###
"Sendirian, Gara? Ibu kamu mana?" Saat sedang menjaga toko, Tante Ayu tiba-tiba datang.
"Eh, Tante. Nggak sendirian, kok. Ada Mbak Dian, tuh." Dagu Anggara menunjuk ke seorang karyawan yang tengah merapikan barang dagangan di etalase, tidak jauh dari area kasir.
Tante Ayu merespon dengan manggut-manggut. "Ya, biasanya kan, ada ibumu."
"Nggak, Tante. Nggak tahu Ibu kemana. Tadi sih, masih di rumah. Tapi, sepuluh menit lalu, aku ke rumah, udah nggak ada. Nggak bilang juga mau kemana."
"Aku perhatiin, Ibu kamu belakangan sibuk banget sepertinya. Nggak datang ke acara majelisan, arisan, dan PKK juga," jelas Tante Ayu dipenuhi rasa penasaran.
Anggara tidak menyahut. Ia sibuk mengecek daftar harga barang yang banyak naik harganya.
"Apa benar ya, tentang desas desus itu?" Dengan penuh kehati-hatian, Tante Ayu mengeluarkan pertanyaan, seolah untuk dirinya sendiri. Namun, suaranya mampu membuat Anggara menoleh dan menghentikan sementara pekerjaan.
"Desas desus apa, Tante?"
"Ah, kamu belum dengar?"
Anggara menggeleng.
"Biasa, ibu-ibu kompleks paling rajin bergosip. Beneran, kamu nggak tahu?"
"Enggak. Belakangan juga aku rada sibuk di luar, Tante."
Sebelum memulai bicara, Tante Ayu terlihat menarik napas dalam-dalam.
"Banyak yang bilang kalau ibumu itu suka ketemuan sama bapak-bapak di terminal. Bener nggak,sih?"
Anggara menatap tantenya penuh kekagetan. Ia tidak menyangka jika wanita yang dulunya tidak begitu tertarik dengan gosip apa pun, kini justru memberi informasi yang sedikit pun tidak pernah terpikirkan olehnya.
"Siapa yang menghembuskan gosip tidak benar itu, Tante?"
"Katanya nggak cuma satu atau dua orang yang lihat. Nggak cuma sekali atau dua kali juga. Tante nggak bisa nyebutin siapa orang yang ngasih tahu. Tapi ..." Mulut Tante Ayu tiba-tiba tertutup rapat, seolah ingin menarik kata-katanya tadi . Ia merasa tidak enak melihat respon sang keponakan.
"Ah, mungkin bukan ibumu. Itu tidak benar. Kenapa juga Tante jadi seperti ini, sih?" Tiba-tiba Tante Ayu terlihat tidak nyaman.
"Nanti coba Gara selidiki, Tante. Semoga saja cuma gosip murahan," ucap Anggara berusaha positif thinking sekaligus menenangkan tantenya yang terlihat tidak enak hati.
"Oh, iya. Bagaimana kabar Nirmala? Tante belum pernah menjenguk. Pingin sekali-sekali ke rumahnya."
Tiba-tiba Tante Ayu membuka topik yang membuat Anggara teringat dengan kekasihnya, yang masih juga belum menghubunginya setelah kejadian kemarin.
"Baik, Tante. Semua sudah sehat semua. Kemarin terakhir kali kontrol. Kata dokter, sudah tidak perlu kontrol lagi."
"Syukurlah. Kalau kamu mau ke sana, boleh tidak kalau tante ikut?"
Mendengar ucapan Tante Ayu yang seperti begitu serius, Anggara pun langsung semringah.
"Jangan temui aku, sebelum kamu datang ke rumah dan pastikan bersama dengan ibumu!" Tiba-tiba saja kalimat terakhir yang diucap Nirmala kemarin itu teringang di kepala.
###"Tante, apa Anggara sudah tahu aku di sini?"
Bu Diana yang datang ke kamar untuk mengantar makanan mendadak kebingungan mencari jawaban atas pertanyaan Fitonia yang tanpa aba-aba. Dia yang hendak meletakkan nampan berisi makanan pun, menghentikannya beberapa detik. Otaknya berpikir keras untuk mencari jawaban yang pas.
"Oh, itu. Mohon maaf, ya. Belakangan, Anggara sibuk banget. Jadi, belum sempat cerita," jawab Bu Diana penuh kehati-hatian.
"Oh, jadi belum tahu, ya?" lirih Fitonia, seolah diperuntukan pada diri sendiri.
"Tapi, tenang saja. Begitu nanti, dia sudah tidak sibuk dan ada waktu untuk ngobrol, tante pasti akan menceritakan dan membawa ke mari."
"Oh, tidak usah, Tante. Anggara pasti akan kaget." Kalimat yang terlontar belakang terdengar begitu lirih, sehingga Bu Diana tidak begitu mendengar.
"Nggak pa-pa. Kamu dan Anggara sudah seharusnya bersama," ucap Bu Diana sembari duduk dan tersenyum lebar. Tatapannya penuh arti pada gadis yang terlihat malu-malu dan kaget dengan maksud ucapan tamunya tersebut.
"Maksud Tante?"
"Iya, buat apa coba, tante sering kes sini?"
Fitonia tak menyahut. Ia berusaha untuk mencari jawaban dari sorotan mata wanita yang banyak senyum itu.
"Ya, karena tante merestui dan mendukung Anggara menikah dengan kamu."
Tanpa ragu, Bu Diana mengatakan kalimat, yang langsung membuat Fitonia terharu.
"Berkali-kali, tante katakan juga pada mamamu, kalau tante hanya akan merestui Anggara menikah dengan gadis pilihan. Yaitu, kamu." Tangan Bu Diana memegang anak rambut yang tertiup angin dan mengganggu pandangan Fitonia.
"Percaya sama tante, ya. Tidak ada wanita yang akan Anggara nikahi selain kamu. " Kedua mata Bu Diana berusaha menyakinkan gadis yang di dalam hatinya masih ada keraguan, mengingat bagaimana bucinnya Anggara-Nirmala. Sementara itu, otak wanita yang sudah dirasuki dengan bayangan pesta pernikahan meriah dan besan kaya raya itu bekerja keras.
"Aku harus segera menemukan cara agar Anggara mau menikah dengan gadis ini, segera," ujarnya dalam hati, sambil terus memberikan kesan yakin pada gadis yang masih saja diam—bergelut dengan bayangan-bayangan masa lalunya itu.
Bersambung...
Penasaran sama kelanjutannya?
Lanjut yuk, ke KBM atau Good Novel
Sudah tamat
Judul: Nikahi Aku atau Aku Mati
Penulis: Graviolla Coding.

KAMU SEDANG MEMBACA
Nikahi Aku atau Aku Mati
RomanceBerniat menghalalkan hubungan asmara yang telah terjalin lima tahun lebih aja dramanya luar biasa, dari mulai sang calon mertua yang tidak sudi memberi restu, sang bapak yang sepihak menjodohkan, hingga sang sahabat yang juga bikin resah. Ternyata...