8.Responsible

247 18 14
                                    

________________

Typo Tandai
.
.
Happy Reading

________________

"Wanna try?"

Zara mengalihkan pandangannya, tapi tatapan pria itu terus tertuju pada nya, usapan lembut dari jemari nya membuat Zara reflek menepis nya.

"Jangan--"

"Jangan apa?" Cedrik tertawa lirih, begitu menikmati posisi ini meski ia tahu jika tak harusnya seperti ini.

"Aku harus pergi, buka pintu nya sekarang!" Zara menatap pintu yang masih rapat tertutup, ia tak suka di sini, meski bahasa tubuhnya bicara hal selain itu.

"Ayah mu, dia memberhentikan saya bekerja di rumah keluarga mu. " Zara menatap Cedrik, rupanya Ayah nya tak bergurau untuk memberhentikan pria di bawa Zara ini, tak perlu dijelaskan lagi alasannya, mungkin Zara terlalu terlihat mengejar nya meski sebenarnya tidak, tidak salah lagi.

"Kenapa tidak membuat kenangan manis sebelum kita berpisah?"

"Apa!mmhh!!" Ini diluar ekspektasi Zara ketika sebuah benda manis bisa ia rasakan menyentuh bibir nya. Sebuah benda lunak menelusup masuk ke dalam mulut Zara.

Beberapa detik setelah sadar dengan apa yang terjadi, Zara berusaha melawannya, tapi kedua tangan Cedrik dengan cepat memegang kedua tangan Zara selama ia merasakan manis nya bibir perempuan yang masih di atas nya ini.

Ia merasakan rasa asin dari darah yang keluar dari bibir bawah Zara karena ciuman yang sedikit kasar itu, Cedrik menatap netra Zara, lalu mengusap darah di bibir Zara dengan lidah basah nya.

"Sweeter than caramel" Ucapnya, Zara mengalihkan pandangannya mengingat apa yang baru saja terjadi. Ia mendapatkan apa yang ia inginkan dengan cara yang salah, ia menjatuhkan harga diri nya dengan mudah tanpa dapat melawan orang yang mendapatkan nya.

"Aku.. Biarkan aku pergi--"

"Bagaimana cara nya? Sedangkan pintu nya belum bisa di buka?" Zara menatapnya, tak mungkin, pasti pria ini menyembunyikan kunci kamar ini.

"Jika masih curiga, kenapa tidak memeriksa saku saya?" Cedrik melepaskan tangan Zara, ia membiarkan Zara melakukan apa saja sesuai dengan kecurigaan Zara.

Zara menatap kedua saku di celana yang Cedrik pakai. Sial, kenapa harus di sana!.

"Silakan, be careful" Ucap Cedrik, mempersilakan sekaligus memperingatkan Zara.

Zara langsung mengarahkan tangannya, ia mencari kunci yang bisa membuka kamar ini sehingga ia bisa keluar dari ruangan ini.

Zara berusaha keras mengalihkan pandangannya dari hal lain di dekat nya, ya, itu mulai terlihat lebih menonjol dari sebelumnya.

"Stop" Zara menatap Cedrik, pria itu bangkit dari posisi nya, Zara yakin ada hal lain yang bangkit dari diri pria ini. Itu mengerikan jika di bayangkan.

Cedrik mengusap bibir Zara yang masih dengan ibu jari nya. "Tangan mu kurang berhati-hati. "

Ia menarik tubuh Zara lagi ke posisi semula, Zarah bisa merasakan nya, sesuatu menyentuh kulitnya meski masih berbalut dress.

Ciuman itu mendarat lagi di bibir nya, ciuman yang lebih agresif dari sebelumnya. Bukankah seperti ini yang Zara nantikan, hanya saja ia menolak perasaan itu. Sampai sekarang Zara menolaknya, tapi ada desir lain di hati nya. Kupu-kupu seolah sedang beterbangan di dalam perut nya. Perasaan apa ini!.

My Favorite Chef Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang