______________
Typo tandai
.
.
Happy Reading____________________
.
.Helaan napas berat terdengar beberapa kali dari wanita yang berbaring di atas sofa itu, beberapa kali ia mengubah posisi menjadi duduk lalu berbaring lagi. Kehidupan lebih rumit akhir-akhir ini, tentang suami nya yang sering kali menghilang tiba-tiba atau bahkan tentang mantan kekasih.. maksudnya mantan tunangan suami nya, mungkin sejak hari Zara melihat wanita berparas cantik itu suami nya menjadi lebih mudah menghilang.
Sumpah, Zara benar-benar takut jika omongan keluarga nya benar, mungkin Zara yang terlalu naif, menuruti perasaan nya pada seseorang yang pada waktu itu tak ia ketahui asal usul nya. Bahkan setelah menikah, Zara malah mematuhi Cedrik untuk berhenti dari pekerjaannya. Itu keputusan naif sekali.
"Aaghh, bodoh banget!" Zara mengacak rambutnya dengan kasar, entahlah makin di pikirkan makin menyebalkan.
Satu bulan ini ia menjalani pernikahan dengan Cedrik, terasa menyenangkan... Ya, menyenangkan, lihatlah aura kesepian dan amarah di wajah Zara.
Bertemu dengan suami nya hanya pada malam hari, di batasi bertemu dengan orang lain dan itu cukup menyiksa, tapi Zara menjalani ini. Mungkin benar yang keluarganya katakan.
Sialnya, mereka tak memiliki waktu cukup banyak, bahkan sebelum menikah. Huft! Itu rumit, memiliki pasangan tetapi tetap merasa sendirian.
Ini memuakan!.
"Sepertinya banyak yang sedang kamu pikirkan?" Suara itu membuat Zara bangkit dari posisi nya, ia melihat ke arah pria yang melepaskan kemeja nya dengan mata tertuju pada istri nya.
"Kamu pulang lebih awal?" Zara menarik satu alis nya, merasa heran dengan pria yang biasa nya baru tiba di rumah pukul tujuh malam, kini sudah menginjakkan kaki di rumah pukul lima sore. Lumayan awal dari pada biasanya.
Cedrik terkekeh pelan dengan pertanyaan Zara, baiklah ia akui hal tersebut, ia pulang lebih awal dari biasanya.
"Tebak siapa yang sudah merindukan suami nya?" Zara menurunkan kaki nya dari sofa, ia tertawa pelan dengan pertanyaan tersebut. Itu benar sekali dan tak mungkin untuk ia mengakui, ayolah! Dalam dua puluh empat jam mereka hanya berjumpa di malam hari, dengan obrolan singkat dan sebuah aktivitas intim, selesai dan masuk ke alam mimpi.
Terasa tak ada komunikasi berarti di antara mereka.
"Aku pikir kamu baru ingat buat pulang lebih awal demi istri mu. " Balas Zara, ia berdiri dari duduknya ketika Cedrik mendekati nya.
Tubuh tegap nya, shirtless dengan menunjukkan otot-otot yang terbentuk sempurna di perut nya, aroma maskulin dari mint bahkan masih menempel di tubuhnya setelah seharian mereka tak bertemu.
Tinggi mereka yang berbeda selalu menjadi sebuah pemandangan yang menarik.
"Beberapa hari ini aku pikir kamu kesepian." Zara menatap netra Cedrik yang juga tertuju pada netra nya.
"Ya, tepatnya setelah kamu lebih sibuk setelah.." Zara membuat raut seperti berpikir meski ia sudah tahu apa yang akan ia ucapkan selanjutnya.
"Sejak kapan?"
"Sejak mantan tunangan kamu datang. " Jawaban Zara membuat helaan napas terdengar dari Cedrik, rupanya Zara masih mengingatnya bahkan masih membahasnya. Rupanya begini otak kah otak perempuan!?. Tanya Cedrik dalam hatinya.
"Harus berapa kali aku katakan?" Balas Cedrik, itu bahkan bukan jawaban yang Zara inginkan.
"I know, you love me and that's enough, right?" Itu terdengar seperti sarkasme daripada sebuah pernyataan, Zara menatap Cedrik sejenak, lalu melangkah pergi menghindar, tapi Cedrik lebih cepat mendapatkan dan membopong tubuh Zara.
"Kamu belum mengerti juga, huh!?" Zara menggerakkan kedua kaki nya agar Cedrik melepaskan diri nya, pria ini membawa Zara membopong nya di pundaknya seperti membawa sekantung barang. Benar-benar tak ada arti nya berat badan Zara.
______________________
Zara akhirnya bisa duduk meski bukan di sofa atau kursi bahkan ranjang, tapi di meja dapur. Benar sekali.
Setelah hampir satu hari tak bertemu atau bicara, aktivitas ini yang harus Zara lakukan lagi, ia tentu sudah memikirkan jalan dari posisi nya saat ini.
"Aku tidak mau kita membahasnya lagi. " Kata Cedrik yang terdengar lebih tegas dari sebelumnya, ia tak menyukai istri nya membicarakan wanita lain di antara pernikahan mereka, lagipula itu sudah lama terjadi.
"Bisa kita melupakan nya?, hanya ada kita di sini. "
"Don't mention another woman from my past. " Zara menatap Cedrik, anggukan kecil terjadi meski dalam hati nya masih tak rela.
"Kamu berpikir berlebihan, "
"Kamu juga sering menghilang. " Balas Zara, ia menatap pria yang benar-benar dekat dengannya, di hadapannya.
"My bad, " Cedrik melingkarkan tangannya di pinggang Zara, harusnya ia tak membawa wanita ini dalam kehidupan seperti ini. Tetapi sesuatu yang tak di dasari perasaan memang terasa berat.
"Maaf. " Zara terdiam sejenak, maaf, lagi?. Terlalu rumit untuk menjelaskan tentang pernikahan yang sedang mereka jalani. Zara masih punya banyak ruang itu di hati nya, mengingat ia memang mencintai pria di hadapannya ini sejak awal pertemuan mereka.
Tapi ternyata hal paling sulit adalah mencintai.
Ini rumit dan memuakkan, tapi Zara tetap memilih Cedrik dengan awal yang tak pernah ia sangka. Mungkin harusnya tempat Zara tak di sini.
"Aku tidak mau semuanya seperti ini, " Cedrik memegang salah satu tangan Zara, ia bisa merasakan beban yang ada di pikiran Zara. Mengapa terlalu sulit untuk menganggap bahwa di sini hanya ada mereka, Cedrik dan Zara, itu saja tak ada orang lain, hanya mereka.
"Anggap saja hanya ada kita di sini, kamu dan aku. " Zara menatap kedua mata Cedrik, nampak memohon padanya, Zara juga ingin seperti itu, tapi semua di antara mereka terasa sulit. Jarang berbicara dan pertemuan yang hanya terjadi dalam beberapa jam.
"Aku juga mau seperti itu, seperti orang-orang. " Ujar Zara terdengar emosional, tapi perasaan kesendirian dalam sebuah hubungan membuat nya tak bisa menahan setiap emosi yang ingin ia keluarkan.
Cedrik mengusap punggung tangan Zara dengan ibu jari nya, ia merasakan emosi itu, sebuah emosi yang terjadi karena tertutupnya hubungan mereka. Tak bisa Cedrik pungkiri jika hal itu memang benar terjadi.
Ada ketakutan dalam diri mereka masing-masing yang tak ingin mereka ungkapkan dari hati ke hati, selagi mereka bisa bersama. Mungkin akan terus selama nya. Begitu pikir Zara. Tak ada yang ingin kehilangan.
"Kita bisa memulainya dengan lebih baik, "
"Jangan berpikir sesuatu di luar kendali kita. " Zara menatap netra Cedrik, baiklah ia tak pernah menarik kepercayaan nya pada pria yang memang ia cintai ini. Hanya saja akhir-akhir ini semua terasa lebih menakutkan, apalagi setelah Zara tahu hubungan yang sebelumnya suami nya jalani serta batas-batas yang Cedrik berikan pada nya.
"I'll try my best. " Lirih Zara sebelum sebuah kecupan mendarat di bibirnya, sebuah ciuman lembut penuh cinta yang selalu ia rasakan, tapi nyatanya tak hanya sentuhan seperti ini yang harusnya mengisi sebuah hubungan.
Zara membalas ciuman itu, ia membutuhkan momen seperti ini lebih lama dengan suami nya. Tangan Zara menyentuh kedua pundak Cedrik selama ciuman mereka.
Tapi sayangnya jemari Zara tak sengaja menyentuh sesuatu di pundak suami nya, terasa seperti luka gores yang lurus atau seperti sebuah cakaran.
"Ada yang salah?" Zara menatap Cedrik sejenak setelah ciuman itu selesai, lalu menatap pundak telanjang suami nya.
Bekas cakaran kuku yang nampak menghiasi kulit pundak Cedrik, itu bukan dari bekas cakaran kuku Zara, ia tak pernah melakukannya sekalipun ia kesakitan di bawah tubuh Cedrik.
___________
Bersambung
____________Ih abis ngapain sama siapa🤫🤫🫢
Janji besok malem update lagi, kalo ini rame💆🏻♀️💆🏻♀️
KAMU SEDANG MEMBACA
My Favorite Chef
RomanceRe-Write [Adult - Be wise!!] Orang gila mana yang memiliki kehidupan terjamin dalam keluarganya malah memilih melarikan diri dengan seorang pria yang tak setara dengan nya. Hanya seorang Chef di keluarga nya. Tapi siapa sangka, pria itu menyimpan...