Hai kenalin nama aku betrand peto hari ini aku ada jadwal menyanyi di salah satu studio music milik bapak ruben onsu aku sangat senang sekali hari ini karena salah satu cita-cita ku akan terwujud yaitu dengan rekaman di studio musik milik bapak ruben onsu "kak sini" aku menghampiri nya dengan sopan aku duduk di samping nya mendengar kan instruksi yang ia berikan untuk ku setelah mendengar instruksi nya aku bersiap-siap kata nya tadi ada seorang wanita yang akan berduet bersama dengan ku aku menebak-nebak kira-kira siapa wanita itu apa dia sebaya dengan ku atau malah lebih tua dia dari pada aku, tak lama sebuah mobil putih jenis alphard datang memasuki area parkir MOP music "siapa wanita itu" batin ku bertanya-tanya lalu seorang wanita turun dari mobil putih itu dengan menggendong seorang bayi yang kira-kira berusia sekitar 2 bulan setengah dan satu anak kecil lagi yang kira-kira usia nya 4 tahunan "siapa mereka" batin ku bertanya lagi mereka menghampiri bapak ruben dengan pelukan hangat bak keluarga yang bahagia "Hai yank" mencium pipi bapak ruben begitu juga sang anak yang berhamburan memeluk nya dan langsung ia gendong dan menciumi nya dengan gemas. "Kenapa aku tak bisa seperti mereka aku juga kepingin punya keluarga yang utuh seperti mereka andai aku menjadi salah satu bagian dari mereka pasti aku akan jadi anak yang paling beruntung di dunia ini" tanpa aku sadari mata ku meneteskan air mata yang membentuk sungai kecil di pipi ku "tuhan kenapa nasib ku tak seberuntung mereka apa aku tak berhak untuk bahagia" batin ku kembali bersuara hati ku ngilu meratapi nasib ku yang tak seberuntung mereka berdua yang di limpahi kasih sayang yang luar biasa oleh kedua orang tua nya, "kak ayo masuk" ajak pak ruben ramah pada ku yang langsung ku iya kan aku mengikuti mereka berempat masuk ke ruang tunggu bisa di bilang loby studio "kak ini kenalin ibuk sarwendah" aku memandangi nya "cantik sekali" batin ku "kalau ini namanya alia" menepuk paha thalia "iiih cici ayah kok alia sih" cemberut nya "oke oke jangan ngambek dong princess ini nama nya cici thalia dan yang bayi ini nama nya thania" aku mengangguk paham mendengar kan ia memperkenalkan keluarga nya satu persatu "kapan ya aku di perkenalkan sebagai anak mereka dan aku dengan bangga menyebut diri ku sebagai anak dari seorang ruben onsu" aku tersenyum ramah ke mereka. Aku memasuki studio dengan tersenyum membayangkan bagaimana hidup di kelilingi oleh orang-orang yang saling mencintai satu sama lain "Ku ingin saat ini engkau ada di di sini tertawa bersama ku seperti dulu lagi walau hanya sebentar tuhan tolong kabulkan bukan nya diri ini tak terima kenyataan bukan nya diri ini tak terima kenyataan hati Ini hanya rindu oh hati Hanya rindu ku rindu senyum mu ibuu" lirik terakhir lagu itu membuat mata ku sedikit berkaca-kaca, selesai menyanyi bersama ibuk sarwendah aku di ajak main oleh thalia di taman belakang studio aku bermain lari-larian thalia tertawa karena ku tanpa aku sadari ternyata bapak ruben memandangi kami dari jauh sembari tersenyum singkat "kakak ayok kejar ai" aku mengejar nya dengan tertawa bapak ruben terus memandang kami dengan senyuman yang tercetak di bibir merah nya. Bu sarwendah menyiapkan makanan untuk thalia makan Karena waktu menunjukkan pukul 12.00 artinya makan siang pun tiba "cici ayo makan sayang udah jam 12.00 siang lho" thalia yang asyik bermain langsung berlari mendengar suara bunda nya dan menghampiri bunda dengan sedikit berlari "kakak ayo ikut makan bersama kami" ujar pak ruben aku tersenyum malu mendengar nya "ayah ai mau duduk sama kakak gak mau sama ayah kakak sini sama cici aja" bapak ruben dan ibuk sarwendah saling berpandangan satu sama lain menatap kami lalu tersenyum manis menyelami pikiran mereka masing-masing sesekali ku pandangi mereka tanpa mereka sadari ada lelehan air di pipi ku, "kakak asal nya dari mana" tanya bu sarwendah ke pada ku "saya asal nya dari NTT buk daerah cancar sana manggarai" bu sarwendah membulat kan mulut nya "terus di sini sama siapa dan nginep di mana" tanya nya lagi "saya di sini sama om saya om dari bapak buk dan saya tinggal di hotel jakarta" bu sarwendah mengangguk "ya yank dia sama om nya tinggal di hotel deket sini kok aku yang cariin penginapan nya dan penginapan nya juga sudah aku bayarin" aku sontak terkejut mendengar penuturan bapak ruben aku baru tahu kalau penginapan dia yang bayar semua nya aku pikir di tanggung oleh perusahaan ternyata ia memakai uang pribadi nya "terimakasih bapak" satu kata itu terucap dari bibir mungil ku "ya kak sama-sama". Tak terasa waktu berputar dengan cepat jam menunjuk kan pukul 17.00 sore waktu nya aku berpisah dengan mereka entah kenapa hati ini berat banget untuk berpisah padahal kita baru saja bertemu beberapa jam tapi rasa nya sudah bertahun-tahun tak bertemu hati ku sebenarnya ingin ikut pulang bersama mereka tapi siapa lah aku, aku bukan siapa-siapa nya mereka "ai mau sama kakak aja bunda ai gak mau pulang sama kalian ai mau ikut kakak betrand" lagi dan lagi hati ku terenyuh mendengar penuturan anak sekecil ini kenapa berbicara dengan ku seperti itu seolah-olah kami ini adalah adik dan kakak. Bapak ruben memberi pengertian secara lembut ke thalia "kita pulang dulu besok kita jemput kakak lagi untuk jalan-jalan mau kan kak" aku spontan mengangguk "ya nanti kita main lagi ya ce" aku memanggilnya cece untuk thalia "janji" aku mengangguk dan menautkan jari kelingking kami "janji" ucap ku meyakinkan nya, akhirnya aku berpisah mobil dengan keluarga onsu hati ku sebenarnya sangat kepingin punya keluarga yang utuh seperti mereka tapi sayang angan-angan itu hanya sebuah khayalan semata yang tak tau bakal terwujud atau gak,malam pun tiba di kediaman onsu thalia tak berhenti untuk menanyakan soal kakak betrand mau gak mau ayah harus menjawab semua pertanyaan nya "ayah kakak boleh gak tinggal di sini aja ama cici dan thania ai mau punya kakak yang bisa ngejaga ai" DEG bagai di sambar petir di siang bolong gak ada hujan gak ada angin tiba-tiba anak sekecil ini bilang seperti itu sontak satu pertanyaan thalia membuat ayah shock "ai mau nya kakak betrand jadi kakak nya ai dan thania yah" ayah menghela nafas kasar "gak bisa dong ci kakak kan udah punya keluarga di sana lagian ayah gak mau merusak keluarga mereka ci" jawab ayah mencoba meyakinkan thalia "ai mau nya sama kakak betrand ayah" ucap nya kukuh lalu berlalu dengan muka masam bunda melihat thalia cemberut menghampiri ayah yang duduk di sofa menyandarkan kepala nya ke sofa ruang tamu "kenapa yank kok cici muram gitu muka nya habis kamu apakan anak itu hmmm" tanya bunda lembut yang ikut duduk di sofa. Ayah menatap wajah cantik sang istri "yank" bunda menatap ayah "aku mau ngomong sama kamu sebentar tapi gak di sini kita ke kamar takut ada yang dengar percakapan kita" bunda semakin bingung dengan tingkah sang suami yang tiba-tiba mengajak nya mengobral di tempat yang lebih private karena biasa nya mereka mengobrol di ruang tamu saja sudah cukup, sesampainya di kamar ayah langsung mendiskusikan soal betrand "jadi gini yank tadi thalia nyamperin aku di sofa terus dia bilang mau betrand menjadi kakak nya ia bilang kata nya supaya ada yang jagain dia dan thania" satu kalimat itu sontak membuat bunda shock bagaimana tidak anak sekecil itu bisa berbicara seperti itu padahal dia dan betrand masih belum kenal sepenuhnya "terus kamu iyain" tanya bunda "ya gak tau aku belum kasih jawaban yang pasti iya atau tidak nya karena aku sendiri bingung di sisi lain aku juga pingin punya anak cowok tapi di sisi lain betrand juga sudah punya keluarga di sana yank dan kita gak bisa merebut nya begitu saja" bunda menghela nafas. "Ya kalau menurut aku sih kamu coba ngomong ini semua ke kakak besok pagi sama om nya kalau kakak mau jadi bagian onsu kita akan adopsi dia jadi anak kita kalau dia gak mau ya terserah keputusan ada di tangan kakak kita juga gak bisa memaksakan kehendak kita untuk merebut betrand dari keluarga kandung nya yank"ucapan bunda membuat ayah bingung "kamu mau yank mengadopsi dia" tanya ayah "ya mau yank aku akan urus dia seperti aku mengurus ke dua anak kita lagian kan kita dari dulu pingin banget punya anak cowok mungkin ini cara tuhan memberi kita anak laki-laki ya walaupun bukan dari rahim ku" tutur bunda lembut membuat hati ayah sedikit terenyuh bunda meninggal kan ayah sendirian di kamar, ayah merenung dan mengambil keputusan yang tepat untuk masa depan keluarga nya "kayak nya keputusan ini tepat untuk keluarga gue gue harus ngomong ke kakak dan om nya tentang apa yang mau gue bicarakan besok" ucap ayah sembari perlahan memejamkan mata lelah nya. Keesokan pagi nya ayah benar-benar mengajak kakak untuk pergi bertiga bersama om nya "apa yang mau di omongkan bapak ruben kepada ku ya" batin ku berbicara tak lama kami bertiga sampai di sebuah cafe elit ternama di jaksel yang aku yakin 1 menu tak cukup uang 20.000 pasti lebih dari 50.000 an "kita mau ngapain ke sini pak" tanya ku ramah "ada yang mau saya bicarakan ke kakak" ujar nya tak lama makanan satu persatu datang memenuhi meja makan bu sarwendah datang menghampiri kami ternyata mereka berdua menemui ku tapi untuk apa "ada yang mau saya bicarakan" ucap ayah "jadi gini kakak mau gak jadi bagian keluarga kami menjadi kakak untuk thalia thania dan menjadi anak laki-laki pertama kami" aku sontak terkejut mendengar penuturan pak ruben barusan "ini seriusan" batin ku om memandang ku "gimana etan mau" tanya nya "emang boleh om terus opa oma bapak gimana aku gak bisa ketemu mereka dong" om tersenyum "kamu masih bisa ketemu mereka kak atau kalau gak ya mereka yang ke Jakarta nemuin etan di sini" ujar om menjelaskan. "Beneran saya mau di angkat jadi anak kalian" ucap ku "beneran kak kenapa kami harus berbohong pada kamu kami serius" ujar bunda mata ku seketika berkaca-kaca doa ku terkabul kan aku akan menjadi anak dari bapak ruben dan ibuk sarwendah "terima kasih tuhan" batik ku "oh ya mulai sekarang panggil kami jangan ibuk atau bapak lagi" aku mengernyit "tapi mulai sekarang panggil kami dengan sebutan ayah dan bunda karena kami adalah orang tua kamu sekarang" aku tersenyum lalu berhamburan memeluk mereka berdua aku menangis dalam diam "terima kasih" hanya satu kalimat itu yang terucap dari mulut mungil ku sembari ku erat kan pelukan ku.
Mau lanjut vote n coment ya guys
Bay bay.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Teman
SachbücherBetrand Peto Putra onsu adalah anak asuh dari ruben & sarwendah meski bukan anak dari rahimnya betrand lahir dari cinta kasih mereka ya keluarga the onsu lebih tepatnya.