18 The Flowing Past Comes

33 6 1
                                    

Saat Mafu membuka matanya, ia menemukan dirinya terbaring di tanah, dikelilingi oleh Chobihige dan Yobiko yang menatapnya dengan wajah cemas. Ia bisa merasakan kekuatan baru yang mengalir dalam dirinya, kekuatan yang familiar namun asing di saat yang bersamaan.


“SEIMEI-SAMA!!" seru Yobiko, suaranya penuh kelegaan. "Anda sudah sadar!"


Mafu perlahan-lahan bangkit, lalu menatap tangannya yang terselimuti cahaya kebiruan samar-samar di permukaan kulitnya. "Dimana ini?”


“Ini di gua yang ada dibalik air terjun! Emm, katanya ini di dekat sarang aslinya Shidousha!” jawab Chobihige.


“Hmm, begitu ya. Dimana yang lain?”


“Me-mereka sedang bertempur di luar sana dengan Nurarihyon dan Pemburu yokai! Kita harus menyusul mereka, Seimei-sama!” Seru Yobiko.


Mafu yang menyempatkan diri meregangkan tubuh mengernyit pada Yobiko. “Kalau kau mau silahkan saja. Aku mau ke sarang Soraru-san.”


“EH?!” Chobihige dan Yobiko kompak memekik. “Anda mau apa kesana? Memangnya anda tahu tempatnya dimana?” tanya Chobihige resah.


“Yah,” Mafu memijit kepalanya yang sedikit pusing. “Entah mengapa aku tahu. Mungkin karena aku telah menyatu dengannya.”


Yobiko mengerutkan alisnya. “Apa yang anda bicarakan?”



Mendengkus pelan, Mafu merapatkan dua jari telunjuk dan tengahnya lalu menggambar simbol bintang di udara. Terhenyak dengan apa yang Mafu lakukan, Yobiko dan Chobihige ternganga lebar sampai tidak bisa berkata apapun selain hanya menjerit tertahan. Mengarahkan bintang bercahaya kebiruan itu ke tanah, lingkaran sihir tercipta di bawah kaki Mafu dan dua yokai itu dengan aksara kuno yang berputar pelan di tepi lingkaran.


Mafu terdiam cukup lama, memikirkan mantera apa yang harus ia ucapkan. “Haruskah pakai mantera? Ah, terserah, aku tidak tahu. Ugoke!”


Tepat perintah sederhana itu di layangkan, ketiganya telah berpindah tempat dari dalam gua ke sebuah pematang rumput yang dikelilingi oleh pohon-pohon cemara rindang. Mengedarkan pandangan ke sekitar, Mafu bergumam cukup lama dan melipat kedua tangan di depan dada. “Hm, ini persis dengan yang ada di ingatanku. Apa ingatannya, ya?”


Yobiko dan Chobihige saling berpandangan, campuran antara kagum dan takut terlihat di wajah mereka. "Seimei-sama," ujarnya dengan suara bergetar, "apa ... apa kau telah membangkitkan kekuatanmu?"


Mafu diam sesaat lalu mengangguk perlahan. "Kurasa begitu.”


Baru Yobiko dan Chobihige akan bersorak senang, Mafu yang merasakan adanya sesuatu yang mendekat menjitak kepala Yobiko dan Chobihige. “Diam dulu!”


“Hmph!” Keduanya kompak menutup mulut.


Memicingkan matanya, Mafu memerhatikan satu arah sembari mengendap-endap. Yobiko dan Chobihige yang masih menutup mulut mengikuti dengan langkah yang sama. Setelah mereka maju perlahan beberapa meter, ketiganya menemukan sebuah gua besar yang dijaga oleh seekor ular putih yang menggulung tubuh dan tampaknya tengah tertidur.


Yobiko dan Chobihige langsung melipir ke belakang Mafu. Wajah keduanya pucat pasi sampai berubah biru. “Gi-gi-gila! Itu ular putih! Itu mononoken paling mematikan!!” desis Yobiko putus asa.


“Tamatlah kita! Tamatlah kita!” Chobihige mulau terisak.


Akan tetapi Mafu justru mengubah cara jalannya yang semula hati-hati menjadi lebih santai. “Hey, Haku! Bangun kau!!” Teriaknya.

Kioku no Sora  ||  SoraMafu [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang