7. Incident

1.9K 64 11
                                        

___________________

Happy Reading
.
.

Playlist:Yad~Vanna Rainelle
_______________________
.
.
.

"Kenapa tidak mencoba menerima Mario?" Zara menatap pria yang duduk di hadapannya. Ya, sekarang hanya ada mereka di halaman belakang kediaman keluarga Zara.

Aroma tanah yang di basahi air hujan masih tercium dengan jelas di indera penciuman, meski sudah habis jam kerja, Zara menahan Cedrik untuk pergi, tak ada salah nya, kan?. Lagipula pria di hadapannya nampak tak keberatan untuk berlama-lama dengan Zara.

"Ku pikir dia baik.. tapi setiap orang punya sudut pandang masing-masing. "

"Bukan dia yang aku mau. " Cedrik terkekeh pelan dengan jawaban Zara, jadi begitu mengapa perempuan satu itu selalu menolak Mario padahal mereka sudah menjalin hubungan cukup lama.

"Sudah bukan rahasia umum, wanita cenderung mengejar pria yang mereka inginkan daripada yang menginginkan mereka. "

Zara menatap nya. "Aku diam aja kamu sindir."

"Itu faktanya, Nona. " Mereka tertawa lirih, hanya mereka berdua dan suara rintik hujan yang turun tak terlalu deras tapi intens.

"Ayolah, kamu belum tahu sebelum kamu mengalaminya. " Ucap Zara berharap ia bisa sedikit tahu tentang pria ini, terutama perihal asmara atau kisah cinta dalam hidup nya.

"Tidak, saya terlalu sibuk mengerjakan banyak hal, tidak tertarik dengan wanita--"

"Kamu gay!?" Tuduh Zara, ia menatap curiga ke arah Cedrik yang justru menatap heran pada wanita di hadapannya ini.

"Hanya belum menemukan wanita yang membuat saya tertarik, jangan gampang menyimpulkan. "

Apa? Belum menemukan? Zara menatapnya, jadi selama ini? Zara berusaha menebarkan pesona nya di depan Cedrik, itu sia-sia bahkan usaha Zara menahan pria ini selama satu jam bersamanya, itu juga sia-sia. Sial.

"Ada apa? Kenapa diam?" Apakah hal ini perlu dipertanyakan?. Padahal jelas-jelas dirinya yang membuat Zara berpikir dan diam sejenak.

"Bukan apa-apa, hanya  penasaran perempuan yang bisa buat kamu tertarik. " Ucap Zara tanpa nada ingin tahu, tapi tentu tidak dengan hatinya. Tak ada jawaban melainkan hanya suara tawa lembut dari lawan bicara nya.

Tapi harusnya Zara tak perlu tahu apalagi ingin tahu.

"Mungkin saya akan membawanya di acara pertunangan kamu dengan Mario. " Zara menatap Cedrik, perkataan sederhana yang menghancurkan harapan Zara.

Sial, haruskah dimomen seperti itu agar Zara sadar bahwa mereka benar-benar tak memiliki harapan untuk bersama. Damn! Suasana hujan membuat suasana sendu itu menyatu, haruskah Cedrik mengatakannya setelah cukup lama Zara mengejarnya. Itu menyakitkan dan membuang waktu Zara cukup lama.

"Oh, baguslah. " Ucap Zara, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain, menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya setelah mendengar perkataan orang yang selama ini diam-diam ia kejar.

Sementara di sisi lain ada yang menatap wanita nya , senang dengan kepolosan nya yang kurang mengerti apa yang ia maksudkan. Menarik.

________________________


Zara menatap pantulan dirinya di depan cermin, wajah ayu nya sudah di poles riasan yang pas dengan wajah nya, rambut burgundy nya masih tergerai, Zara beralasan bisa memperbaiki nya sendiri alih-alih membiarkan penata rambut membantu nya.

My Favorite Chef Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang