28

537 87 28
                                    

🐸


.
.

Angin mendorong awan mendung ke sudut lain, sedikit cahaya terang dari sang matahari terlihat setelahnya.

Awalnya cuaca di sana terasa dingin, tapi setelahnya menghangat saat cerah datang.

Hari itu masih sama dengan kemarin, pria tampan yg saat ini sedang dalam proses perceraian duduk merenung sambil memandang tersingkirnya kabut gelap di atas langit.

Dia masih setia berada di sana, menunggui pria yg berstatus mantan kekasihnya untuk bangun.

Dokter bilang, perkembangan xiao zhan sudah cukup baik, irama jantungnya lebih baik dari hari kemarin, semua pemeriksaan rutin yg di lakukan menunjukkan angka stabil yg bagus.

Dia bertanya dalam hati, akankah pria cantik itu akan sadar hari ini?

Pertanyaan dan harapan itu terus berulang, dan tidak bosan dia katakan di dalam hati.

Sebenarnya, dia tahu pria cantik itu suatu saat akan bangun, tapi sedikit rasa tak sabar untuk melihat mata lentik itu kembali terbuka terlalu mendesak pikirannya untuk melihat.

Apakah nanti mata itu akan sama dengan hari kemarin saat mereka menatap ku? Atau masih akan ada kebencian yg tersirat pada kedua bola mata itu?

Wang yibo memijat kepalanya pelan, "mungkin aku terlalu overthinking" Ujarnya lelah.

Karena tidak akan habis segala praduga yg akan terjawab di hatinya jika dia tidak menyaksikannya sendiri.

Berjalan pelan, wang yibo menghampiri xiao zhan di sana, dia tersenyum dan sedikit mencubit pelan pipi xiao zhan yg putih pucat.

"Hei, ayo bangun. Bukankah kau suka puding gula di toko meire' kemarin aku lewat dan toko itu telah kembali di buka setelah melakukan renovasi selama satu bulan. Aku tau apa favorit mu, jadi ayo bangun dan makan dessert di sana sebanyak mungkin" yibo mencoba membangun suasana yg ceria agar xiao zhan bersemangat.

Meski masih tak ada jawaban, tapi yibo tak putus harapan, dia akan terus mengulang cerita tentang hal-hal baru yg dia temukan, bahkan sedikit keluhannya tentang pekerjaan yg dia lakukan akhir-akhir ini.

Berharap ada jiwa semangat xiao zhan yg terbangun dan pria cantik itu bisa segara tersadar.

.
. .

Hujan badai itu akhirnya berhenti.

Tubuh gemetar yg kedinginan di bawah badai itu akhirnya menghela nafas lega.

Dia memeluk tubuhnya sendiri agar terasa hangat, melakukannya untuk memeluk tubuhnya yg bergetar untuk menahan air hujan dingin.

Akhirnya volume air menyusut, tidak ada lagi langit yg menghakimi tubuhnya.

Perlahan kakinya kembali melangkah, dia benar-benar telah bosan.

Entah berapa lama dia berjalan dalam diam, sesekali dia berlari saat melihat siluet orang yg sama tapi kemudian menghilang.

Terkadang dia mendengar suara merdu memanggil namanya, kadang namanya juga di panggil dengan nada sakit yg bergetar.

Sungguh, hatinya begitu tersentuh.

Mungkinkah pemilik suara itu adalah orang yg sama dengan yg dia rindukan selama ini?

Jika iya,,

Maka bolehkan dia mendengarnya terus menerus untuk memenuhi kekosongan hatinya yg sendirian?

Serakah kah dia jika ingin mendengarnya setiap hari?

Another SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang