Tidak Ada Jalan Lain

3 0 0
                                    


"Ibu, apa yang Ibu lakukan? Siapa yang telepon?" Anggara tiba-tiba muncul dari kamar mandi dan melihat ibunya sedang memegang ponsel miliknya.

Melihat sang putra memergoki, Bu Diana buru-buru meletakkan ponsel ke meja.

"Ibu cuma liat jam," ujarnya mencari alasan. Namun, gerak tubuh dan roman wajahnya tidak bisa membohongi. Lalu, wanita itu bergegas pergi.

Anggara meraih ponsel dan mengeceknya. Beberapa panggilan telepon dan pesan messanger dari Nirmala terpampang di sana. Batin pemuda itu kacau balau. Ia berusaha menghubungi kekasihnya, tapi nomor yang dituju sedang di luar jangkauan. Panik langsung mendera.

Sementara itu, begitu berjalan baru beberapa langkah menjauh dari kamar putranya, Bu Diana merutuk. Wanita itu menyesal mengapa dirinya tidak mencecar sang putra dengan pertanyaan-pertanyaan yang masih membuatnya pening di kepala, malah justru keluar kamar seperti orang bodoh. Maka, ia pun kembali ke kamar sang putra.

Sebelum membuka pintu, Bu Diana urung membuka lantaran mendengar pekikan putranya yang seperti orang putus asa. Awalnya, ia hendak mengurungkan niat, tapi bisikan-bisikan di telinga kirinya. Akhirnya, wanita yang sudah dipenuhi dengan rencana-rencana menjauhkan sang putra dari kekasihnya itu pun membuka pintu.

"Pokoknya kalau kamu mau nikah tahun ini, Ibu izinin dan restui. Tapi, tidak dengan gadis pembawa malu keluarga itu. Kalau perlu, Ibu bakal cariin wanita yang jauh lebih cantik, pintar, dan jauh segalanya dari pacarmu itu. Mengerti?" Tanpa menunggu respon putranya, setelah mengucapkan kata-kata tersebut langsung menutup pintu.

Mendengar ucapan ibunya tersebut, Anggara semakin tidak berkutik. Kepalanya benar-benar pusing dan panas seperti hendak meledak.

###

"Bapak!" Nirmala menatap lelaki garang di hadapannya dengan amarah yang memuncak. Ia bahkan sudah tidak peduli lagi status orang tersebut sebagai seorang Bapak yang notabene-nya wajib dihormati.

"Bapak keterlaluan! Jahat! Tidak adil! Egois!" pekiknya penuh kekecewaan.

Mendengar kata-kata putrinya tersebut, Pak Harsono yang sebelum memasuki kamar itu tengah kebingungan bagaimana cara menyelesaikan masalah dengan Pak Jaksa pun tersulut emosi. Dengan cepat, lelaki itu langsung menampar pipi kiri sang putri.

"Durhaka kamu bicara seperti itu padaku!" Ditatapnya wanita muda yang tak berdaya di hadapan dengan penuh kekecewaan.

"Semakin lama semakin ngelunjak! Apa pun yang terjadi, kamu harus menikah dengan Mas Lucky atau tidak pernah menikah sama sekali. Selagi aku masih ada, kamu wajib nurut. Mengerti?!" lanjut Pak Harsono geregetan.

Setelah mengucapkan kalimat tersebut, lelaki yang dihinggapi keputus asaan itu melangkah ke luar. Ia tidak mau lebih lama lagi menghadapi anak gadisnya yang memiliki sifat keras kepala seperti dirinya.

"Mbak, aku sudah meminta kamu buat jaga itu anak. Kenapa dia masih bisa menghubungi pria itu lagi?" Pak Harsono berteriak pada seorang wanita yang ketika mendengar keributan tadi langsung lari ke sumber suara.

"Lah, anakmu itu memang yang keras kepala, susah diatur. Aku sudah berusaha bujuk, tetap saja membangkang!" sembur wanita yang dipanggil 'Mbak' itu sewot.

Mendengar kalimat kakaknya yang bisa dipahami, Pak Harsono terdiam. Ia langsung menatap istrinya yang baru saja datang. Wanita yang matanya bengkak karena tangisan itu ingin langsung ke posisi putrinya, tapi melihat suami dan iparnya berada di dekat pintu, jadi urung.

"Kamu juga, jadi Ibu kenapa tidak bisa menjaga anak dengan baik?" Pak Harsono melimpahkan kekesalan pada istrinya yang menatap dengan wajah prihatin.


Bersambung...

Penasaran sama kelanjutannya?

Lanjut yuk, ke KBM atau Good Novel

Sudah tamat

Judul: Nikahi Aku atau Aku Mati

Penulis: Graviolla Coding.

Nikahi Aku atau Aku MatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang