Selama berada dalam gendongan, apa yang menarik perhatian Mafu adalah bentuk permukaan daratan di bawah sana. Melihat bagaimana seluruh daratan didominasi oleh hutan, rasanya ia kembali ke sebuah era jutaan tahun lalu yang belum dilahap modernisasi. Ini sedikit masuk akal karena dunia ini hanya dihuni oleh makhluk-makhluk astral yang kekuatannya berasal dari alam langsung. Sebuah dunia dimana alam masih amat berkuasa itu sungguh luar biasa. Berbanding terbalik dengan dunia asalnya yang dimana kemajuan teknologi telah menindas alam. Bahkan tak jarang melupakan fakta bahwa alam lah yang masih memegang kendali atas keseimbangan dunia.
“Aku benar-benar iri,” gumam Mafu tanpa sengaja.
“Mengenai?” timpal Soraru.
Kekehan kecil lolos dari sepasang bibir ranum Mafu. “Kalau kujabarkan, pasti habis 5000 kata.”
Soraru tampak terkejut lalu membalas polos. “Itu ... banyak.”
Mafu spontan melepas tawa. Puas memandangi bagian belakang, Mafu berbalik dan bersorak rendah kala menemukan mereka hampir keluar dari pulau besar dan memasuki daerah perairan. Tujuan mereka adalah pulau kecil yang terpisah 4 kilometer dari daratan besar Achira no Sekai.
“Itu, pulau Seimei,” sebut Soraru.
Manik delima itu membola kala menemukan pulau yang dimaksud Soraru. Itu adalah pulau kecil tunggal yang hanya memiliki pantai, hutan, dan satu bukit. Benar-benar pulau tak tersentuh dan tersisihkan. Semakin mendekat, pulau yang sebelumnya hanya terlihat setitik kini terlihat daratan seutuhnya. Begitu memasuki langit area pulau, Soraru melewati beberapa lapis pelindung dan menukik kearah bukit. Sampai akhirnya Soraru tiba di tengah bukit, ia mulai menurunkan kecepatan terbangnya, lalu mendaratkan kaki di sebuah petak yang menjadi halaman utama mulut goa dihadapan mereka.
Mafu celingukan, mencoba melihat isi dalam gua tersebut. “Seimei tinggal disini?”
Soraru menggeleng. “Aku yang tinggal.”
“Aah—“ Mafu menggaruk pipinya canggung. “Apa dia sering kesini?”
“Tidak,” jawab Soraru cepat seraya melirik Mafu, “dia tidak pernah kesini.”
“Tidak pernah? Sama sekali?”
Soraru mengangguk. “Aku disini, tidur, 800 tahun, Seimei meninggal.”
Apa itu maksudnya Soraru telah tidur disini selama 800 tahun setelah Seimei meninggal? Itu bukan waktu yang sebentar. Walau Mafu tahu bahwa bukan hal mustahil untuk makhluk seperti Soraru bisa hidup ratusan tahun, hanya saja mendengar alasan ia tertidur sedikit membuatnya terenyuh.
“Apa leluhurku ... adalah orang yang baik?” tanya Mafu lembut.
“Tidak tahu. Dia menyelamatkan, tapi terluka. Dia bodoh, dan kuat,” balas Soraru, “ayo masuk.”
Mengikuti langkah Soraru di belakang, Mafu memerhatikan seisi gua dan terkesima semakin ia masuk lebih dalam. Begitu mereka tiba di tengah gua, manik delima itu melebar kala memandangi area yang terbentuk secara alami menyerupai bagian dalam kubah. Tidak menemukan Soraru didekatnya, Mafu memanggil beberapa kali untuk kemudian mendengar suara benda digesek kasar.
“Soraru-san?” panggilnya.
Yang dipanggil menoleh lalu merespon dengan tangan yang masih menggesek batu. “Oh. Ini unggun.”
“Unggun? Kamu mau menyalakan api?”
“Iya.”
Mafu mengangkat satu alisnya, menatap bingung. “Kenapa kamu harus repot-repot begitu? Bukankah kamu Naga?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Kioku no Sora || SoraMafu [ END ]
FantasíaUtaite Fanfiction First book of Sore wa Ai to Yobudake Series Achira no Sekai, atau yang disebut sebagai dunia lain dimana makhluk selain manusia tinggal menjadi sebuah dunia yang tabu bila dimasuki manusia. Mereka yang tak sengaja menginjakkan kaki...