Koko nya cici

167 11 2
                                    

Mentari pagi ini bersinar dengan terang hari ini the onsu family sedang bersiap untuk pergi ke kebun binatang di ragunan karena onyo dan cici juga sedang berlibur jadi berangkat lah mereka ke kebun binatang, bunda sedang memasak kan bekal untuk mereka makan di sana "bund ayo cici sama kokoh udah siap" celotehan thalia itu membuat nya tersenyum bahagia ini sudah cukup untuk nya ia sudah terlalu bahagia "ya cii sebentar sayang ai masih bikin nasi goreng buat kokoh" sahut bunda menggelegar "thank you bunda" teriak onyo dari arah sofa "you're welcome sayang" bunda menghampiri mereka dengan kotak bekal yang sudah ia masuk kan ke dalam tas onyo ada beberapa roti dan camilan juga pasti nya untuk kedua putra dan putri nya di sana. "Ayah mana bund" tanya cici dengan suara cempreng nya "ayah di sini sayang habis gantiin popok nya baby" ayah pun sama dengan bunda bagi nya tak ada yang menyenangkan selain mendengar celotehan princess kecil nya "ya udah ayo berangkat keburu siang yank kasihan baby nya" ayah mengangguk dan memasuki mobil nya ayah menyetir dengan perlahan-lahan, setelah setengah jam perjalanan akhirnya mereka berlima sampai di kebun binatang ragunan jakarta selatan "pak tiket untuk lima orang" sahut ayah kepada penjual tiket 5 tiket akhirnya di pegang oleh mereka "cii you mau main apa kemana" tanya ayah ke cici "mau liat hewan laut yah kata miss nya ai hewan laut lucu-lucu ai mau nonton yah" menatap ayah ayah hanya mengangguk. "Nyoo gendong ai mau di gendong onyo" mengulurkan tangan nya ke onyo nya onyo dengan senang hati menggendong nya agar sang adik senang, "cii ayo masuk" cici menggeleng "kenapa tadi kata nya mau liat singa laut" tanya bunda lembut "ai takut masak ada paus" menunjuk foto paus "gak papa sayang itu kan cuma poster lagian kan hewan nya di kandangin" tutur bunda memberi penjelasan ke thalia "tapi bund ai takuttt" mempererat pelukan nya ke onyo "gak papa cici sayang kan ada onyo" bisik onyo akhirnya dengan bujukan sang kakak thalia mau masuk dengan di gendong onyo, "waw" takjub mereka apalagi onyo menganga karena ia belum pernah menginjak kan kaki nya di sini "bund itu apa" tanya onyo "itu nama nya berang-berang sayang" jawab bunda onyo mengangguk paham "nyo ai sama bunda dan baby ke toilet bentar ya you di sini" onyo mengangguk ayah bunda meninggalkan mereka di antara banyak nya orang. "Nyo ai mau pipis" menatap koko nya "nanti ya sayang tunggu ayah bunda sama baby sabar" thalia menarik tangan koko nya sementara yang di tarik hanya pasrah. Bunda dan ayah selesai menggantikan popok mereka menghampiri kedua anaknya namun sayang anaknya sudah tak ada di sana bunda mulai panik "yang kemana anak 2 itu" panik bunda "bentar kamu gendong dulu baby nya aku mau cari anak-anak itu" ayah memberikan thania ke bunda dalam kondisi tidur ayah segera meninggalkan bunda dan mencoba mencari kedua anak nya "kemana sih kalian jangan bikin ayah bunda cemas" batin ayah berkecamuk sudah 30 menit lebih ayah berkeliling tapi sang anak tak di temukan sama sekali "onyooo cicii ayo pulaang sayaang" teriak nya para pengunjung kebun binatang menatap ayah namun ayah tak peduli yang ia pikir kan sekarang adalah di mana anak-anak nya itu berada, sementara itu di tempat yang berbeda dua orang adik kakak sedang menyusuri jalanan padat jakarta sembari mengatup kan kedua tangan karena dingin nya malam menyelimuti mereka "nyooo cici lapar" menatap sang kakak yah malam pun tiba namun ayah dan bunda tak berhasil menemukan keberadaan ke dua buah hati mereka di kebun binatang itu akhirnya mereka pun memutuskan untuk pulang karena kasihan thania kalau sampai kelamaan di luar sana bunda sudah di rumah namun tidak dengan ayah "yank aku mau ikut ya aku mau cari anak ku" menatap ayah yang akan pergi "gak usah yank kamu di rumah aja ya jaga baby kasihan thania kalau di tinggal sendirian dan aku pasti kabarin kamu kalau aku udah nemuin mereka berdua" bunda mengangguk pelan. "Mikee rooy" suara ayah menggema di istana onsu mereka ketakutan selama ini ayah tidak pernah memanggil mereka dengan nada sekeras itu mereka pun menghampiri ayah "kita cari onyo sampai ketemu entah itu sampai pagi saya gak peduli" tegas ayah mereka hanya mengangguk patuh. Akhirnya ayah di temani om mike dan roy kembali menyusuri ibu kota jakarta yang lagi padat karena ini jam pulang kerja "sinyo cici kalian di mana sih jangan bikin ayah bunda cemas nak" lagi dan lagi hati ayah kembali di buat redup karena salah satu pencahayaan hidup nya tak ada di di samping nya, "kita kemana pak" tanya om mike "dari tadi muter-muter terus lho pak tapi onyo dan cici belum ketemu apa kita lapor ke polisi aja pak supaya mereka cepat di temukan" tak ada sahutan dari ayah "gak usah mike jalan aja saya mau cari anak saya sendiri" om mike pun akhirnya terdiam "onyooo cici lapar" onyo menatap wajah nanar sang adik ia juga sama lapar tapi demi sang adik tak apalah kalau lapar nya ia tahan sebentar "ini ada roti tawar tadi di masuk kan ke sini sama bunda you makan ya" cici mengangguk dan menerima roti itu kini mereka sedang berada di bawah kolong jembatan jakarta selatan "you gak makan nyo" onyo hanya tersenyum ia juga sebenarnya lapar tapi adik nya lebih membutuh kan roti itu daripada diri nya onyo bisa menahan nya "gak usah ci you makan aja ya onyo bisa tahan kok" tapi cici tau kalau sang kakak belum makan apapun sedari tadi siang "nih nyo" menyuapi sang kakak "nyoo cici kangen ayah kangen bunda kangen nia" isakan dari adik nya membuat hati onyo tersayat pilu. Ayah terus menatap setiap jalanan jakarta sembari mencari keberadaan anak-anak nya namun nihil pertanda onyo dan cici belum ada, selesai makan mereka kembali menyusuri jalanan setapak demi setapak mereka lalui tapi mereka belum menemukan jalan pulang "nyoo kita di mana" tanya sang adik onyo pun gak tau mereka sekarang ini di mana karena ia juga baru menginjak ibu kota "hei kalian sini" ada suara dari belakang mereka menoleh ke belakang dan menghampiri preman yang bermuka seram "hei sini tas lo gue belum makan" merampas tas onyo "gak ini punya saya" mencoba lawan namun ia kalah dari preman itu tas mereka di rebut preman itu "nyoo cici takuut" tangis thalia pecah "ai mau pulang" menangis "ya sayang kita pasti pulang sabar ya" mengusap tubuh thalia. Mereka melanjutkan perjalanan nya entah kemana arah mereka sekarang yang terpenting mereka harus menemukan tempat tidur untuk malam ini saja karena malam juga semakin larut onyo melihat jam tangan nya yang ia sembunyikan dari preman itu jam rolex milik nya menunjuk kan pukul setengah 11 malam seharusnya mereka sudah tidur saat ini di kasur mereka yang empuk tapi tidak dengan sekarang mereka harus berjuang untuk mendapatkan tempat nyaman yang bisa mereka gunakan untuk tidur, sementara itu di kediaman onsu bunda menangis ketika pelukan hangat dari sang anak tak dapat lagi ia rasa kan "ciii makan yuk lo belum makan lho" bunda menggeleng aunty wendy mendekati bunda "gue gak ada selera makan lo makan aja ya gue mau ke kamar" aunty wendy memandang bunda yang berlalu di hadapan nya dengan menghela nafas entah berapa kali ia membujuk sang kakak untuk makan tapi tak ada respon apapun dari bunda pikiran bunda kosong. Ia sudah kenyang walau hanya memakan seperempat roti dan air mineral yang terselip di ransel nya dan uang yang tersimpan dalam kantong nya cukup untuk membeli sarapan keesokan hari nya akhirnya mereka menemukan sebuah ruko tutup mereka mulai duduk dan menatap langit biru di atas sana "nyoo ai ngantuk" onyo merangkul adik nya biar kan malam ini ia tidak tidur dulu agar adik nya bisa ia jaga dari padat nya ibu kota, onyo menguap tapi ia masih bisa tahan biar kan ia menjadi seorang kakak yang selalu siaga menjaga sang adik dari bahaya "cici dingin" gumaman sang adik membuat onyo menitihkan air mata nya ia mempererat pelukan nya ke sang adik thalia pun kembali nyenyak "ayah bunda kalian di mana onyo sama cici mau pulang gak mau di sini" onyo kembali menangis dalam diam dan dalam hening nya malam, begitu juga ayah seolah batin nya terikat ia pun menitihkan air mata nya "kalian dimana nak ayah kangen kalian ayah kangen celotehan you ayah kangen manja nya you ayah kangen berantem nya kalian ayah kangen nak beri ayah petunjuk di mana kalian berada" ayah menitihkan air mata nya semakin deras om mike pun sama rasa nya tak sanggup menghadapi ini semua ia juga rapuh ia juga hancur sama seperti bos nya saat bos kecil nya tak ada di sisi nya "tidur yang lelap ya adik nya onyo sweet dreams my princess" onyo mendarat kan kecupan ke kening sangat adik. Dering telepon ayah memecahkan keheningan malam "halo" sahut ayah "gimana yank anak-anak udah ketemu" ayah terdiam rasanya ia tak mampu memberi tau sang istri bahwa sang anak belum ketemu "maaf yank aku belum menemukan mereka" bunda kembali menangis ayah mendengar tangisan bunda ia pun sama ia sedih tapi ia harus tetap tegar di hadapan sang istri ayah mematikan telepon nya "anak-anak bunda kalian di mana sayang pulang yuk bunda udah masakin kalian lho" gumam bunda menatap foto kedua anak-anak nya "maaf bunda udah lengah jaga kalian maaf harus nya bunda gak ninggalin kalian tadi" tangis bunda kembali pecah, uncle melaju kan mobil nya di atas rata-rata ia tahu bahwa sang keponakan hilang ia menuju ke kediaman sang kakak "koh kokoh" teriak uncle yang baru tiba di istana onsu "wend ciwen sama koben mana" tanya uncle "ciwen di kamar sedang ayah lagi berusaha mencari anak-anak itu" uncle mengangguk kepala "uncle boleh minta tolong" uncle menatap aunty wendy "bujukin ciwen makan ya kasihan dari tadi siang belum makan apa-apa kepikiran sama anak-anak" uncle mengangguk dan menaiki tangga menuju kamar bunda dan ayah ia menemukan bunda dengan tatapan kosong dan sebuah pisau yang menempel di pergelangan tanga nya. Ayah masih menatap sekeliling "kita kemana lagi pak" tanya om mike "coba telepon mereka ada perkembangan gak" om mike menelpon anak buah nya yang ia suruh mencari bos kecil nya om mike menatap ayah "belum ketemu pak" ujar nya dengan nada sedih ayah mengehela nafas kasar, uncle merampas pisau di tangan kanan bunda dan melempar nya ke lantai "bunda bund sadar" bunda sadar mendapati sang adik ipar di sebelah nya uncle merangkul bunda menenggelamkan muka bunda di dada nya sekarang saat nya ia mengganti posisi sang kakak untuk menjaga bunda "bund ai tau you sedih ai tau you hancur tapi gak harus dengan ngelakuin ini kita semua pasti akan temuin mereka kok you makan ya anak-anak sedih kalau lihat bunda nya gak mau makan emang bunda mau liat anak-anak sedih liat bunda terbaring sakit" bunda mengangguk lemah akhirnya dengan bujukan uncle bunda mau makan walau hanya sedikit.
Pagi pun tiba sudah hampir 18 jam lama nya ayah menatap jalanan namun ayah tak berhasil menemukan sang anak onyo membuka mata nya perlahan ia masih melihat sang adik tertidur di pelukan nya ia tersenyum lalu mengusap rambut panjang sang adik seperti yang ia janjikan ia menjaga adik nya semalaman tanpa tidur walau hanya sedetik saja ia tak mau adik nya di gigit nyamuk, onyo bingung harus kemana saat ini ia gak tau harus di bawa kemana langkah kaki nya ini "ayah bunda onyo harus kemana onyo gak ngerti wilayah ini" hanya lontaran kata itu yang semalaman ia katakan berharap ada angin yang menjawab pertanyaan nya namun yang ada hanya kicauan burung pagi "cii sayang bangun yuk kita lanjutin perjalanan perjalanan kita masih jauh sayang" cici menguap biasa nya ia tak bangun sepagi ini biasa nya yang bangun sepagi ini hanyalah sang bunda yang berkutat di dapur sedari subuh. "Hoaam iya nyo" onyo dan cici melangkah kan kaki nya kembali menyusuri padat nya kota jakarta yang mulai aktif "nyoo ai lapar ai mau makan" menatap wajah sang kakak "ya udah kita beli sarapan sama minum ya ai hanya ada uang 20.000 di saku you berapa" cici merogoh kantong nya "ai ada 10.000 nyo cukup gak nyo" onyo mengangguk "cukup 1 bungkus nasi dan 1 botol air" tutur nya lembut "you gak makan" tanya sang adik "kan bisa sharing uang nya gak cukup kalau beli 2 bungkus" cici mengangguk, tapi naas kali ini ada dua preman yang mendekati dirinya dan sang adik "bawa sini uang lho" teriak salah satu preman itu "gak saya belum makan saya mau makan" teriak onyo "kalau lo gak mau nyerahin duit itu ke gue adik lho gue ambil dan gue bakal jadiin dia pengemis di jalanan" menarik tangan cici dan mendekap nya "nggak jangan jangan sentuh adik saya" akhirnya dengan terpaksa onyo memberi kan tas nya ke preman itu dan ia pun beralari sekencang-kencang nya dengan tangan yang memegang tangan sang adik. Sementara ayah masih menatap sekitar jalanan berharap menemukan petunjuk keberadaan buah hati nya tapi tak ada tas mereka di lempar begitu saja oleh preman itu ayah melihat sesuatu dia atas pohon di pinggiran kolong jembatan itu "itu kayak tas cici deh mike berhenti" om mike pun memberhentikan mobil nya di tepi jalan "ya pak kenapa" menoleh ke ayah "bentar saya mau turun" akhirnya ayah turun mendekati tas itu dan meraih nya "ya ini kayak nya tas thalia" gumam ayah deringan telpon memecah lamunan ayah "ya yank gimana udah ada perkembangan" ayah menatap tas itu lekat "yank tas thalia itu gambar nya frozen kan" tanya ayah "ya yank aku kemarin mengambil tas itu buat dia karena dia sendiri yang request kenapa" tanya bunda "aku nemuin tas ini tergantung di atas pohon do'ain ya supaya pencarian membuahkan hasil yang baik" bunda menitihkan air mata nya kembali "ya yank" menghapus nya, onyo dan cici meninggalkan tas mereka yang mungkin sudah di buang oleh preman itu "nyoo cici capek" nafas adik nya terengah-engah ia menggendong sang adik dan berlari menghindari untuk preman-preman itu "berhenti dulu ya ci onyo capek" menurunkan thalia "nyoo cici lapar" keluhan sang adik membuat hati nya ngilu "ya udah kita beli sarapan dulu ya kebetulan di sini ada uang cuma 10.000 cuma dapat 1 bungkus" menatap wajah cici "terus onyo" onyo tersenyum "gak papa sayang onyo gak lapar onyo udah kenyang yang penting sekarang you makan ya" cici mengangguk akhirnya onyo membeli satu bungkus nasi dan satu botol air mineral habis sudah uang yang di beri ayah bunda nya kemarin tapi tak apa asal sang adik kenyang. Selesai makan onyo dan cici kembali melanjut kan perjalanan menyusuri jalanan "kita di mana ayah bunda beri kokoh petunjuk kemana kaki onyo harus melangkah" batin nya menggandeng tangan sang adik "nyo you serius you sudah makan kan muka you pucat lho nyo" khawatir cici "onyo udah makan sayang kemarin ada sisa biskuit di tas jadi ai makan", bohong sekali lagi ia ber bohong demi sang adik thalia tersenyum dan kembali melanjutkan langkah kaki nya "onyo" cici menatap wajah sang adik yang sedih "kenapa" onyo jongkok mensejajarkan diri nya "ai kangen ayah ai kangen bunda" gurat kesedihan terpancar di wajah thalia "onyo juga kangen mereka mereka pasti lagi cariin kita kita harus terus berjalan ci untuk mencari ayah" jawaban sang kakak di jawab anggukan oleh sang adik. Matahari menyengat tubuh nya perut nya keroncongan sedari tadi karena ia belum makan apapun dari semalam tapi demi sang adik tak apa ia bisa menahan nya thalia menyandarkan tubuh nya di dada sang kakak mencari kenyamanan di sana "ayah bunda onyo harus kemana" kata-kata itu seakan tak bosan ia ucapkan hanya berharap ada seseorang yang membawa nya ke ayah bunda nya namun tak ada yang peduli mereka seolah-olah tak kasihan pada ke dua anak ini, jujur saja tubuh nya kini sudah tak mampu lagi ia pijak kepalanya juga agak pusing apalagi sekarang perut nya terasa terlilit karena ia belum memakan apapun dari semalam "onyo kenapa pusing" onyo mengangguk "you turun dulu ya duduk sini onyo mau menetralkan tubuh onyo dulu buat gendong you lagi" akhirnya thalia turun dari gendongan sang kakak thalia menggenggam tangan sang kakak seolah tau kalau sang kakak sedang tak baik-baik saja. "Onyoo cicii" teriak seseorang dari arah seberang jalan onyo mengenali suara itu suara yang ia hapal detik berikut nya siluet seorang lelaki menghampiri diri nya dan sang adik bersamaan dengan tubuh nya yang mulai terhuyung di jalanan "ayah" onyo lega setidak nya ketika semesta merampas kesadaran ada dekapan yang hangat menyambut tubuh nya setidaknya adik nya baik-baik saja saat ini, "gimana keadaan anak saya dok" tanya ayah setelah menemukan mereka ayah menelpon bunda untuk menyusul nya ke rumah sakit yang ia tuju "kondisi betrand sangat lemah pak ia banyak kehilangan cairan di tubuh nya untuk itu saya sudah menyuntikkan beberapa cairan untuk memulihkan tubuh nya" ayah menatap onyo yang terbaring lemah "terimakasih dok" dokter itu pergi ayah mendekati wajah sang anak lalu mengecup nya "cepat sembuh my lion ayah kangen" hanya kalimat itu yang saat ini ia ucap "cepat sembuh anak bunda" jemari halus bunda mengusap tangan onyo yang terbalut infus. Thalia pun masuk dengan di gendong uncle "ayah bunda" thalia menghampiri ayah dan di pangku oleh ayah "onyo belum bangun yah" tanya nya "onyo capek sayang biarin onyo istirahat ya cici gimana ada yang capek atau sakit" thalia menggeleng "gak yah onyo semalaman gak tidur dia juga gendong cici jadi cici gak capek", bunda mengangguk "terus kalian udah makan" tanya bunda "cici makan biskuit bunda semalam terus tadi pagi di beliin onyo nasi" ayah mengangguk "terus onyo juga makan" tanya uncle jordi yang sedari tadi mendengar kan thalia menggeleng "onyo dari semalam gak makan apapun yah kata nya onyo udah kenyang jadi onyo gak makan dari kemarin sampai pagi tadi" jawaban dari thalia membuat mata bunda berkaca-kaca "berarti terakhir dia makan kemarin siang yank" ayah mengangguk matanya merembes. Rasanya kata bangga saja tidak cukup untuk onyo dia rela tidak makan semalaman asal perut sang adik tak kosong bunda menangis memeluk tubuh sang putra dan bunda tidak bisa menjabarkan kebaikan sang anak karena mungkin saja kalau onyo egois mungkin thalia yang akan terbaring di kasur itu, "bu-bunda" bunda semakin mempererat pelukan nya "bunda sesak" bunda melepas kan "onyo gak papa kan maaf sayang udah bikin you sesak" panik bunda "gak papa bunda onyo hanya menggoda bunda saja" tawa nya "aaaa onyo mah tetot" kesal bunda "nyoo ayah" onyo menatap wajah sang ayah "gak papa yah yang penting thalia baik-baik saja" jawaban onyo membuat ayah tersenyum bagi onyo yang terpenting adalah sang adik ia tak merasa rugi ketika melakukan itu semua demi sang adik. "Ayah bangga sama onyo" ucap ayah menurunkan thalia dan memeluk putra pertamanya "kami semua bangga sama you nyo" uncle pun ikut-ikutan memeluknya onyo tersenyum bahagia akhirnya ia bisa berlima dan berkumpul lagi bersama sang keluarga.
Mau lanjut vote & coment ya sad gak sih coment " Yang banyak okeh.

Lebih Dari TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang