|| ORIGINAL STORY ||
=| BOOK KE-2 |=
°°Antara hitam dan putih°°
Mahardika Zayyan, dia memiliki sorot mata tajam yang mengerikan. Tubuh yang tidak besar, tapi terlihat sangat kuat. Dikaruniai sepasang iris mata yang hitam legam warnanya. Dia juga mem...
CERITA DENGAN GENRE THRILLER, MISTERI, DAN DARK ROMANCE.
PERINGATAN: BANYAK SEKALI ADEGAN KEKERASAN, UMPATAN KASAR, ADEGAN BERDARAH, DAN LAIN SEBAGAINYA. DIHARAPKAN UNTUK PEMBACA BISA BERTINDAK BIJAK DALAM MENERIMA INFORMASI. PEMBACA DIHARAPKAN BERUMUR 17 TAHUN KE ATAS DEMI KENYAMANAN MASING-MASING.
CERITA INI HANYALAH FIKSI BELAKA, SAMA SEKALI TIDAK BERHUBUNGAN DENGAN APA PUN. SERI KEDUA DARI BOOK MAYARA.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
||• EPISODE 15 •|| .
.
.
"180."
Pria dengan setelan jas berwarna putih itu menjawab. Di antara ruang kerjanya, dia menghisap puntung rokok yang terbakar. Asap itu tampak mengudara di sekitar mereka.
"Apa? Se-serius?" Membulatkan kedua mata lebar-lebar, lawan bicaranya itu menampilkan respon terkejut.
Saat ini, mereka berdua sedang duduk saling berhadapan. Membicarakan sesuatu hal yang penting. Tentang rencana yang akan mereka lakukan di masa depan.
Pria berjas putih itu mengangguk membenarkan. "Hebat, bukan? Laki-laki brengsek itu akhirnya berhasil menciptakan seorang monster dari darah dagingnya sendiri. Aku juga nggak menyangka kalau dia bisa bertahan hidup dengan sehat."
"Yang benar saja. Dibandingkan dengan kata hebat, menurutku itu lebih condong mendekati kata mengerikan. Dengan kecerdasan di level itu, dia akan menjadi sangat berbahaya. Mungkin sekarang dia bisa berpihak pada kita, tapi seterusnya bagaimana? Kita tidak bisa membiarkan dia begitu saja. Itu terlalu berisiko," ucapnya menjelaskan.
Tentu saja dia merasa khawatir. Manusia seperti itu tidak bisa dilepas tanpa pengawasan. Jika suatu saat anak itu mulai memberontak, hal tersebut bisa saja menjadi boomerang bagi organisasi mereka. Tidak akan ada dari mereka yang bisa menghentikannya. Karena anak itu memiliki kecerdasan yang bahkan lebih tinggi dari siapa pun.
Iq 180? Yang benar saja. Itu menakutkan sekali.
Sebuah suara tawa terdengar di antara mereka. Mengangguk. Yang dikatakan lawan bicaranya juga tidak salah. Maka dari itulah, dia menyimpan rencana cadangan.
"Ya, kamu benar. Manusia seperti itu memang mengerikan. Tidak akan ada dari kita yang bisa menebak arah pemikirannya, tapi mau bagaimanapun dia hanyalah anak kecil yang terluka. Mau secerdas apa pun dia, jika sudah memiliki trauma dan ketakutan, itu tidak akan berguna."
Sang lawan bicara refleks mengernyit bingung. Mengangkat salah satu alis, menatap tak mengerti. Walau dia tak ingin memotong pembicaraan dan tetap menunggu pria berjas putih itu untuk kembali menjelaskan.