Kabar mengenai kebakaran pusat hiburan malam terbesar di kota kecil itu tidak hanya membuat sibuk organisasi-organisasi terkait, tapi juga radio Andalan. Management segera rapat di pagi buta untuk meliput kejadian tersebut. Siska yang masih terkantuk karena semalam jadwal siaran jam sepuluh malam dan lanjut meeting itu beberapa kali menguap mendengarkan instruksi.
"Agenda lapangan hari ini masih berfokus pada tragedi kebakaran Club Mesong Pong. Beberapa rekan sudah berhasil meliput kejadian sesaat setelah berita tersebut kita terima dan akan disiarkan pagi ini oleh rekan Jody. Bagaimana Jody, apa sudah siap dengan materinya?" Mata produser itu mengarah pada pria yang terlihat sudah rapi dan bersemangat.
"Siap, Ndan," jawabnya sembari mengepalkan telapak tangan untuk menunjukkan bagaimana semangatnya dia.
"Bagus. Sementara itu, kita perlu untuk terus update perkara ini karena disinyalir ada harta karun dalam insiden ini." Demi mendengarkan kalimat sang produser, peserta meeting manggut-manggut.
"Siska, kamu bertugas ke Rumah Sakit Ardiputra untuk meliput keadaan para korban. Dari informasi tadi malam, korban berjumlah empat orang. Alhamdulillah semuanya selamat, meski ada luka bakar. Nah, tugas kamu mewawancarai, ya."
Mendengar instruksi dari seniornya itu, Siska sebenarnya kaget. Dia memang sering diberi tugas untuk meliput kejadian atau peristiwa di luar. Namun, saat ini dirinya lebih suka berada di depan mic dalam ruangan siaran karena badan dan pikirannya sedang tidak semangat.
Wanita yang terlihat menahan kantuk itu masih memikirkan temannya yang ia tinggal di klinik beberapa hari lalu. Rencana, setelah jadwal siaran pagi hari ini, dirinya ingin menghubungi Mister Dana dan menemui Nirmala untuk meminta maaf. Namun, dengan adanya tugas di lapangan ini, tentu rencananya itu gagal.
"Bagaimana Siska?" Sang produser menatap Siska yang tidak memberikan respon.
"Ah, iya, Pak, siap." Siska tergagap bangun dari lamunanya dan langsung menyetujui tugas tersebut. Lagipula, mana mungkin dia bisa mengelak dari instruksi big boss. Begitu pikirnya, yang tanpa pikir lama langsung meng'iya'kan.
Setelah meeting selesai, dengan langkah kurang semangat, Siska menuju ke mobil. Kali ini tugasnya ditemani oleh rekan yang memang spesialis tugas lapangan. Sepanjang perjalanan, wanita itu memilih untuk tidur karena memang masih mengantuk. Ia meminta kedua rekan untuk membangunkannya setelah sampai ke lokasi tujuan.
Rumah sakit itu biasanya sepi. Namun, kali ini terbilang cukup ramai dari biasanya. Satu mobil pihak berwajib terparkir tidak jauh dari mobil radio kini berada.
"Sepertinya kasus ini menarik," ujar salah satu rekan Siska sembari turun dari mobil.
"Gimana nggak menarik. Ada pesta narkoboy, Coy! Hei, ID pres kamu jangan lupa dipasang biar aman," ujar rekan satunya yang kemudian membangunkan Siska."Bangun Sis, udah nyampe."
Siska segera merespon dengan menguap dan merenggangkan otot-otot badannya. Setelah dirasa siap melaksanakan tugas, wanita itu membuka kotak make up dan mengaplikasikan beberapa produk di wajah.
"Aku tunggu di ruang informasi, ya. Segera turun kalau udah selesai dandan. Dan, ingat ID dipasang." Rekannya itu mengingatkan.
Lima menit cukup untuk Siska memoles wajah yang tadinya terlihat layu, kini menjadi berseri. Wanita tulang punggung keluarga itu segera menyusul kedua rekan kerjanya. Di ruang informasi ia melihat mereka tengah mengobrol dengan beberapa petugas, termasuk dua orang polisi yang sedang berjaga.
Setelah bergabung dan mendapatkan beberapa point informasi penting, crew radio itu mencari tempat duduk untuk berdiskusi sebentar.
"Kasus ini sepertinya sangat menarik," ujar rekan kerja Siska yang paling muda. Lelaki itu tampak antusias.
"Sudah kubilang, ini karena ada kaitannya dengan kasus pesta narkoboy beberapa waktu lalu. Ssstt...pelankan suara," ucap crew yang ditunjuk menjadi ketua itu menempelkan jari telunjuknya di bibir, memberi isyarat.
"Data-data di sini sudah komplit dan bisa langsung kita serahkan untuk menjadi bahan siaran siang ini," kata Siska penuh semangat karena tugas di lapangan ini begitu mudah dijalankan.
"Eh, ini juga bisa bikin warta yang menarik. Salah satu korban adalah korban. Nah, kan? Menarik bukan?" Kedua rekan kerja yang diajak bicara saling pandang karena belum paham apa maksud kalimat 'salah satu korban adalah korban'. Seperti mengerti dengan situasi tersebut, pewarta segera berbisik ke rekan-rekannya.
" Sss...masih secret, ya. Menurut saksi yang juga menyelamatkan dia—seorang bartender--, si wanita ini baru pertama kali main ke club. Sayang, identitasnya kosong. Mungkin, ikut terbakar dan sampai saat ini belum ada informasi mengenai keluarganya."
Mendengarkan ucapan sang rekan kerja, Siska menjadi sangat penasaran dengan sosok wanita yang sedang dibicarakan. Tiba-tiba ia menggeleng setelah pikirannya menerka-nerka bahwa yang dimaksud wanita korban itu adalah teman yang ia tinggalkan di klinik beberapa waktu lalu.
Saking penasarannya, dengan cepat ia lari menuju pusat informasi dengan menunjukkan ID card. Setelah menyakinkan pihak otoritas, Siska diberi izin untuk melihat kondisi sang korban. Dalam perjalanan menuju bangsal para korban, hati Siska berdebar-debar.
"Semoga pikiran gue salah. Dia bukan Nirmala, bukan!" begitu bisiknya dalam hati berkali-kali. Tiba-tiba saja, ia terbayang sosok Nirmala yang sudah dianggapnya adik sendiri.
Dan, ketika membuka gordeng, sontak tubuhnya kaget, lalu mundur secepat kilat saking kagetnya melihat sosok yang terbaring di ranjang pasien itu.
"Astaghfirullah, Mala, Nirmala!" teriaknya histeris dibarengi dengan tangisan. Dirinya sungguh tidak tega melihat orang yang beberapa hari pernah tinggal sekamar itu kini terbaring di ranjang pasien dengan luka bakar.
Bersambung...
Penasaran sama kelanjutannya?
Lanjut yuk, ke KBM atau Good Novel
Sudah tamat
Judul: Nikahi Aku atau Aku Mati
Penulis: Graviolla Coding.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikahi Aku atau Aku Mati
RomanceBerniat menghalalkan hubungan asmara yang telah terjalin lima tahun lebih aja dramanya luar biasa, dari mulai sang calon mertua yang tidak sudi memberi restu, sang bapak yang sepihak menjodohkan, hingga sang sahabat yang juga bikin resah. Ternyata...