19 Eternal Ambition

47 6 1
                                    

Angin berhembus kencang, membawa aroma besi dan darah yang menusuk hidung. Langit yang biasanya biru cerah kini tertutup awan gelap, seolah-olah ikut berduka atas pertumpahan darah yang terjadi di bawahnya. Dua kelompok besar yang telah berseteru selama berabad-abad kini berhadapan dalam konfrontasi yang menentukan nasib dunia yokai. Di satu sisi, kelompok Nurarihyon yang penuh dengan pasukan oni dan mononoke itu seakan tidak berkurang meski sudah banyak yang mati terbunuh. Di sisi lain, kelompok pemburu yokai yang terus-menerus menyerang tanpa henti mulai terlihat ragu dengan hasil pertarungan.


Suara dentingan pedang, raungan oni, dan teriakan para pejuang memenuhi udara. Tanah bergetar setiap kali serangan dahsyat dilancarkan, pohon-pohon tumbang, dan bebatuan hancur berkeping-keping. Kekuatan kedua kelompok begitu setara, membuat pertempuran berlangsung sengit dan tak kunjung menemui titik akhir.



Di tengah kekacauan itu, Eve mengawasi sekeliling dengan waspada. Sebagai salah satu anggota kelompok pemburu yokai yang memiliki kemampuan penyembuhan, Eve menjadi garis pertahanan terakhir bagi rekan-rekannya yang terluka.



"Sou!" panggil Eve. "Jaga bagian depan! Pastikan tidak ada yokai jahat yang menembus pertahanan kita!"



Kasamochi itu mengangguk patuh, membuka tubuh payungnya lebar-lebar untuk melindungi Eve dan beberapa manusia yang terluka di belakangnya. Sementara itu, Eve mulai menggunakan kekuatan penyembuhannya, cahaya lembut berwarna keemasan memancar dari tangannya saat ia menyentuh luka-luka rekannya.



Namun, situasi semakin memburuk setiap detiknya. Eve melihat dengan ngeri bagaimana satu per satu manusia jatuh, tidak hanya karena serangan fisik, tapi juga karena kutukan yang dilancarkan oleh oni dan mononoke dari kelompok Nurarihyon. Kutukan-kutukan itu meresap ke dalam tubuh para korban, menggerogoti mereka dari dalam dan mengubah mereka menjadi yokai yang kehilangan akal sehat.



"Bertahanlah!" Teriak Eve, suaranya hampir tenggelam di tengah hiruk pikuk pertempuran. Ia berusaha keras menyembuhkan sebanyak mungkin rekannya, tapi kekuatannya mulai terkuras. Keringat membasahi dahinya, dan napasnya mulai tersengal-sengal.



Di tengah kekacauan itu, pikiran Eve melayang pada muridnya, Mafu. Anak itu seharusnya berada di lokasi pertempuran lain, dan Eve tidak bisa menahan rasa khawatir yang menyelimuti hatinya. Apakah Mafu baik-baik saja? Apakah ia terjebak di antara dua kelompok yang bertarung? Eve menggelengkan kepalanya, berusaha mengusir pikiran-pikiran negatif itu dan kembali fokus pada tugasnya saat ini.



Sementara itu, di tempat lain yang tidak jauh dari lokasi Eve berada, dua Naga mitos itu masih berhadapan dengan tatapan penuh kebencian.



Sakata terengah-engah dengan tubuh yang babak belur. Sisik-sisik merahnya yang biasanya berkilau kini redup dan hancur di beberapa bagian. Darah merah pekat mengalir dari luka-luka di sekujur tubuhnya, menetes ke bawah dan menguap sebelum mencapai tanah. Matanya yang berwarna emas berkilat penuh tekad, meski kelelahan jelas terpancar dari raut wajahnya yang keras. Di hadapannya, Soraru berdiri dengan postur yang lebih tegap. Meski tidak separah Sakata, tubuhnya juga dipenuhi luka bakar yang membuat gerakan-gerakannya menjadi kaku dan terbatas. Sisik-sisik birunya yang biasanya berkilau lembut kini hangus di beberapa bagian, meninggalkan bekas hitam yang kontras dengan warna aslinya.



Sakata mengumpulkan sisa-sisa kekuatannya, membuat tubuhnya diselimuti oleh aura merah keemasan yang berkobar-kobar. Ia mengepalkan tangannya erat-erat, membuat api semakin berkobar di sekitar tubuhnya.


Matanya biru laut Soraru memicing, menatap tajam pada lawannya. Ia tahu bahwa serangan Sakata semakin intens. Akan tetapi mereka berdua sudah terlalu lelah untuk melanjutkan pertarungan ini lebih lama lagi. Dengan gerakan yang anggun namun penuh kewaspadaan, Soraru mengangkat kedua tangannya. Aura biru keperakan mulai menyelimuti tubuhnya, berputar-putar seperti pusaran air yang ganas. Ia memfokuskan seluruh kekuatannya ke satu titik di antara kedua telapak tangannya.

Kioku no Sora  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang