Hari ini ayah sedang bersantai di halaman belakang sembari meminum secangkir teh yang di buatkan oleh bunda. Thalia menghampiri ayah yang sedang bersantai dengan sedikit berlari ke arah ayah "aayyaahhhhh" teriak thalia "jangan lari-lari sayang ntar jatuh lho ayah sad nanti kalau you luka" thalia memelankan jalan nya menghampiri sang ayah yang sedang menikmati teh sambil terkekeh "hehehe sorry ayah" merangkul ayah dan duduk di pangkuan ayah. Ayah dan anak perempuan nya itu duduk saling bercerita tentang kegiatan nya masing-masing thalia yang antusias cerita ke ayah tentang kegiatannya apa aja di sekolahnya ayah hanya tertawa melihat anak nya bercerita. Bunda pun menghampiri ayah dan cici yang saling bertukar cerita sesekali ada tawa yang mengudara di antara mereka bertiga tanpa mereka sadari ada seorang remaja lelaki yang memperhatikan mereka di balik jendela sambil menyunggingkan senyum "tuhan jaga selalu mereka untuk ku, biarkan mereka tertawa seperti ini jangan ambil kebahagiaan mereka onyo mohon" remaja laki-laki itu menadahkan kepala nya ke Langit-langit dengan mata berkaca-kaca. Tiba-tiba rasa sakit di kepala nya kembali muncul "sssh kenapa sakit ini datang lagi ke onyo tuhan onyo masih mau sama keluarga ini menjaga keluarga ini mereka merawat onyo dengan kasih sayang" batin onyo memegang kepala nya. Sudah 1 bulan anak itu menyembunyikan penyakitnya ia baru saja memeriksanya ke dokter Dokter mengatakan ada tumor otak di kepala nya dan umur nya mungkin gak akan lama lagi tapi ia tak sanggup untuk bercerita bahkan memberitahu ke ayah maupun bunda karena ia tak mau keduanya risau akan keadaan nya. Tak lama suara thania memecahkan lamunannya thania menangis seakan tau kokoh nya tidak baik-baik saja onyo pun berlari menghampiri thania dan segera menggendongnya ke pelukan nya "sstt ssstt tenang ya koko onyo di sini kok" menepuk punggung thania tak lama thania pun diam dan ia tertidur lelap di punggung sang kakak. Bunda pun mengambil thania dan menaruhnya di kasur untuk menjauhkan nya. Dia kembali memegang kepalanya menahan kesakitan "kenapa sayang hmm" tanya bunda dengan nada yang lembut "gak papa kok bund I'm oke kok" jawab onyo meninggalkan bunda nya yang masih bertanya-tanya tentang kondisi sang putra "kenapa ya dia " batin bunda. Onyo pun kembali ke kamar nya dan kembali membuka surat dari dokter Richard yang mengatakan bahwa penyakit nya sudah fatal.
Onyo menangis dalam diam di dalam kamar tiba-tiba suara ketukan pintu membuyarkan lamunan nya ia segera menghapus air matanya "eh ayah kenapa yah" tanya onyo ke ayah "you kenapa you oke bunda cemas lho nyo" tanya ayah dengan nada khawatir "gak papa ayah I'm oke kok ayah tenang aja udah ya sekarang ayah keluar onyo mau istirahat dulu ya"ayah terkejut mendengar sang anak mengusirnya secara halus tapi apalah daya ia ia hanya pasrah dan keluar dari kamar onyo.
Skip 2 minggu kemudian
Hari ini onyo ada jadwal check up bersama dokter Ricard "gimana dok" tanya onyo "tumor kamu semakin mengganas nyo dan kemungkinan kamu untuk hidup hanya 10% persen untuk kamu sembuh ayah sama bunda harus tau sayang supaya mereka bisa membawa kamu untuk berobat ke luar negeri" tutur dokter Richard "gak ai gak mau kalau bunda ataupun ayah tau ai gak mau mereka kepikiran dok" ucap onyo dengan nada terisak onyo meninggalkan ruangan dengan pikiran yang kacau onyo pun masuk ke mobil nya. "Gimana ya cara nya ngomong sama ayah bunda tapi ai juga gak mau bunda ayah kepikiran tapi kalau ai gak bilang ai gak akan tinggal sama mereka lagi ayah bunda onyo sayang kalian" batin anak itu dengan mata yang berkaca-kaca.
Skip kediaman onsu
Onyo memasuki rumah, rumah yang memberikan nya cinta kasih selama ini setapak demi setapak ia lalui anak tangga itu berhasil ia lewati,dengan cepat ia memasuki kamar begitu memutar handle pintu betapa terkejut nya ia sudah ada ayah dan bunda yang menatap nya dengan tatapan sinis "duduk ayah mau bicara sama you" tegas ayah onyo pun menurut ia pun duduk di tepi kasur nya "sekarang ai mau tanya you sembunyikan apa dari ai dan bunda" menatap onyo sementara yang di tatap hanya bisa menunduk kan kepala nya "liat ai nyo" mendongak kan kepala nya onyo menghadap nya. Bunda hanya bisa terdiam ia tak bisa membela putranya saat ini "ai mau you jujur nyo you kenapa hah" tanya ayah jongkok ke hadapan putra nya "you tau kan ai paling gak suka kalau anak-anak nya ayah bohong ke ayah" memegang dagu onyo "s-sorry yah" tunduk onyo "kenapa kok bilang sorry ke ayah" tanya ayah bunda pun ikut duduk di sisi onyo "ai sebenarnya mau bilang ini semua ke ayah sama bunda tapi ai gak sanggup" menatap ayah dengan mata berkaca-kaca "ai sudah tau semuanya ai nemuin surat ini dari bawah kasur you coba kalau tadi bunda gak beresin kamar you pasti ai gak akan tau dan you gak akan kasih tau ini ke ai kenapa sih nyo" onyo hanya menundukkan kepala nya "ai minta maaf tapi ai gak mau kalau kalian sedih kalau kalian kepikiran yah" tegas onyo "terus you pikir dengan gini ai sama bunda gak khawatir sama saja bunda dan ayah akan khawatir nyo" bunda melihat ke atap sambil menahan air matanya. Ayah menatap kembali wajah sang putra dengan nafas kasar "gini minggu depan kita terbang ke Singapura dan obatin penyakit you ai gak mau liat you nahan sakit setiap hari sayang" suara ayah lembut dan memenangkan hati onyo "ya yah" jawab onyo dengan nada pasrah. Ayah dan bunda kembali ke kamar nya ayah akhirnya menangis sejadi-jadinya di hadapan bunda "kenapaaaa yang kenapa harus seperti ini ujian apa lagi ini yank" tangis bunda tak terbendung lagi begitu juga ayah yang menangis sejadi-jadinya "sabar sayang kita bawa dia berobat di Singapura kita masih ada harapan ya walaupun hanya 10 persen yank" tutur ayah menghapus air mata nya, bunda pun melakukan hal yang sama.
Skip 1 minggu
Onyo sedang berkemas mulai dari baju perlengkapan mandi obat-obatan yang harus ia bawa tiba-tiba thalia menghampiri sang kokoh "you mau kemana nyo you gak ninggalin ai kan nyoo" thalia merangkul kaki onyo seakan tak membiarkan sang kakak pergi meninggalkan nya "gak sayang onyo gak pergi kok onyo cuma mau liburan sebentar sama ayah bunda" jawab onyo menenangkan hati sang adik. Ayah menghampiri mereka di kamar nya "ayo nyo semua sudah siap dibawah" tutur ayah mengangkat koper onyo dan mendorong nya thalia menjulurkan tangannya meminta di gendong oleh sang koko onyo pun menggendong thalia ke pelukannya. "Ayo sayang berangkat pesawat you landing 15 menit lagi" onyo pun merangkul adik-adiknya "nanti koko pulang bawain cici oleh-oleh ya" polosnya "yaa sayang" mengusap air mata thalia. Setelah setengah jam perjalanan ia sekarang berada di bandara 𝐁𝐚𝐧𝐝𝐚𝐫 𝐔𝐝𝐚𝐫𝐚 𝐈𝐧𝐭𝐞𝐫𝐧𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥 𝐂𝐡𝐚𝐧𝐠𝐢 𝐒𝐢𝐧𝐠𝐚𝐩𝐮𝐫, ia memasuki hotel yang sudah di booking ayah untuk mereka menginap "besok kita ke rumah sakit tempat uncle olga dulu di rawat sekarang you istirahat dulu ya oke" onyo mengangguk kan kepala nya dan ia tidur di dalam dekapan sang bunda.
Besoknya mereka tiba di rumah sakit ternama di Singapura bunda ayah dan onyo memasuki ruangan yang sudah di sediakan oleh rumah sakit "begini pak ruben kesehatan anak bapak" Potong dokter.Hiyyaa penasaran kan kita lanjut part 2 ya oke sabar".
Vote vote vote oke komen yang banyak ya.
Pokoknya kalo gak ada yang koment minta next gak akan aku lanjut kan.
See you next chapter guys bay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Teman
Документальная прозаBetrand Peto Putra onsu adalah anak asuh dari ruben & sarwendah meski bukan anak dari rahimnya betrand lahir dari cinta kasih mereka ya keluarga the onsu lebih tepatnya.