08 My Turn

92 10 11
                                    


Memeriksa tumbuhan Oborosou dengan teliti, Urata meraba tumbuhan serupa lumut dengan warna hijau secerah ilalang itu takjub. “Wah ... ini bahkan adalah kualitas terbaik. Keberuntungan yang luar biasa, Seimei-kun!!”

Soraru menyalak marah. “Jaga bicaramu, Daitengu!”

“Sudahlah,” lerai Mafu sembari menenangkan Soraru dengan tepukan ringan di bahu, “aku bahkan belum tentu keturunannya, tidak perlu bersikap formal.”

“Hm, setelah dipikir-pikir karena kamu bisa memanggilku sudah dipastikan kamu punya kekuatan yang sama dengannya. Jadi ku panggil kamu Bocchan saja!” Urata melebarkan senyumnya.

Soraru melirik Mafu, terlihat tidak yakin dengan usulan Urata. Melihat ini, Mafu hanya menghela napas dan menaikkan selimut Soraru hingga dada.

“Selain ‘Mafu’ aku tidak menerima nama panggilan apapun.” Mafu memberi keputusan final.

“APA?!” Soraru dan Urata memekik kompak dan duduk menghadap Mafu. “Mana bisa saya begitu lancang—!”

“Benar itu! Kali ini aku setuju dengan kadal itu!!” Tambah Urata.

“Begitu? Jadi kalian ingin aku cepat ketahuan sebagai keturunan Seimei, ya? Kalian mau ku pukul?” Ancam Mafu.

Dua yokai itu tersentak sebelum kemudian melengos dan menundukkan kepala dengan ekspresi tidak nyaman. Tetapi karena mereka tidak membantah lagi maka Mafu anggap mereka sudah setuju. “Daripada meributkan hal itu, lebih baik kita lanjut membahas soal pembuatan obatnya.”

“Aku sudah coba menghubungi kenalanku dan ternyata dia berada di tempat yang lumayan jauh. Tapi dia merekomendasikan orang lain dan kebetulan aku juga kenal orang itu. Bagaimana menurutmu, Bocch— Mafu?”

“Hmm ... dimana orang itu sekarang?” tanya Mafu.

“Sekitar 10 kilometer dari ini ... oh iya! Kalau mau cepat kamu bisa panggil dia. Orang itu termasuk budaknya Seimei, lho!” Ujar Urata.

“Begitukah? Baiklah. Mewakili nama Tuanmu yang agung—“ Mafu mengangkat kedua tangannya, bersiap mengaktifkan buku pemanggilan. Tetapi Soraru tiba-tiba bangun dari rebahnya dan menarik turun paksa pergelangan tangan Mafu. Aksi mendadak ini membuat Mafu hampir mengigit lidahnya sendiri. “Hei!! Apa yang kau lakukan!?”

“ ... jangan pakai lagi.”

“Ya? Tapi kalau memang bisa—“

“Daitengu, bawa dia kemari sekarang.”

Urata mengerjap kaget. “Oke, oke. Aku akan kembali saat sore.”

Membentangkan sayapnya, Urata melompat dan terbang keluar gua meninggalkan Mafu dan Soraru yang berhadapan dengan canggung. Melonggarkan genggaman pada pergelangan Mafu, Soraru menatap punggung tangan pemuda itu dan beralih memegang lembut tangan putih nan rapuh Tuannya bak menyapa permukaan danau dengan sapuan jari.

“Aku memang bilang kamu bisa memanggil bawahanmu lewat buku pemanggilan. Tapi dengan kekuatanmu, kamu hanya bisa memanggil maksimal 3 makhluk dalam seminggu. Lebih dari itu ... aku mungkin tidak bisa menanggungnya.”

Mendengar ini Mafu menelan ludah. Yang pertama kali ini saja Soraru sampai demam seminggu lebih. Kalau dia sampai bilang tidak bisa menanggung beban efek samping dari pemakaian buku pemanggilan, apa itu artinya dia bisa mati?

“Aku mengerti. Aku baru memanggil satu, kok. Sumpah.” Mafu mengeratkan genggamannya, mencoba meyakinkan.

“Aku tahu. Aku hanya mau kamu mengingatnya.”

Kioku no Sora  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang