Malam ini, setelah makan malam, Fang dan Boboiboy pergi ke arena latihan untuk pertandingan ulang sesuai ajakan dari Fang. Lapangan yang sudah gelap ini hanya diterangi oleh obor. Terangnya yang tak seberapa hanya cukup untuk melihat gerak dan tubuh, tidak cukup untuk menatap wajah secara jelas.
Tidak ada wasit kali ini, tidak ada yang akan mengadili bila salah seorang diantara mereka berbuat kotor atau menyalahi kode etik ilmu pedang. Namun sejak awal latih tanding ini memang diniatkan Fang untuk mengetahui kemampuan asli Boboiboy ---yang dia dengar baru belajar pedang selama tiga minggu--- sehingga Fang sendiri tidak begitu peduli tentang cara kotor. Toh bila Boboiboy melakukan cara kotor, dia pun berarti juga boleh melakukannya balik.
Dan karena tidak ada wasit, tidak ada pula yang menandakan kapan pertandingan itu dimulai. Sehingga baik Boboiboy atau Fang, keduanya saling diam memantapkan kuda-kuda mereka tanpa ada salah satu yang bergerak menyerang duluan. Mereka memasang kuda-kuda dalam diam selama lebih dari lima menit hingga akhirnya mereka sadar.
Fang akhirnya membuka mulutnya. "Tiga detik dari sekarang, ayo kita mulai saling menyerang."
"Oke."
Setelah keduanya menyepakati aturan tambahan yang tiba-tiba dibuat itu, fokus mereka meningkat drastis. Dan mungkin karena terlalu fokus, Fang merasa kalau angin tiba-tiba berhembus lebih kuat. Lalu angin-angin itu seakan ingin mengusir obor-obor yang menerangi lapangan itu, hingga cahaya dari obor-obor penerangan itu menjadi kabur-kaburan.
Atau mungkin, itu bukanlah sekedar perasaan Fang. Tiga detik berlalu dengan cepat. Dan dalam sekejap, Boboiboy bergerak secepat angin berhembus. Samar-samar dari gerakan itu terdengar suara lonceng kecil yang bergerincing. Dari situ Fang bisa tahu, kecepatan Boboiboy dan angin yang berhembus kencang ini adalah sihirnya.
Untung saja, suara lonceng itu bisa Fang lacak dengan mudah mengandalkan pendengarannya yang tajam dan suasana sekitar yang sunyi. Dengan cepat dia bertahan, menangkis serangan Boboiboy yang datang dari arah kiri. Lalu bila matanya tidak salah lihat, Fang merasa Boboiboy baru saja tersenyum lebar padanya.
Bunyi lonceng kembali terdengar, angin lalu berhembus lebih kencang. Boboiboy dengan sekejap kembali menghilang. Angin kencang itupun sayangnya juga memadamkan seluruh obor yang menjadi penerangan di lapangan itu. Maka kini, Fang harus mengandalkan semua indranya lebih maksimal lagi.
Fang yang mendengar bunyi lonceng datang dari arah belakangnya, reflek bergeser ke kanan, dia berhasil menghindari serangan kejutan dari Boboiboy. Namun tidak berhenti di situ, Boboiboy melanjutkan serangannya dengan ikut mengayunkan pedangnya ke kanan, mengikuti pergerakan Fang.
Serangan lanjutan itu memang sukses Fang tahan, namun bukan berarti posisinya menjadi baik. Posisi Fang sekarang hanya bisa bertahan dari serangan Boboiboy, seperti latihan tadi siang atau bahkan lebih buruk daripada posisi Boboiboy di latihan tadi siang. Gelapnya malam turut membatasi penglihatannya, ditambah sihir Boboiboy yang membuat dia bisa bergerak dengan kecepatan diluar nalar, Fang benar-benar harus berusaha keras untuk bertahan.
Insting dan pendengarannya menjadi unsur paling penting dari pertahanan Fang. Semakin intens pertandingan di antara mereka, semakin Fang merasa bersemangat. Dia cepat beradaptasi dengan situasinya. Perlahan, Fang bisa melihat pergerakan Boboiboy. Perlahan, Fang mulai mengimbangi semua serangan Boboiboy.
Hingga di satu titik, Fang mulai menyerang balik dan posisi mereka kini seimbang. Pedang kayu itu terus beradu, dalam gelapnya malam. Dua orang tersebut kemudian semakin larut, terlena dengan ayunan pedang satu sama lain. Sampai tidak sadar, apa yang mereka lakukan sebenarnya sangat luar biasa.
Satu orang baru belajar pedang sekitar lima tahun. Satu orang lagi bahkan baru belajar selama kurang dari satu bulan. Kecepatan serangan mereka bukanlah kecepatan yang wajar mengingat lama waktu mereka belajar berpedang. Bila ada orang yang lewat dan menyaksikan pertarungan itu, dia pasti akan percaya saja kalau dibilang mereka belajar pedang selama lebih dari sepuluh tahun.
"Kamu hebat." Boboiboy memuji Fang di tengah-tengah serangannya.
Sebelah bibir Fang tertarik ke atas sebagai reaksi untuk pujian Boboiboy. Hasratnya untuk memenangkan pertandingan ini meningkat semakin tinggi. Fokusnya lalu turut bertambah, semua serangannya semakin menajam.
Hingga, tiba-tiba saja serangan Boboiboy berhenti, dengan ujung pedang yang mengarah ke lehernya. Fang secara reflek juga menghentikan serangannya, yang tepat sekali ujung pedang kayunya menyentuh bagian dada Boboiboy yang tanpa pertahanan, tepat dimana jantung seharusnya berada. Masing-masing adalah titik yang fatal. Bila ini adalah medan perang, keduanya sudah mati.
"Kamu rela mati untuk membunuh satu orang?" sindir Fang untuk Boboiboy.
Boboiboy tersenyum, "Lihatlah kakimu."
Pandangan Fang turun ke bawah, menatap kedua kakinya. Ternyata dia sudah berdiri di luar lapangan. Boboiboy dengan licik diam-diam menggiringnya hingga keluar arena pertandingan, tanpa Fang sadari. Anggap saja garis pembatas lapangan adalah ujung jurang, Fang sudah mati sebelum menancapkan pedangnya ke jantung Boboiboy. Dia kalah, di pertandingan yang dia minta sendiri.
Fang mendengus kesal, dia lalu mencibir. "Memang ya, naga hebat."
Boboiboy menurunkan pedangnya, kemudian mengangkat bahu dan membalas cibiran Fang. "Bukan begitu, kami hanya cepat dalam belajar."
Fang menaikkan sebelah alisnya, dan melipat tangannya di dada. Pedang kayunya dia turunkan dan ditumpukan ke tanah. "Oh benarkah? Itukah alasan kenapa Thermablade memiliki simbol naga?"
Boboiboy mengerutkan dahinya bingung. "Hah?"
"Hah?" Fang yang melihat Boboiboy bingung pun ikut menjadi bingung sendiri.
Mereka tiba-tiba saja menjadi terlarut dalam suasana yang mengherankan. Kesunyian selama beberapa detik mengisi ruang di antara mereka. Tidak ada yang bersuara karena mereka saling bergelut dengan pikiran masing-masing.
"Thermablade memang naga 'kan?" Boboiboy bertanya, memastikan pengetahuannya. Dia pikir seharusnya Fang sudah tahu dari awal.
Namun ternyata Fang bereaksi terkejut dan tetap keheranan. "Kalian naga?" Dia bertanya, berusaha memastikan ulang. Nampak kalau dia sebenarnya memang tidak tahu sama sekali.
"Tunggu--- bukannya semua keluarga kerajaan tahu?" Boboiboy pikir, seharusnya semua keturunan kaisar tahu kalau Thermablade adalah naga. Secara, leluhur mereka melakukan perjanjian langsung dengan pamannya. Harusnya akan aneh kalau keturunannya malah tidak tahu menahu dan bahkan tidak mengenali orang yang membuat perjanjian itu. Apalagi, Fang adalah murid pamannya.
"Apa maksudmu?" Jujur saja, Fang benar-benar kebingungan sekarang.
"Kalian 'kan yang membuat perjanjian dengan pamanku." jawab Boboiboy.
Fang yang keheranan menatap lurus wajah Boboiboy, berusaha menelisik ekspresi yang terlihat di wajahnya. Fang mengharapkan tanda-tanda kebohongan dan bercanda muncul di wajah Boboiboy, namun dia tidak mendapatkannya. Yang dia bisa dapati di sana hanyalah ekspresi serius sebagai tanda kalau Boboiboy sedang tidak bercanda padanya.
Seketika bibir Fang bergetar. Tiba-tiba saja, dia menerima sebuah fakta yang kalau bisa tidak ingin dia ketahui. Harusnya, kebenaran itu dibiarkan tersimpan dalam-dalam. Perasaannya menjadi campur aduk sekarang. Dan mata Boboiboy yang terus Fang tatap untuk mencari kebohongan, tetap tidak goyah.
"Kalian ..... benar-benar naga?"
Next episode:
→ Samudra Ini Terlalu Besar,
KAMU SEDANG MEMBACA
Son of Dragon
Hayran KurguSetelah menjadi superhero pelindung galaksi, Boboiboy terlahir menjadi anak dari seorang naga. Naga bumi lebih tepatnya. Dengan membawa ingatan dari kehidupan lamanya, seolah olah takdir telah mengajaknya kembali bermain tanpa membiarkannya istirah...