Extra Chapter (epilog)

29 6 9
                                    

CERITA DENGAN GENRE THRILLER, MISTERI, DAN DARK ROMANCE.

PERINGATAN: BANYAK SEKALI ADEGAN KEKERASAN, UMPATAN KASAR, ADEGAN BERDARAH, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN UNTUK PEMBACA BISA BERTINDAK BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI. PEMBACA DIHARAPKAN BERUMUR 17 TAHUN KE ATAS DEMI KENYAMANAN MASING-MASING.

CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA, SAMA SEKALI TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN APA PUN.

SERI KEDUA DARI BOOK MAYARA.

SERI KEDUA DARI BOOK MAYARA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

||• EPILOG •||
.

.

.

Minggu, 22 Agustus 2004. Pukul 09.11 pagi.

Zayyan membuka matanya. Seorang polisi yang sedang bertugas tampak mengetuk pintu sel. Menatap dengan sorot mata datar. Memberikan isyarat kepada Zayyan untuk bangkit dari posisi tidur. Dia membawa borgol dan kunci pada salah satu genggaman tangannya.

"Tahanan atas nama Zayyan. Kau mendapatkan jengukan dari seseorang," ucap polisi itu. Membuka kuncian dari pintu sel, melangkah menghampiri Zayyan dan bergegas mengikat pergelangan tangan menggunakan borgol tersebut.

Sejenak, Zayyan tampak mengernyit. Menunjukkan ekspresi keheranan, walau pada akhirnya dia tidak bertanya dan menurut saja. Polisi itu menggiring Zayyan untuk keluar dari dalam sel, sesekali mendorong akibat tak sabaran. Mereka menuju pada ruangan khusus yang senantiasa digunakan untuk mengunjungi tahanan.

Ketika Zayyan memasuki kawasan ruangan tersebut, seseorang yang saat ini tengah menunggu kedatangannya pun menoleh. Refleks menampilkan senyuman lebar seakan bahagia.

"Kalian hanya memiliki waktu lima belas menit untuk saling mengobrol." Setelah mengatakannya, polisi itu bergegas pergi. Menutup dan mengunci pintu rapat-rapat.

Tidak ada celah bagi mereka untuk kabur dari ruangan tersebut. Ukuran dari ruangan kunjungan untuk tahanan juga sempit. Toh, Zayyan juga tak memiliki niatan untuk kabur sih. Dia cukup menikmati kehidupan barunya di penjara.

Zayyan menghunuskan tatapan datar kepada lawan bicaranya, perlahan menghela napas singkat. "Ada apa, Rei?"

"Dari banyaknya pertanyaan, hanya itu yang kamu tanyakan kepadaku? Tentu saja aku mencemaskan keadaanmu di sini." Reinan tampak mendengkus kesal, senyuman yang terpatri di sekitar wajahnya mulai padam.

Setelah mendapatkan pengumuman tentang hukuman yang diterima oleh Zayyan, Reinan jadi lebih sering datang untuk menjenguk. Membuang waktu lima belas menit yang berharga hanya untuk memastikan bahwa Zayyan baik-baik saja.

Sebenarnya Zayyan sangat bersyukur dengan itu. Kepedulian Reinan terhadap Zayyan benar-benar membuat dirinya merasa dihargai. Karena sejauh ini, Reinan merupakan satu-satunya manusia yang mengetahui lebih banyak tentang Zayyan jika dibandingkan dengan manusia lain.

Malam yang Mengintai [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang