Setelah semua laporan dan rencana disampaikan, Soraru meminta mereka semua untuk kembali ke posisi masing-masing. Satu per satu, para yokai itu meninggalkan kamar, meninggalkan Soraru dan Mafu yang kembai dalam keheningan yang nyaman.
Soraru kembali menyuapi Mafu, kali ini dengan secangkir teh herbal yang diracik khusus yang setidaknya dapat memulihkan kekuatan spiritualnya meski sedikit.
"Bagaimana perasaanmu sekarang,?" tanya Soraru lembut.
Mafu menyesap teh pada sendok perlahan sebelum menjawab. "Sedikit lebih baik."
Ada hening cukup lama menyelimuti keduanya sebelum kemudian Mafu memecah keheningan, suaranya pelan namun penuh keraguan. "Bagaimana... kondisiku sekarang?"
Sang naga mengangkat kepalanya, menatap Mafu dengan mata biru safirnya yang dalam. Ada jeda sejenak sebelum ia menjawab dengan suara berat namun lembut, "Belum ada peningkatan signifikan, Tuan."
Mafu terdiam cukup lama mendengar jawaban itu. Angin sepoi-sepoi membelai rambutnya, membawa aroma air danau dan dedaunan. Pikirannya melayang jauh, kembali ke hari pertama ia terseret ke dunia yokai ini.
"Kau tahu," Mafu mulai bercerita, matanya menerawang selagi tangannya saling menggenggam diatas selimut. "Saat pertama kali aku terbangun di dunia ini, aku merasa begitu marah. Aku yang hanya seorang siswa biasa tiba-tiba terseret ke dunia asing lalu dipanggil sebagai keturunan seseorang yang bahkan tidak kukenal. Tidak hanya itu aku juga hampir dibunuh oleh makhluk-makhluk urban. Rasanya seperti lelucon yang kejam dan menjijikkan."
Soraru terkejut, namun ia memutuskan untuk mendengarkan dalam diam, membiarkan Mafu mengeluarkan semua yang terpendam di hatinya.
"Aku benar-benar sangat frustrasi saat itu. sampai hari ini sejujurnya," lanjut Mafu. "Di pertemuan pertama kita, aku berpikir untuk memanfaatkan kamu dan mencari cara agar bisa kembali ke duniaku dengan selamat. Sampai detik ini aku juga masih memikirkan rencana itu."
Soraru menundukkan kepalanya, mengulum senyum lembut. "Itu reaksi yang wajar untuk seseorang dalam situasi anda."
Mafu tersenyum tipis mendengar pengertian Soraru. Ia melanjutkan ceritanya, "Tapi kemudian, aku bertemu dengan kalian, lalu kusadari kalau kalian pun memiliki kehidupan masing-masing. Itu adalah hal yang sama sekali tidak kuduga."
Bayangan-bayangan berkelebat di benak Mafu. Ia teringat pertemuannya dengan Urata yang heboh, Lon yang begitu ceriwis, pemimpin kappa yang begitu ramah, hingga Chobihige, Yobiko, dan Luz. Setiap pertemuan itu seolah membuka matanya akan kompleksitas dunia yokai yang tidak dia tahu.
"Sampai kemudian aku mendengar tentang para pemburu yokai," suara Mafu berubah dalam dan terdengar sedikit sendu. "Manusia-manusia yang datang hanya untuk memburu dan membunuh yokai. Di satu sisi, aku tidak terlalu peduli karena aku merasa itu bukan urusanku. Namun, dengan semua orang memanggilku sebagai Seimei, aku merasakan adanya tanggung jawab yang terasa asing bagiku. Haruskah ku tangani, atau kubiarkan saja? Toh, dari awal itu bukan kewajibanku."
Soraru tercenung. Meski dia tahu kalau Mafu dan Seimei di masa lalu memiliki perbedaan yang cukup kontras tapi dia sama sekali tidak menyangka kalau perbedaanya akan sejauh ini. Seimei yang dia tahu bukanlah orang yang perhitungan. Malah terkadang kebaikan hati Seimei di masa lalu terasa tidak masuk akal. Segala hal yang tidak realistis menjadi realistis jika subjeknya adalah Seimei. Apa mungkin Mafu yang ia lihat saat ini adalah Seimei versi realistis sebagai manusia biasa? Soraru diam-diam mengeratkan pelukannya dan menyandarkan pipi pada kepala Mafu.
"Saat tahu nyawaku diincar begini, aku makin yakin memang lebih bagus untuk bersembunyi sampai semua masalah selesai," Mafu melanjutkan, tangannya terkepal erat. "Tapi lagi-lagi, aku disadarkan oleh fakta bahwa diriku adalah keturunan Seimei. Ini membuatku merasa tidak bisa mempermalukan namanya, padahal aku belum tentu keturunannya. Aku bukan dia, tapi nama itu memberi beban tanggung jawab di pundakku karena semua orang memanggilku 'Seimei' setiap hari."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kioku no Sora || SoraMafu [ END ]
FantasiUtaite Fanfiction First book of Sore wa Ai to Yobudake Series Achira no Sekai, atau yang disebut sebagai dunia lain dimana makhluk selain manusia tinggal menjadi sebuah dunia yang tabu bila dimasuki manusia. Mereka yang tak sengaja menginjakkan kaki...