya tegang seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"E, anu, Tuan..." Belum juga berhasil menemukan kata-kata yang pas, Pak Jaksa tidak sabar sekaligus curiga.

Jika respon asistennya seperti itu, berarti ada yang tidak beres dengan putra semata wayangna. Lalu, lelaki yang tampak kurang tidur itu langsung melenggang menaiki anak tangga. Matanya menatap penuh selidik pada satu pintu kamar yang terbuka.

Ia mendekat dengan langkah penuh kehati-hatian. Di pikirannya, hanya ada satu sosok yang berani membuka pintu kamar tersebut. Dialah putra semata wayang seorang pebisnis sukses yang belum lama hijrah ke kota kecil ini—Lucky Pradana. Karena pintu terbuka itu, ingatan Pak Jaksa melayang pada moment beberapa waktu lalu.

Sebelumnya, pintu kamar itu hampir selalu tertutup, entah si empunya di dalam ataupun tidak. Terlebih, setelah bisnis pinjam meminjam putranya berjalan lancar, sang putra berhasil membeli sebuah rumah dan menempatinya. Namun, pasca sebuah tragedi terjadi, rumah baru sang putra itu tidak lagi ditempati dan memaksa pemiliknya kembali ke kamar yang kini sedang diintai sang kepala rumah tangga.

Ruangan dengan luas kurang lebih empat kali lima meter dengan kamar mandi di dalamnya itu sepi. Hal itu membuat Pak Jaksa penasaran. Pasalnya, sang putra tergolong pemuda yang tidak suka jika kamar tersebut dimasukin orang tanpa seizinnya, termasuk ia—papanya sendiri.

"Ceroboh," batin Pak Jaksa sembari memperhatikan pintu kamar yang terbuka.

Sepasang netranya dengan seksama mengitari ruangan. Tak lama kemudian, terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi yang disertai suara orang membuang dahak. Mendengar itu, Pak Jaksa kaget dan buru-buru hendak ke luar. Jika sang pemilik kamar mengetahui dirinya masuk ke kamar tanpa izin, pastilah pemuda yang sifatnya mirip dengannya sewaktu muda itu akan mengamuk.

Namun, sesuatu menghentikan langkah—sebuah benda di atas meja menarik perhatian. Saking penasarannya, dengan cepat lelaki yang masih berpakaian rapi itu meraih benda tersebut. Kedua netra yang dihiasi sebuah kaca mata minus itu mendelik.

Benda yang kini di tangannya tersebut menyeret memorinya yang masih terasa segar di ingatan. Karena benda kecil itulah yang pada akhirnya membawa sang putra harus mau mengikuti ide papanya untuk dijodohkan dengan putri salah satu kolega.

"Pa...Papa!" Lucky kaget bukan kepalang begitu keluar dari kamar mandi dan mendapati sang papa berada di kamarnya.

Kedua matanya yang tampak mengantuk berat itu lamat-lamat menatap benda yang tengah dipegang Pak Jaksa. Kesadarannya belum seratus persen, tapi ia masih bisa mengingat benda apa itu.

Setelah berhasil loading, dengan cepat pemuda yang tampak gemetaran itu menuju ke tempat papanya tengah berdiri. Ia ingin meraih benda itu, tapi tidak berhasil karena Pak Jaksa sudah lebih dulu menggeggamnya erat dan menempatkan ke posisi lebih tinggi.

"Masih waras kamu?" Dari sorot mata Pak Jaksa sangat terlihat bahwa lelaki itu sangat kecewa dan emosi.

"Papa tanya, apa kamu masih waras?" tanyanya sekali lagi, kali ini dengan nada lebih tinggi.

Saking geregetannya, geraham Pak Jaksa mengeras diikuti oleh suaranya yang mengandung kemurkaan, "kamu pingin papa bangkrut, kamu masuk penjara dan mamamu gila, hah? Papa nggak habis pikir kamu bakal begini lagi!" Pak Jaksa geleng-geleng kepala tampak frustrasi.

Sementara itu, pria muda di hadapannya tidak menjawab. Ia terlihat sangat gelisah dengan wajah menunduk dan berkali-kali menoleh ke kanan dan kiri. Dirinya tidak menyangka jika rahasianya akan terbongkar untuk kedua kalinya.

Bersambung...

Penasaran sama kelanjutannya?

Lanjut yuk, ke KBM atau Good Novel

Sudah tamat

Judul: Nikahi Aku atau Aku Mati

Penulis: Graviolla Coding.

Nikahi Aku atau Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang