kamu siapa??

115 13 4
                                    

3 hari pun berlalu bunda onyo dan uncle masih setia di tempat yang sama menunggu sang ayah yang belum sadar entah sampai kapan mereka pun tak tau "nyoo makan dulu yuk sayang kasihan lambung you dari tadi pagi gak ada asupan yang masuk" bujuk bunda ke onyo yang tak mau makan sejak pagi tadi, "ai gak lapar bund ai mau di suapin ayah aja nanti" tutur nya menatap sang ayah yang tubuh nya penuh dengan selang infus "ayah ayah kapan bangun onyo kangen sama ayah" tak terasa air mata nya mengalir semakin deras mengalir. Tak lama tangan ayah pun mulai bergerak "engh" suara itu menarik atensi mereka semua perlahan tapi pasti ayah membuka mata nya "gue ada di mana ini akh" kepala ayah sangat sakit akibat benturan keras itu "kokoh" teriak uncle senang melihat sang kakak bangun setelah 3 hari ini di nyatakan koma oleh dokter ayah menatap wajah satu persatu namun mata nya menangkap sosok yang menurut nya asing di mata nya "yank" merasa nama nya di panggil bunda pun menoleh "apa sayang" lembut bunda "dek yank dia siapa kenapa dia menatap saya seperti itu dan kenapa dia ada di sini" tanya ayah ke uncle dan bunda mereka saling tatap menatap "yank jangan bercanda deh ah" elak bunda "ya kokoh nih bangun-bangun bercanda mulu gak lucu tau koh" senyum uncle "seriusan dia siapa aku gak tau" tanya ayah bingung, "dok dok dokter" uncle memanggil dokter tak berselang lama dokter pun datang menggunakan stetoskop nya memeriksa ayah "pak hal yang paling saya takutkan terjadi bapak ruben mengalami amnesia sementara karena benturan keras itu tapi meski bersifat sementara kita harus berusaha mengingat kan nya dan mengumpulkan sedikit demi sedikit memori nya yang hilang supaya amnesia ini tidak menjadi permanen" ayah semakin bingung mendengar penjelasan dari dokter setelah menjelaskan kondisi ayah dokter itu akhirnya meninggalkan mereka berempat. Onyo yang tak mengerti apa yang di jelaskan dokter berusaha mendekati ayah dan berniat memeluk nya namun hal yang tak terduga terjadi ayah malah menjauh dari onyo "jangan dekati saya siapa kamu kenapa kamu di sini saya tidak kenal sama kamu" mendorong onyo hingga onyo pun terjatuh ke lantai "pergi pergi" teriak ayah ketakutan bunda merangkul ayah sementara itu uncle mengajak sang ponakan untuk keluar air mata onyo mengalir deras, "onyo" teriak uncle onyo berlari ke arah luar ruangan menghempas pelukan sang uncle rasa nya hati nya sudah terlalu sakit mendengar penolakan seseorang yang selama ini memberikan ia kenyamanan dan perlindungan sekarang menolak nya secara kasar uncle berusaha mencari onyo yang ternyata onyo berlari ke taman menangis dalam diam adalah hal terbaik yang saat ini bisa ia lakukan "nyoo" tepukan di pundak mengagetkan nya ternyata itu uncle yang mengejar nya. Sementara itu bunda menangkan ayah setelah ayah tenang ia kembali bertanya "yank kamu gak ingat sama dia kamu bener-bener lupa sama anak kamu" ayah mengkerut kan kening nya "anak anak kita kan cuma 2 satu thalia dan yang satu perut kamu gimana sih kamu" bunda menghela nafas kasar mendengar jawaban dari suami bunda pun mengeluarkan handphone nya yang ada foto mereka berlima "ini anak kita anak kita 3 satu laki-laki dan dua lagi perempuan" ayah semakin bingung mendengar penjelasan dari bunda "ini anak yang tadi kan" bunda mengangguk pelan "ya yank" jawab bunda "aku beneran gak ingat apapun yank di ingatan ku thalia itu masih umur 4 tahunan" bunda mengkerut kan kening nya "berarti memori nya stuck di tahun 2019 awal dong sebelum thania dan onyo datang" batin bunda "seriusan yank aku gak ingat apapun" bunda mengangguk "gak papa sayang kalau emang kamu gak ingat sama dia kita kumpulin memori kamu pelan-pelan ya gak usah di paksa" tutur bunda lembut, sementara itu uncle menenggelamkan muka onyo ke dada nya "onyo yang sabar ya nak kita pulihkan memori ayah pelan-pelan ya onyo harus kuat ya sayang gak boleh sad oke ayah pasti ingat semua nya kok tapi butuh proses nyo" onyo mengangguk pelan mengiyakan ucapan uncle walau hati nya sakit "ya udah yuk balik bunda nungguin you udah dong jagoan nya uncle gak boleh nangis ya" menghapus air mata onyo onyo pun beranjak pergi dari taman dan menuju ke kamar ayah nya "uncle gimana kalau ayah gak ingat onyo selama nya" tanya onyo di Koridor rumah sakit "you gak boleh pesimis nyo you harus optimis ya ayah pasti bakalan sembuh kok dan ingat semua nya" tak terasa mereka sudah sampai di ruangan ayah mereka pun masuk ayah tengah tertidur pulas di sofa sudah ada bunda yang bermain ponsel onyo menyenderkan bahu nya ke bunda "kenapa sayang hmmm" tanya bunda lembut "ayah gak ingat sama onyo bund ayah ngelupain ai terus sekarang gimana bund ai gak bisa kalau ai gak di manjain sama ayah" bunda mengelus pipi onyo "onyo kita sama-sama terpukul bukan cuma you aja tapi ai juga tapi kita gak boleh menyerah ya kita harus sama-sama berjuang ya nyo untuk dapetin memori ayah yang hilang you mau kan sayang bantu bunda untuk mengumpulkan memori ayah yang hilang" bunda mengelus tangan onyo onyo mengangguk cepat. Ayah membuka mata nya melihat onyo menyenderkan bahu nya ke bunda "kenapa kamu masih ada di sini yank kamu kok mau sih di peluk dia" ujar ayah tak suka "ini anak kita yank" ujar bunda ayah menatap nya tak suka onyo mulai menangis kembali "ayah ini onyo anak ayah king nya ayah" ayah semakin bingung "anak king apa sih yang anda omongin saya gak ngerti maksud anda mending sekarang anda pergi" usir ayah ke onyo dengan berat hati onyo pun pergi dengan hati yang hancur bunda tak bisa melakukan apapun selain diam "koh dia anak you you kok tega sih ngusir dia kan you dari dulu pengen punya anak laki-laki" uncle mulai kesal dengan sikap ayah "ya emang dulu gue pengen anak laki-laki tapi gak sekarang jor bini gue lagi hamil mungkin aja anak nya laki-laki" tutur ayah "tau ah koh" uncle pergi dari ruangan meninggal kan ayah dan bunda berdua, 2 hari berlalu kini ayah sudah diperbolehkan untuk pulang tapi dengan satu syarat ayah gak boleh mikir yang berat-berat dulu dan jangan paksa ayah untuk mengingat semua nya penjelasan dari dokter membuat bunda menitihkan air mata nya "yuk turun kita udah sampai" menggandeng tangan ayah ayah nampak asing dengan rumah ini "ini rumah siapa yank?" tanya ayah "rumah kita berdua sayang masuk yuk" ajak bunda "aaayaah bundaaaa" teriak thalia dan thania ayah hanya menggendong thalia tapi tidak dengan  thania "ayah nia kangen sama ayah ai mau di gendong sama ayah" bunda menggendong thania "koko onyo mana" alih bunda. "Koko di kamar bund dari semalam murung terus gak tau kenapa" jawab thalia cepat "ai mau di gendong ayah" rengek thania namun alih-alih merespon ayah malah melenggang pergi bersama thalia meninggalkan mereka dan benar saja dalam hitungan detik thania menangis sejadi-jadinya ayah nampak nya kesal dengan suara tangisan itu "bisa diam gak saya capek mau istirahat" bentak ayah ke thania onyo yang mendengar itu langsung turun ke bawah dan mendapati sang adik yang sedang menangis sejadi-jadinya onyo mengambil thania dan memenangkan sang adik, "kenapa anak ini masih di sini sih yank" bunda menyuruh thania dan onyo untuk masuk ke dalam kamar nya thalia yang berada di gendongan ayah pun turun menyusul sang kakak dan adik nya "yank kamu apa-apaan sih kenapa mesti bentak mereka mereka masih anak-anak yank kalau emang kamu gak mau gendong thania ya udah gak usah pakai bentak mereka segala" bunda meninggal kan ayah sendiri dan menyusul anak-anak yang ternyata berada di kamar onyo mereka bertiga menangis bersama bunda pun masuk dan memeluk mereka "maafin ayah yah nyo ci nia maafin sikap ayah tadi ya bunda akan usahain supaya ayah mengingat kalian semua nya udah dong kalian jangan nangis ya" mata bunda berkaca-kaca. Sementara di bawah ayah mendengus kesal melihat sikap bunda yang lebih membela orang asing di banding diri nya ayah mulai berjalan menyusuri rumah yang menurut nya asing "foto foto apa ini" ayah mengambil foto yang berisi ayah, bunda onyo, thalia dan thania yang sedang mengantar onyo turnamen kuda tiba-tiba kepala nya terasa sangat sakit "akh kenapa kepala gue sakit sih" gumam ayah "ayah ayah kenapa" tanya onyo yang melihat ayah kesakitan, uncle menuju rumah ayah untuk memastikan bahwa sang kakak baik-baik saja sesampainya di rumah ayah uncle mencari bunda yang ternyata sedang menidurkan thania "kenapa bund" bunda memandang uncle dengan mata yang berkaca-kaca bunda memeluk uncle Jordi dengan mata yang berlinang air "ayah tadi bentak thania unclee ai kasihan liat mereka semua ayah ngelupain semua nya" uncle menepuk punggung bunda dan berusaha menenangkan nya "sabar ya bund kita sama-sama kumpulin memori ayah yah" bunda mengangguk meski hati nya sakit. Sementara itu ayah merasa kan kepala nya sakit putaran-putaran memori  membuat kepala nya sakit  "akh" memegang kepala nya "ayah ayah kenapa bunda bunda" teriak nya "kakak sini main yuk sama cici kakak panggil saya ayah yah sekarang nama kakak sekarang betrand peto putra onsu onyo jangan telat makan ya you kan lion nya ayah putra mahkota nya ayah jangan sakit ntar ai sad lho" meskipun hanya hitam putih kepala ayah semakin sakit bunda yang datang bersama uncle menuntun ayah ke kamar nya "yank tenang ya tenangkan pikiran kamu jangan di paksa ingat ya kalau itu membuat kamu sakit" mengelus ayah, ayah pun tertidur pulas namun tak membuat onyo meninggal kan ayah sejengkal pun ia tetap setia menemani sang ayah dalam tidur nya ia bermimpi yang membuat nya gelisah "nia you gak boleh tetot ya nia ai beliin burung tau di villa sharing oke sama cici onyo oke besok belajar apa sayang ada yang susah gak kalau ada yang susah tanya ayah aja ayah ngerti kok ya walau bahasa inggris ayah lemah hehehe" ayah bergerak gelisah tak karuan "arghh" ayah pun terbangun dari mimpi yang menurut nya sangat buruk sekali dan menemukan sang anak tengah menatap nya heran "kenapa onyo menatap ayah seperti itu emang ayah ganteng ya" ucap ayah narsis "kenapa anda melihat saya seperti itu" onyo menghela nafas ia pikir itu beneran ternyata cuma halusinasi nya saja mungkin kerinduan ke sang ayah membuat nya berhalusinasi. Bunda masuk membawa teh hangat untuk ayah minum "sayang you ke kamar dulu ya bobok siang ya sama dedek nya" onyo mengangguk dan pergi meninggalkan bunda dan ayah nya "yank kamu kenapa" tanya bunda "tadi aku mimpi mimpi hitam putih terus ada percakapan kayak anak dan ayah nya tapi aku gak tau itu siapa aku berusaha mengingat nya tapi kepalaku semakin sakit" bunda tersenyum "udah gak papa itu memori kamu yang kamu berusaha ingat gak usah di paksain yah nanti kepala kamu makin sakit" ayah hanya mengangguk, malam tiba ayah sudah tertidur namun mimpi itu terulang kembali mimpi yang sama membuat ayah terbangun "apa sih yang sebenarnya terjadi pada gue gue pusing" batin ayah ayah pun membuka handphone bunda yang tertinggal di sana "foto-foto ini kenapa semua nya ada muka gue apa jangan-jangan  yang di katakan mereka itu benar kalau anak-anak ini anak gue semua tapi kenapa gue gak ingat semua nya sih akh" kepala ayah semakin sakit setelah melihat foto-foto itu. Ayah kembali pingsan di saat pingsan ia bermimpi aneh lagi "ayah ai kangen you ayah ai mau di suapin you ai sayang you ayah love you ayah onyo mau mainan itu ayah nia mau juga beli mainan bird nya ayah ai sama onyo mau ikut ayah kerjaa ayah ayah nia mau sekolah sama cici onyo anterin ya onyo janji ya sama ayah kalau you tetap jadi anak ai yang terbaik walaupun nanti you gak jadi seorang selebriti you akan tetap jadi anak ayah bunda tapi kalau sekolah gak boleh nego sama ayah bunda onyo harus jadi sarjana seperti bunda ayah dan uncle" ayah kembali terbangun namun mimpi nya kali ini benar-benar jelas warna hitam putih tadi kini menjadi berwarna-warni, ayah pun turun mencari anak-anak nya "kemana mereka" batin ayah ternyata mereka semua tengah berkumpul di ruang keluarga bercanda tawa bersama uncle bunda aunty wendy dan uncle joe "maafin ayah nak maafin ayah ayah udah ngelupain kalian semua nya" ayah mendekat ke mereka onyo yang sadar langsung menjauh takut ayah membentak nya kembali begitu juga thania dan thalia yang langsung bersembunyi di balik bunda "kenapa kalian menjauh" tanya ayah mereka gemetar "ai takut kalau you bakal marah lagi" jawab onyo "ayah udah ingat semua nya maafin ya sayang maafin ayah ayah" belum selesai bicara mereka bertiga berhamburan memeluk ayah nya dengan menangis. "Ayaaahh ai kangen you" ayah pun menangis dalam diam rasanya hati nya sakit membayangkan apa yang sudah ia lakukan ke anak-anak nya saat ia tak mengingat semua nya, bunda pun sama ia menangis dan memeluk ayah bersama anak-anak nya "makasih yah udah mau nginget semuanya" isak bunda ke dalam pelukan ayah. Pagi pun tiba ayah sedang memasak untuk ketiga buah hati nya "masak apa sayang" tanya bunda menghampiri ayah "masak ada deh" tawa ayah meledak melihat bunda yang kesal mendengar jawaban sang suami setengah jam berlalu selesai sudah ayah masak dan di sajikan di meja makan "di makan ya di habisin ntar ayah nya sad lho kalau kalian gak habisin" uncle tersenyum "thank you ayaah" jawab mereka serempak, mereka semua tersenyum dan mulai memakan masakan ayah "waw enak lho yank aku gak tau kalau kamu bisa masak" ejek bunda ke ayah sementara yang di ejek hanya meringis.
Mau lanjut vote n coment ya guys
Bay bay.

Lebih Dari TemanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang